Kaki jenjang berbalut valentino itu menciptakan gema di sepanjang lorong menuju ruang pribadinya, sapaan karyawan lain ia dapatkan sepanjang perjalanan. Saat ia menggeser kenop pintu, matanya menangkap sosok Nona Bae yang sudah duduk ditemani oleh secangkir teh, bersandar dengan anggun diatas kursi yang biasa ia duduki.
"Apa yang kau lakukan di ruangan ku sepagi ini Irene-ssi?"
Wanita itu meletakkan cangkir teh dalam genggaman kemudian mengangkat wajah, mendapati tatapan Taehyung yang menunjukkan ketidaksukaan akan kehadirannya pagi ini.
"Mengunjungi ruangan tunangan ku tentu saja, apa lagi?"
"Sudah ku bilang aku tidak bisa bertunangan dengan mu, aku sudah me...."
"Menikah? Kau pikir aku akan menerima omong kosong itu Kim Taehyung!!"
Wanita itu bangkit dengan terburu dan menuding seonggok koran di depan wajah Taehyung.
"Kau gila jika berkata kalau ini adalah pernikahan yang normal. Kau sinting Tae!!"
"Bagimu begitu, tapi bagiku itu segalanya untuk ku."
Gadis itu meremat kuat koran di tangan nya dan melemparnya untuk kemudian ia injak dengan ujung heels yang ia kenakan, menatap marah kepada Taehyung yang masih tak bergeming.
"Bagaimana bisa kau menganggap itu segalanya?! Kau bahkan menikahi seorang...."
"Jika kau sudah selesai silahkan keluar dari ruangan ini."
Perkataan bernada dingin itu berhasil membungkam perkataan Irene. Membuat perempuan itu merasakan sedikit getaran rasa takut sehingga berakhir memilih untuk beranjak dari hadapan Taehyung.
Merasa bahwa Irene telah pergi, Taehyung menunduk dan mengambil gumpalan koran yang sudah sedikit terkoyak dan merapikannya dengan perlahan. Matanya menatap potret yang sedikit menguning pada halaman berita utama.
***
Cerita ini bermula di tengah musim gugur berlatarkan sebuah panti asuhan di busan. Rumah Matahari, itulah nama panti asuhan ini. Berbagai anak dari bermacam rentang usia menggantungkan hidupnya di tempat ini dengan harapan mereka dapat dirawat dengan baik dibanding hidup menggelandang di jalanan.
Mata bambi itu menatap waspada sekelilingnya. Gurat wajahnya menggambarkan kebingungan yang terselimut rasa takut. Tubuh kurus itu hanya berbalut pakaian lusuh yang robek disana sini dengan wajah yang terhiasi lebam-lebam ungu hampir menghitam, menjadikannya pusat perhatian anak-anak panti yang ia lalui, membuatnya makin merapatkan genggaman pada seorang polisi muda yang masih menuntunnya di sepanjang lorong menuju ruangan kepala panti.
"Namanya Jeon Jungkook, tentu anda sudah melihat beritanya bukan?" Polisi muda itu menjelaskan sambil menyerahkan map berisi data-data Jungkook kehadapan seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai kepala panti. Tangan berhias cat merah itu membuka lembaran demi lembaran data Jungkook mulai dari riwayat pendidikan sampai ke catatan kesehatannya. Matanya menatap secara menyeluruh si anak dari ujung rambut hingga ujung kaki, kemudian mengangguk dan tersenyum kearah petugas kepolisian yang masih menunggu tanggapan darinya.
"Baiklah kami akan merawatnya dengan baik." Senyuman itu tersungging seakan memberi harapan, namun Jungkook tahu kalau nerakanya yang lain baru saja dimulai.
***
Dibelahan dunia yang lain terdapat presisi lain yang tengah menangis meraung memeluk gundukan tanah basah yang baru selesai ditaburi bunga. Air mata masih terus mengalir deras membasahi kedua pipi yang memerah menahan pilu. Sepasang tangan merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukan, namun si empu membalasnya dengan pukulan-pukulan kecil sebagai tanda pemberontakan.
"Kenapa kau tidak menyelamatkan Eomma!!"
***
BRAK!!!
"Taehyungiii adik ipar ku sayang, keluar kau dari persembunyian mu."
Gebrakan pintu yang diiringi dengan teriakan cempreng itu mendatangkan sosok Kim Seokjin sang kakak ipar yang kemunculannya memang selalu mengundang kehebohan. Lihat saja tingkahnya kini, tangan lentik itu dengan santainya menjatuhkan berpuluh-puluh paper bag ke lantai kantor hingga berserakan.
"Taehyungie cuci tangan mu dan duduk kesini, aku membawakan mu banyak makanan lezat dan beberapa potong baju yang baru saja ku buat, kau pasti akan menyukainya." Taehyung hanya dapat menghela napas mendengar rentetan perkataan yang keluar dari mulut rapper kakak ipar nya, namun tetap melaksanakan apa yang di perintahkan. Taehyung masih ingin memiliki telinga yang sehat, maka menuruti demi menghindari ocehan yang lebih panjang adalah pilihan yang tepat.
"Dimana keberadaan kucing jantan itu? Aku tidak menemukan wajah mengantuknya saat berjalan kesini, padahal aku sudah membawa sandwich tuna kesukaan nya." Mata Seokjin melirik sekeliling ruangan berharap menemukan keberadaan Min Yoongi sang kucing jantan. Senyumnya mengembang ketika sosok yang dicari muncul dari balik pintu toilet.
"Berhenti memanggilku kucing jantan Hyung, pegawai kantor akan menjadikan panggilan itu sebagai bahan olokan."
"Ooo ayolah itu panggilan yang manis."
Yoongi hanya mampu memutar kedua bola matanya mendengar balasan itu, harusnya ia tahu kalau tak akan pernah menang melawan uke.
Ketiga pria itu mulai mengelilingi meja yang sudah disusun rapi oleh Seokjin dengan berbagai menu yang ia bawa.
Taehyung menatap warna masakan yang tak asing dimatanya, menyumpit sebagian dan bergumam.
"Kau memasak japache."
"Kesukaan mu. Mungkin rasanya akan berbeda tapi aku sudah mencoba membuatnya semirip mungkin."
Taehyung hanya terdiam dan melanjutkan makan nya, tentu saja rasanya akan berbeda.
TBC
Aku suka karakter Seokjin di cerita ini, dia sangat imut dan dewasa (meski sedikit kekanakan), begitu juga dengan interaksi Yoongi dengan Jimin (itu akan ku tampilkan di chapter selanjutnya haha... 😅)
Semoga kalian masih menikmati cerita ini 🥰
Don't forget to vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal
FanfictionKim Taehyung adalah seorang CEO di sebuah perusahaan terkenal di Seoul. Pria itu di juluki sebagai "The Hottest Rich Man of The Century" sehingga digandrungi oleh banyak wanita. Namun setiap kali disinggung tentang hubungan asmara, Taehyung selalu m...