Haaaaaaallllllooooooo, Readers!
Bagaimana hari kalian, indah?
Author membawakan chapter baru nih
Baca yuk!
Author bukan pemilik Boboiboy
"Hilih": berbicara
'Wadoh!': berpikir/membantin
Enjoy~
#
Halilintar, Taufan, dan Gempa merasa kepergok melakukan sesuatu yang sangat buruk oleh kehadiran sang Atok yang tiba – tiba nongol bagai hantu tak diundang.
"Tok Aba, kami ti-.."
Tok Aba mengankat tangannya tanda Gempa untuk tidak melanjutkan perkataannya.
"Ayo masuk dulu kita bicarakan baik –baik"
Omongan Gempa diputus oleh Tok Aba yang kelihatan agak gimana gituh. Gempa dan saudaranya menuruti perkataan Tok Aba. Mereka masuk kedalam mencoba untuk mentulikan pendengaran dari percakapan tidak jelas tetangga sebelah. Mereka sudah was – was bakal terkena omelan maha dasyat dari sang kakek. Tok Aba yang masih diluar meminta maaf kepada tetangga. Dia merasa tidak enak hati pada para tetangga yang melihat aksi cucu – cucunya membuat kerusuhan di waktu petang. Suasana sunyi melanda ruang tamu merangkap menjadi ruang keluarga itu. Trio tertua duduk di sofa, Blaze duduk dibawah, dan Ice memilih untuk berdiri. Mereka tak mempermasalahkan dengan tempat duduk, hanya saja suasana berat menggantung di ruangan itu membuat mereka enggan berbicara. Mereka masih menunggu siapa yang angkat bicara terlebih dahulu. Tok Aba masuk dan melihat masing – masing cucunya menggunakan ekspresi yang berbeda – beda. Dia duduk di depan Trio tertua.
"Jadi.... bisa dijelaskan kenapa kok Gempa dan Taufan udah pulang? Lalu dimana Solar, sekarang?"
Pertanyaan Tok Aba membuat Gempa dan Ice teringat. Gempa teringat kalau adiknya itu masih sakit sedang Ice teringat kalau tujuannya kebawah untuk meminta obat ke Gempa.
"Mana obat Solar?"
Ice bertanya dengan nada ketus plus dingin dan tanpa perasaan. Sungguh, Gempa serasa dilempar es batu tepat dimukanya.
"Solar tadi sesak, mukanya pucat, tubuhnya bergetar hebat"
Ice melanjutkan ucapannya saat melihat Gempa masih tidak bereaksi sekalipun. Gempa terkaget, segera ia meraih tas dan membukanya memperlihatkan beberapa kantung obat didalamnya. Taufan menelan ludah takut dengan perubahan sifat Ice. Halilintar hanya diam bagai patung di pojokan yang fungsinya hanya jadi pajangan. Sedang Blaze, dia mah santuy, paham betul kalau yang kena jitakan bukan dia melainkan kakak – kakaknya.
"Ini..., bagaimana kondisi Solar?
Gempa mencoba mencairkan tatapan dingin yang ia terima dari Ice.
"Seperti yang kubilang tadi, tapi itu udah setengah jam yang lalu saat aku harus melerai kalian semua yang melakukan hal yang tidak bermanfaat. Kalau Thorn masih tidak kebawah berarti dia bisa menangani situasi lebih baik daripada kalian"
Ucapnya dengan ketus melirik ke ketiga kakak yang seharusnya berpikir jernih saat situasi memburuk, bukannya memperparah. Tanpa pikir panjang Ice memilih untuk bergegas keatas menuju kamarnya yang berbagi dengan Solar. Sambil membawa obat itu, Ice berharap Thorn bisa menjaga Solar. Jika Ice melihat ekpresi Gempa mungkin dia akan menarik perkataan itu. Teriris hati Gempa mendengar perkataan menusuk dari Ice. Taufan yang biasanya ceria tambah merengut memperlihatkan bahwa ia menyesal dengan situasi ini. Hatinya juga sakit mendengar ucapan Ice yang sangat tidak berperi perasaan. Halilintar menampakkan poker face yang tidak bisa ditebak oleh saudaranya kecuali Tok Aba. Dalam benaknya ia sudah memikirkan banyak hal yang tidak bisa diungkapkan. Blaze sedikit khawatir, Ice sepertinya sangat kesal sampai – sampai mengeluarkan nada ketus plus savagenya yang biasanya berhibernasi di dalam otak rebahan itu. Tok Aba menggeleng sedih dengan apa yang terjadi saat ini.
"Blaze, kamu bisa ikut dengan Ice. Biar Atok berbicara delapan mata dengan ketiga kakakmu ini"
Ucapnya lembut memperlihatkan seyuman paksa. Blaze masih sempat melihat ketiga kakaknya yang sepertinya udah capek karena pukulan tak berbentuk dari Ice dan sekarang mereka bakal kena nasihat dari Tok Aba. Blaze nggak mau menjadi spectator disesi baku hantam ke dua. Dia memilih untuk menuruti kata Atok.
'Daripada aku nanti kena juga, mending aku ikut keatas. Lebih baik cari aman. Maaf Kak Upan kali ini kau harus berjuang sendiri!'
Blaze memberikan penghormatan terakhir pada kakak – kakaknya lalu menoleh ke Atok.
"Baik Tok"
Dan melesat keatas, menyusul Ice. Ia meninggalkan medan perang yang akan segera meletus. Blaze juga khawatir dengan si lampu yang tadi tampak lemas dan pucat. Terlalu banyak yang dikhawatirkannya membuatnya merasa tertekan dan stress
'Semoga saja kalian selamat sentausa dapat melihat hari esok. Moga juga semprotan atok nggak lama, takut menghilang tuh jiwa'
Pikir Blaze yang masih sempat ngelucu disituasi menegangkan begini. Melihat Blaze yang sudah menghilang di ujung tangga. Atok memulai interogasi dengan nada pelan dan rendah. Ketiga kakak yang mendengar nada itu seketika jantung mereka berpacu dengan adrenalin merasa lagi ikut uji nyali.
"Ada apa ini Halilintar, Taufan, Gempa? Tidak seperti biasanya kalian bertengkar sampai membuat kericuhan lalu menyeret kembaran kalian yang lain hingga ikut kesal dan marah?"
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Tok aba. Mereka menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata Atok mereka yang telah membesarkan mereka semenjak ibu mereka meninggalkan mereka saat masih belia. Mereka takut, malu, dan marah pada diri mereka sendiri yang tidak bisa memperlihatkan pada Atok kalau mereka bisa mengurus ini semua.
"Apa ini tentang Solar lagi?"
Tok Aba melihat reaksi ketiga kembar tertua yang tetap memandang lantai
"Kalian tahu tidak? Dulu pada saat ibu kalian mengandung. Dia sangat senang sekali karena tahu bahwa ia bisa melahirkan tujuh kembar yang berbeda jarak satu tahun"
Cerita itu memikat ketiganya. Mereka menoleh ke arah Atok yang tengah tersenyum tipis. Mereka kira akan mendapatkan ceramah penuh makna dari sang Atok.
"Ayah kalian kaget bukan main. Saat pertama kali ibu kalian hamil..... lalu lahirlah tiga kembar yakni kalian bertiga selang setahun ibu kalian hamil lagi dan melahirkan 4 kembaran dia senang dan juga takut. Takut kehilangan istrinya dan anak anak yang dikandungnya"
Jujur ketiganya tak pernah mendengar cerita ini bahkan dari sang ayah.
"Saat hari kelahiran, ibu kalian berjuang keras. Kamu.... Halilintar, Taufan, dan Gempa lahir dengan normal. Namun kembar kalian yang lain harus di operasi karena ibu kalian mengalami pendarahan yang hebat"
Ketiganya terkejut, mereka pada saat itu terlalu kecil untuk mengerti apa yang dimaksudkan Atok sekarang. Gempa dan Taufan nampak ingin menangis. Emang bener sih kedua orang ini sangat cengeng jika dikasih tahu cerita yang sedih menyayat hati.
"Pada saat itu Blaze, Ice, Thorn, dan Solar lahir premature. Mereka harus dirawat di ruang intensif pula karena berat mereka pada saat itu kurang untuk ukuran normal bayi yang baru lahir. Saat itu dari keempat adik kalian, yang paling baik kondisinya adalah Blaze. Ice, Thorn, dan Solar terkena masalah dalam tubuh mereka. Kondisi tubuh Ice tak stabil, otak Thorn mengalami sedikit hambatan, dan Solar yang lahir paling terakhir mengalami cacat"
Okay, kalok yang ini membuat Trio tertua mau jingkat, kaget beneran. Mereka tak pernah mendengar kabar ini.
"Tunggu, Tok! Kami tahu tentang kondisi Ice, tapi Solar cacat? Thorn terhambat?"
"Solar cacat apa Tok? La-lalu otak Thorn? Apa yang sebenarnya terjadi Tok?"
"Apa yang kalian sembunyikan dari kami?!"
#
Bersambung~
Tunggu chapter berikutnya
Author off
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Terdampar ke Dimensi Lain
Fiksi PenggemarTidak puas dengan penelitiannya kini Solar dibantu oleh Nut membuat sebuah alat yang fungsinya melihat ke dimensi lain. Dan.............pada akhirnya Solar sendiri yang menerima imbasnya.