CHAPTER 13

416 103 61
                                    


~Π~

Angin berhembus menghempas tirai putih di sebuah ruangan kotak berukuran 3 x 4 yang dindingnya dipenuhi bingkai-bingkai Lukisan.

Cahaya Bulan masuk melalui kedua pintu Balkon yang terbuka lebar itu. Sinar rembulan langsung menyorot tepat kepada Kanva yang kini sedang di isi dengan guratan-guratan dari tangan lihai seseorang.

Padahal waktu tengah menujuk lebih dari pukul 2 malam, tetapi mata Gadis cantik itu masih menolak untuk terpejam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan hal yang paling ia sukai di dunia,

yaitu Melukis.

Senyum di bibir Mara semakin mengembang tatkala hasil karyanya hampir selesai. Hanya tinggal menambah sedikit sentuhan akhir untuk mempertegas pahatan wajah yang terpotrait di dalam Kanvas itu. Dan lukisannya pun terselesaikan sudah.

Mara meletakkan kuasnya. Menatap puas pada hasil karya miliknya yang bisa dibilang cukup istimewa kali ini.

Jemari gadis itu perlahan bergerak meraba gambar di hadapannya.

Itu adalah potrait wajah Tama. Satu-satunya Pria terhangat yang muncul di hidupnya.

Sebenarnya lelaki itu tidak meminta Mara untuk melukisnya, tetapi gadis itulah yang berinisiatif untuk membuatkan lukisan pria itu, mengingat Tama pernah meminta untuk dibuatkan lukisan dirinya.

Mara berniat untuk memberikan Lukisan tersebut Hari Minggu nanti saat mereka bertemu. Setidaknya Gadis itu ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk Tama atas jasanya selama ini sebelum Pria itu pulang ke Indonesia.

Mara ingin agar Tama bisa terus mengingatnya dengan Lukisan yang ia buat ini. Ia juga berharap hubungan mereka akan selamanya terjalin dengan baik sejauh apapun mereka berdua terpisah.

Mara tersenyum lebar memandangi Portait wajah Tama yang tersenyum hangat di hadapannya. Rasanya menyenangkan sekali bisa menggambar seseorang yang disukai.

Suka?

Apakah mungkin dirinya sudah menyukai Tama selayaknya Wanita menyukai Pria?

Mara juga belum menemukan jawaban itu. Tetapi satu hal yang pasti.

Ada tempat spesial untuk Pria itu di Hatinya....

Senyum Mara menghilang saat tiba-tiba sebuah angin dari arah Balkon yang cukup keras menerpa wajahnya. Menerbangkan rambut pendeknya yang mulai memanjang.

Gadis itu beranjak dari kursi, hendak menutup pintu Balkon sekaligus mengakhiri sesi Lukis-Malam-nya.

Ketika tangannya menyentuh handle pintu, satu lagi tamparan angin mendarat di pipi. Menerbangkan surai legam nan indah-nya.

Seketika Mara kembali teringat kejadian beberapa jam yang lalu. Moment yang menjadi penyebab kenapa kantuknya tak kunjung datang hingga kini.

"Winnie," ucap Hendry terdengar sedikit terkejut.

Mara yang juga terkejut segera menarik paksa tangannya dari genggaman Hendry, mundur 3 langkah di belakang Pria itu. Menjauh.

"Hendry.. I've been waiting for you. Where have you been all this days? Why can't I find you in your Apartment?"

Wanita itu mendekat. Melempar pertanyaan bertubi-tubi. Wajahnya terlihat khawatir bercampur sedih. Ada sorot kerinduan yang dalam di manik indahnya. Mara bisa melihat itu dengan sangat jelas. Siapa pun yang kini menyaksikan pasti juga bisa melihat bagaimana tatapan Winnie terhadap Hendry. Tatapan itu penuh akan kedambaan dan kekaguman yang tinggi.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang