READERSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
MWEHEHEHEHEHEHEHEHEHHEHEHE!!!!
Ketemu lagi dengan aing si Author~
OwO mana rupa kalian my Readers?~
Maapkan hamba ini yang baru bisa up sekarang QwQ
Mengmaap ya....
Anyway~ Author kesini membawakan sebuah chapter~
Nyeheq~
Monggo dibaca~
"Pertinyiinnyi lih yi!": berbicara
'Eta terangkanlah hati ini...' : berfikir/membatin
Enjoy~
#
Pertanyaan Ice sukses membuat kedua orang yang mendengarkannya diam seribu bahasa. Mereka sedang berusaha mengingat – ingat sebuah kejadian yang bisa membuat si bungsu berubah sangat drastis. Terbesit sebuah ingatan dalam benak Ice yang menurutnya sebagai titik balik perubahan perilaku si bungsu.
"Bentar .... apa kalian pernah mendengar Solar meminta sesuatu?" Tanya Ice.
"Huh?" Thorn dengan polos menoleh ke arah Ice.
"Ya kalik gegara nggak pernah dibeliin, jadi emo kek gitu dia?" Blaze menimpali, menurutnya sangat tidak cool jika Solar berubah sifat gegara apa yang diinginkannya tak pernah terturuti.
"Oh ayolah.... aku tanya betul – betul nihhh" Ice terlalu capek meladeni pertanyaan kakaknya yang terkesan meledek.
'...Ah, ini masalah...' Yup Ice akhirnya menemukan faktor pertama tanpa dia harus berpusing memikirkannya.
"Setahu yang otak jahilku pernah pikirkan........ kayaknya sih nggak pernah. Tapi... wait, kok dia punya segelanya?!" Giliran Blaze yang merasa ada kejanggalan dengan si adeknya yang terakhir. Ice hanya mengedikkan bahunya karena dari dulu kerjaannya hanya menjadi putri salju.
"Aku tahu kak!" si dedek terakhir nomor dua mengacungkan tangannya bak ingin menjawab pertanyaan ibu guru yang membuat kedua kakaknya terkaget.
".... tolong jantungku cuman satu..." Ice meraba dadanya.
"Please... jangan ngagetin! Aku masih mau ngerjain Bang Hali ama Ice!...." wah ternyata ada yang minta dibogem nih rupa – rupanya....
"Apa yang barusan kau cakap Kak?~" si adek nomor lima dari tujuh kembaran menampol kakaknya dengan sangat tidak sans.
"ADUH!!!!!!!!!!!" terdengarlah rintihan bin bahenol dari mulut ember Blaze.
"Pantes banget nggak ada yang mau ngespill rahasia ke kakak, wong mulut kakak ember"
"Woy!" Blaze berteriak, memegang pipinya yang terkena tamparan penuh kasih dari Ice.
"KAK!!!" Si moe yang dikacangpun akhirnya menjiwit paha masing – masing kakaknya.
"Ouch!" keduanya kini meraba – raba bekas jiwitan si adek moe.
"Oke oke... mangga dilanjutkan"
"Monggo, bang... monggo..." Ice membenarkan.
"Yelah tuh"
"Jadi ... pas itu Solar minta untuk dibelikan mainan ke Kak Hali, Kak Taufan, dan Kak Gempa tapi mereka pada sibuk sendiri. Kak Hali saat itu marah sampai membentak Solar. Jadinya Solar nangis dan nggak berani deket – deket ama Kak Hali lagi" Thorn bingung segala yang diinginkannya pasti akan dikabulkan, tapi pada saat giliran Solar seperti tidak bisa sama sekali. Bukankah Solar yang terlahir terakhir yang seharusnya diutamakan? Dia kan yang paling bungsu. Thorn malah sering befikir kalau saudara – saudaranya menganggapnya lah yang bungsu. Padahal yang lahir duluan adalah Thorn daripada Solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terdampar ke Dimensi Lain
FanfictionTidak puas dengan penelitiannya kini Solar dibantu oleh Nut membuat sebuah alat yang fungsinya melihat ke dimensi lain. Dan.............pada akhirnya Solar sendiri yang menerima imbasnya.