Mengpanik

2.4K 239 97
                                    

Halo, Readersssssssssssssssssssssss!!

Akhirnya setelah sekian lama Nee bisa up new chapter nihhh! Kebetulan banget bertepatan dengan hari aing brojol

Anyways, kalau kalian dapat notifikasi dari Fight! dibaca juga yaw~

02.30

Yo wes lah monggo dibaca~

Boboiboy milik Monsta

"Satu jari dua jari": berbicara

'Lanjutin pantunnya anjir': berpikir/membatin

Enjoy~

#

Sedetik

Dua detik

Selang tiga detik kemudian Solar baru bertindak dengan memegang kepalanya dan nyaris berteriak.

"Kak! Kak Ice bangun plissssss!!! Ini nggak lucu!!" Solar tak terima dengan apa yang dia lihat, lebih tepatnya shock.

Kalau ini prank dari TTM mah terlalu niat, tapi Solar seenggaknya fasih dengan kebiasaan kakaknya yang sukanya tidur. Kakaknya ini nggak bakal mau tidur di sofa tanpa sandaran dan sekarang dia melihat si kakak sedetik duduk di sofa langsung tergeletak dengan tarikan nafas tak karuan.

Ini bukan guyonan lagi, melainkan keadaan darurat!

"Masalah apa lagi ini woeyyyy pingin nangis gua 😭" btw pas selesai mengatakan ini Solar beneran menitikkan air mata, air mata meratapi nasib. Dia membiarkan rasa panik menyelimutinya, baru setelah dia merasa bisa mengontrol rasa panik itu Solar mulai bertindak.

"Pucat— nih orang bernapas nggak— ya Tuhan?!" Makin sintru pas Solar ngeliat Ice dalam kondisinya yang tak sadar mengalami kesusahan untuk bernafas.

Solar berfikir sejenak. Kuasanya bisa menyembuhkan, tapi belum tentu itu akan berefek pada Ice di dimensi ini. Dia takut jika dia gegabah, malah akan berdampak lebih buruk pada kakaknya. Mungkin dia akan mencobanya pada hewan yang terluka nanti, pastinya dia tidak akan menjadikan kakaknya sendiri menjadi percobaan. Saudaranya disini tak sekebal saudaranya yang ada di dimensinya.

Satu hal yang bisa si bungsu lakukan sekarang adalah menggeledah kembali kamarnya. Dia sempat melihat inhaler dan juga ada tabung oksigen yang kemarin dia gunakan.

Kepala Solar sedikit pusing saat harus naik dan turun tangga dengan terburu - buru, bahkan penglihatannya tadi berkunang - kunang. Sengaja dia gubris karena masih ada yang lebih penting.

Masing - masing barang berada ditangannya, si bungsu langsung gerundeng. "Sialan inhalernya sisa sedikit! Tabung oksigennya juga!"

Nasib apes macam apa yang menimpanya bertubi - tubi hari ini. Baru juga beberapa hari disini. Solar tidak habis pikir bagaimana perjuangannya nanti untuk pulang.

"Oke... tenang dulu.... Ngopi duls— nggak ada waktu buat bikin kopi njir! Okeh! kita pasang masker oksigennya dulu" Tangannya dah separuh jalan melakukan apa yang dipikirkannya, sangking handalnya menyiapkan alat beginian. Hampir setiap selesai misi melakukan itu. Agak miris sih, tapi saudaranya sering seperti itu. Mereka sering kehabisan nafas selesai melaksanakan misi ekstrim, bahkan sering dari mereka yang tak sadarkan diri penuh dengan luka dan Solar paling benci jika harus menatap wajah kesakitan saudaranya. Sama persis yang terjadi sekarang. Solar paling benci tidak bisa melakukan apapun saat kakak - kakaknya mengalami sesuatu diluar jangkauan bidangnya. Jadi jangan heran jika Solar menghabiskan waktunya berada di dalam kamar atau di tempat yang sepi. Dia menghabiskan waktu agar sesuatu yang sudah terjadi pada mereka, apalagi yang buruk, tak akan terjadi kembali. Itu semua dia lakukan agar dia siap, agar apa yang terjadi di kemudian hari, dia bisa menanganinya.

Terdampar ke Dimensi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang