PROLOG

1.1K 165 10
                                    


***

Jakarta, Indonesia 2012.

Seorang Wanita paru baya menggandeng gadis kecil berkuncir dua di sampingnya. Kedua ibu dan anak itu berdiri di depan sebuah rumah mewah yang berdiri kokoh lagi megah yang terletak di kawasan elit, Jakarta Pusat.

Tidak ada gang sempit, suara bising, maupun pedagang keliling. Kawasannya sangat asri dan....

Sunyi~

Gerbang besi menjulang itu terbuka lebar untuk mereka. Menyuguhkan pemandangan pelataran luas di sekeliling Bangunan bercat putih-hitam bergaya American Classic.

Helni tak berhenti tersenyum lebar, kagum dengan 'Calon' tempat tinggalnya. Berbeda dengan gadis kecil disamping yang terus menekuk wajah.

Mara, namanya. Gadis berusia 12 tahun bermata pekat itu terus menunduk sambil meremas ujung bajunya.

Mara adalah Helni versi mini. Kecantikan ibunya menurun pada wajahnya. Helni memiliki alis yang tebal, hidung mancung, mata besar dan bibir tipis serta rambut hitam bergelombang. Tak heran seorang Mulyawan Tjo Soekotjo bisa langsung jatuh hati pada Janda satu anak tersebut.

Seorang kepala pelayan menyambut kedatangan mereka berdua dengan ramah. Menuntunnya untuk masuk ke dalam. Membawa kedua orang itu menemui seseorang yang sudah lama menunggu kedatangannya di ruang tamu.

Dan orang itu adalah Mulyawan Tjo Soekotjo, seorang Milyader kelas berat yang kini Merajai Industri Kayu serta pertambangan batu bara. Dia lah yang sebentar lagi akan menjadi ayah baru Mara.

Pria berkepala 50 an itu menyambut hangat Mara dan Ibunya. Bahkan di usia yang sudah setengah abad ketampanannya tak kunjung luntur termakan Zaman. Dia memiliki aura serta kharisma yang kuat.

Mulyawan lahir dari keluarga terpandang yang jika diibaratkan derajatnya sudah di atas awan. Hidupnya sempurna, keluarganya sempurna, bahkan dirinya pun sempurna.

Mara semakin kecil hati. Dia merasa dia dan ibunya tak pantas menginjakkan kaki di tempat itu. Apalagi mengingat keluarga besar Mulyawan yang hampir separuhnya tak menerima Helni sebagai bagian dari lingkaran mereka.

Lalu, mimpi buruk Mara pun semakin menjadi nyata ketika tiba-tiba datang sosok lain dari balik pintu.

Berjalan lah masuk seorang Pria tinggi berahang kokoh yang memiliki mata tajam nan berwajah sangat... amat... Rupawan.

Kepala Mara perlahan terangkat pelan-pelan, penasaran melihat siapa gerangan pemilik kaki jenjang di hadapannya.

Mata Mara perlahan naik.. Dan naik untuk melihat sosok besar yang kini tepat berhadapan dengannya.

Gadis itu tercekat tatkala tanpa sengaja mata mereka berdua bertemu. Ternyata pria itu juga sedang menelitinya dari atas. Reflek, Mara langsung menjatuhkan pandang, menundukkan wajah kembali.

Walau sekilas, Mara akui pria itu benar-benar sempurna. pahatan Wajah, tubuh, gaya berbusana bahkan gesturnya. Sangat elegan dan terorganisir.

Sayangnya,Pria itu terasa begitu dingin dan aura yang menguar dari dirinya sama sekali tak bersahabat. Membuat Mara makin gelisah dan berharap dalam hati semoga ia tidak akan pernah memiliki urusan apapun dengan pria 'menyeramkan' itu.

Tubuh Mara langsung menegang ketika Mulyawan memperkenalkannya pada pria yang ditaksir berusia 19 tahun tersebut.

"Perkenalkan Mara ini, Hendry. Anak Saya--" Mulyawan sempat menjeda, seolah ingin memberi kejutan kecil di ujung kalimatnya.

"...Kakak kamu kelak," lanjutnya sambil tersenyum tipis.

Seolah tersambar petir.

Ketika itu, Mara merasakan tatapan yang amat menusuk di arahkan padanya. Membuat sekujur tubuhnya merinding.

Dan sorot dingin itu tak lain dan tak bukan adalah milik Hendry Tjo Soekotjo..

Calon kakak tirinya.

***

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang