The Day We Met

1.8K 177 7
                                    

Suara tawa bersahut-sahutan memenuhi penjuru ruang-ruang kelas yang jendelanya bergoyang oleh hembusan angin musim gugur. Berpuluh-puluh tubuh kecil berlarian kesana kemari menikmati waktu istirahat di sebuah sekolah dasar salah satu desa di Busan. Diantara lentera-lentera kecil yang membawa harapan dimasa depan itu terdapat sosok anak adam yang meringkuk sendirian di ruang kelas yang sepi. Menelungkupkan pipinya diatas lipatan tangan yang tersampir dimeja. Tubuh itu terus menerus bergetar dengan mata terpejam, rungu mungil nya mengucapkan kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan rilih namun masih dapat didengar dengan jelas oleh sosok bermata doe yang baru saja kembali dari luar kelas. Langkah kecilnya membawa tubuh itu untuk menghadap ke asal suara.

"Eomma...eomma...."

Mata kelinci itu menatap polos. Mengerjap beberapa kali meniti wajah gelisah sosok tan di depannya. Tangan mungilnya bergerak menyentuh permukaan kening yang berkerut gelisah, dengan perlahan ia mengelus lembut sepanjang garis guratan yang tercipta dari mimpi buruk yang singgah pada sosok anak yang ia tahu baru saja sampai di tempat ini dan langsung menjadi perhatian. Bukan karena ia berasal dari pindahan luar negri. Namun karena tatapan tajam itu membuat tak seorangpun berani mendekat kearahnya.

Elusan halus itu berangsur-angsur berhasil menghilangkan kerutan di dahi Taehyung, membuat sepasang gigi serupa kelinci menyembul lucu menandakan si empunya puas bahwa tindakan yang ia lakukan berhasil mengusir mimpi buruk sosok yang entah mengapa membuatnya ingin mendekat.

"Tidur ya hyung...tidur yang nyenyak. Hari esok ibu peri akan datang membawa kebahagiaan."

Kata-kata itu mungkin hanya terdengar seperti khayalan. Tapi entah mengapa berhasil membuat seorang Kim Taehyung berhasil tersenyum dalam tidurnya setelah sekian lama hanya tangis yang terucap dari setiap mimpinya.

***

"Namaku Jeon Jungkook, nama hyung?"

Uluran tangan kurus itu terpampang di depan Taehyung yang duduk termangu kaku memeluk lutut dan bersembunyi diantara semak taman sekolah. Menatap menelisik sesosok anak kecil yang ikut berjongkok di depannya dengan senyum serupa makhluk berbulu bertelinga panjang.

Merasa dihiraukan membuat anak itu berinisiatif mengambil sebelah tangan Taehyung dan menggenggamnya, menggoyangkannya keatas dan kebawah selayaknya orang bersalaman.

"Kookie sudah memperkenalkan nama, jadi hyung juga harus. Nama hyung...?" Sekali lagi ia bertanya sambil menatap berbinar dengan raut menuntut.

"Taehyung... Kim Taehyung." Dengan ragu Taehyung memberitahu namanya, menatap datar kearah Jungkook. Senyum kelinci itu semakin lebar sampai membuat kedua mata doe nya menghilang begitu mendengar suara husky dari pemuda tan.

Anak itu menarik tangannya dan membenarkan posisi duduknya, menggoyangkan tubuh mungilnya ke kanan dan ke kiri. Taehyung menatap aneh anak yang tampak riang di depannya, sangat berbanding terbalik dengan kondisi nya yang menurut Taehyung amat sangat tidak terawat.

Rambut hitamnya nampak kusut dan memanjang dengan tidak teratur. Tubuhnya sangat kurus dan seragam sekolah kebesaran lusuh yang melekat di tubuhnya turun meluruh memeperlihatkan sepanjang selangka sebelah bahu nya. Taehyung melepas sweater yang ia kenakan dan memakaikan nya ke tubuh anak itu, entah karena ia merasa kasihan atau karena ia tak suka melihat bagian tubuh anak itu yang terekspos.

Jungkook mengerjapkan mata bambi nya ketika merasakan sepotong pakaian yang menurutnya sangat lembut membungkus tubuhnya. Menatap heran kearah Taehyung yang masih merapikan penampilannya. Sweater itu nampak kebesaran di tubuh Jungkook, namun tentu saja lebih menutupi dan nyaman dibanding seragam lusuh nya.

"Kau akan kedinginan jika hanya memakai itu." Taehyung memalingkan wajah tak berani menatap paras Jungkook yang menyungingkan senyum manis.

"Terimakasih Tae-Hyung." Dan Taehyung tahu kalau hidupnya tidak akan lagi sama. Malaikat datang kehadapannya dalam wujud pemuda kelinci kurus yang lusuh namun entah mengapa nampak bersinar.

Dia datang kepadaku tanpa aba-aba.

Hanya datang dan mengulurkan tangan mungilnya yang bahkan lebih kurus dan pucat dibanding milikku, namun entah mengapa justru lebih bersinar dan sangat lembut.

Matanya seakan berbicara "tidak apa-apa, jangan takut....aku ada disini untukmu".




























TBC

EternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang