[1] - Dia, Renata

2.5K 288 2
                                    

Cahaya matahari mengusik tidur seorang Renata Jasmine. Wanita berusia 27 tahun tersebut mengusap matanya sebentar lalu terduduk melihat ke arah jendela kaca yang masih tertutup tirai putih.

Sepi.

Itulah suasana yang sudah hampir lima tahun Renata alami di rumah ini. Setelah suaminya memilih menikah lagi, Renata pun ditempatkan di rumah kecil yang terletak di belakang mansion utama. Wanita itu pun hanya bisa menurut.

Renata memiliki seorang anak laki-laki dari hasil pernikahannya dengan sang suami. Namun, sang anak yang kini berusia empat tahun itu tidak diperbolehkan untuk melihat dan bermain dengannya. Sejak lahir, sang anak telah diambil alih dan dirawat oleh sang suami dan istri keduanya.

Saking inginnya ia bertemu dengan Rendra, sang anak semata wayang, Renata pernah nekat masuk ke mansion utama dan menemui sang anak yang kala itu sedang bermain sendirian di ruang tengah.

Renata mendekatinya dengan perasaan penuh haru. Namun sayang, sang anak menolaknya mentah-mentah. Ia bahkan mengatakan bahwa Renata adalah wanita jahat yang mencoba mengganggunya.

Lebih menyakitkan lagi, Rendra menganggap ibunya selama ini adalah Larisa, istri kedua Leon.

Setelah menyebabkan Rendra menangis, Renata terpaksa diseret oleh beberapa pembantu disana dan berakhir mendapat tamparan keras dari sang suami.

Renata tersenyum miris ketika mengingat hal tersebut. Wanita itu menumpukan kepalanya ke lutut, sembari tatapannya masih kosong menatap jendela kamarnya.

Tak lama kemudian, ia mendengar pintu rumahnya diketuk. Renata lalu beranjak keluar kamar dan menuju pintu utama.

Saat membuka pintu, wanita itu tidak menemukan siapa-siapa. Hanya ada sekotak berisi sayur dan buah, beserta bahan-bahan makanan lain yang ia butuhkan.

Selalu begitu.

Semenjak Renata tinggal sendiri disini, bahan makanan dan perlengkapan yang ia butuhkan selalu disediakan, mengingat memang suaminya melarang keras Renata keluar dari rumah.

Bahan makanan selalu diantar seminggu sekali, sedangkan perlengkapan lainnya seperti baju baru, alat mandi, dan lain sebagainya akan diantarkan sebulan sekali.

"Masak apa ya hari ini?" gumam Renata sembari mengeluarkan bahan-bahan makanan tadi diatas meja makannya.

Sehari-hari, Renata memang sendirian di rumah yang bisa di bilang cukup besar itu. Tidak ada pembantu sama sekali yang membantunya mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

Hanya Renata seorang.

Kegiatan Renata selama lima tahun tinggal sendiri adalah berkebun, memasak, dan berjalan-jalan di halaman sambil sesekali merenungkan hidupnya yang menyedihkan.

"Ah, bikin salad aja lah."

Tak butuh lama, sarapan paginya telah siap. Renata pun membawa makanannya keluar rumah. Wanita itu biasa memakan sarapannya di meja dan kursi kayu yang berada di dekat taman kecil halaman rumahnya.

Hari ini langitnya sangat bersih. Hanya ada hamparan biru luas di langit, tanpa putih yang menutupinya.

Hati Renata menghangat. Sejak kecil, ia menyukai langit seperti ini.

Langit biru yang selalu menenangkannya, seolah-olah mengatakan bahwa ia selalu melihat dan melindungi Renata.

"Aww!"

Saat sedang asyik menghabiskan makanannya, Renata mengaduh kesakitan saat sebuah bola sepak menghantam kepala nya. Ia kemudian menunduk guna mengambil bola yang tadi mengenainya.

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang