CHAPTER 7

436 110 16
                                    


~Π~

"Well.. Who is this?"

Pergerakkan Mara terhenti begitu mendengar suara familiar dari arah belakang. Perlahan Dirinya berbalik, lalu mendapati seorang Gadis cantik berparas oriental berambut panjang kecokelatan telah berdiri di depannya.

Gadis itu mengenakan Gaun Hitam pendek serta sebuah High Heels yang membungkus kaki jenjangnya. Dan ia adalah...

Veronica Darmawan.

"Long time no see.. My dear old friend!" Tersenyum miring sambil melambaikan sebelah tangan, memasang gestur mengejek.

Mara menghela nafas kasar. Moodnya kian memburuk. Apakah tidak cukup 3 tahun dirinya bergulat dengan wanita menyebalkan itu. Dan sekarang dirinya harus berhadapan lagi dengan orang yang paling memuakkan dari masa lalunya.

Kemarin Hendry dan sekarang.. Ck..

Ayolah apakah orang-orang ini tak lelah terus bermunculan di hidupku!? Mara membatin.

"Ternyata kabar bahwa kau pergi kuliah ke Luar Negeri benar. Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini. Bagaimana kabarmu?"

Mara memutar bola mata, jengah. Tentu saja gadis itu hanya basa-basi, pikirnya.

"Mau apa kau kemari? Mengejarku?" Sarkas Mara. Dia bukanlah gadis lemah seperti dulu yang kerap menahan diri tiap kali di remehkan. Apalagi dengan wanita satu ini.

Veronica berjalan mendekat lalu berdiri bersisian di samping Mara yang kini membuang wajah, tak sudi melihatnya.

"Haha.. No way Princess. Aku hanya sedang berlibur sekaligus memenuhi undangan temanku yang sedang ulang tahun. Kau tahu kan aku sangat sibuk sekali, jadi mana mungkin aku punya waktu untuk mengejarmu. Waktu ku mahal." Veronica bersedekap.

"Whatever...But, Just Stop calling me that," desis Mara. Dari dulu ia paling benci mendengar julukan yang selalu di sematkan Veronica untuknya.

Itu semua dikarenakan kehadiran Mara di Sekolah mereka dulu cukup menciptakan perhatian besar dan membuat antensi anak-anak menjadi berpaling dari Veronica pada Mara. Membuat Veronica terganggu dan tak bisa hanya duduk manis tanpa menyenggol Mara.

"Why? You are!" Veronica tersenyum ejek.

Mara menghela nafas kasar. Mulai tersulut emosi.

Melihat respon Mara membuat gadis itu semakin melebarkan senyum liciknya. Tangan lentik Veronica bergerak mengambil segelas Wine dari nampan yang di bawa pelayan. Menyeruputnya perlahan kemudian melanjutkan ucapannya.

"Ngomong-ngomong bagaimana kabar ibumu? Sepertinya dia masih sangat nyaman duduk di 'atas' sana. Semoga tidak lupa daratan," sindir gadis itu lagi. Kali ini berhasil membuat perhatian Mara terserap seluruhnya padanya.

Mara menatap tajam Veronica.

"Jaga mulutmu!" Hanya satu kalimat namun penuh penekanan.

Veronica malah merespon dengan tawa merdu.

"Ah~ don't get mad Princess, because we should get along in the future." Veronica tersenyum selubung.

"What you mean?!" Mata Mara menyipit, menatap sinis Veronica.

"Woah... Veronica Darmawan!!"

Plok...plok..Plok

Pembicaraan mereka terpotong ketika Theodore datang sambil bertepuk tangan cukup heboh.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang