[4] - Boys Time

1.2K 260 8
                                    

"Om Giyoo!"

Gio tersenyum cerah mendengar keponakan satu-satunya itu menyambutnya dengan hangat.

Setelah pintu rumahnya tertutup, ia kemudian berjongkok guna menyamakan tingginya dengan keponakan tersayangnya.

"Halo, Mas Raka jagoan om! Kok disini? Ayah kemana?"

Ya, Gio memang suka memanggil keponakannya dengan embel-embel "mas" di depannya. Faktor terlahir dari keluarga Jawa membuat Gio dan kakaknya tumbuh menjadi pria yang santun.

Memanggil Raka dengan embel-embel "mas" juga mengingatkannya akan sang ibu yang kala hidup, memanggil dirinya dengan panggilan "Mas Gio".

"Masak," jawab Raka dengan polos.

Mendengar jawaban dari sang keponakan, Gio membelalakkan matanya. Ia segera melepaskan hoodie hitamnya dan menggendong Raka menuju dapur guna menghentikan kegiatan sang kakak.

"Mas Radit, stop stop, jangan diterusin!"

Radit yang sedang akan memasukkan wortel ke panci menoleh ke belakang ketika suara adiknya terdengar panik. Ia meletakkan kembali mangkok yang berisi wortel tersebut ke meja.

"Lah? Kenapa sih? Gue bisa masak kok," elak Radit tak terima.

Gio menurunkan Raka. "Gak yakin gue. Minggir, gue mau ngincip."

Pria tersebut lalu mengambil sebuah sendok. Sedetik setelah merasakan masakan sang kakak, raut wajah Gio mengernyit lucu. Hal tersebut membuat Raka yang berada di bawahnya tertawa melihat wajah omnya itu. 

Menurut bocah tersebut, wajah omnya seperti badut jelek.

"Gak enak ya?" tanya Radit setelah melihat raut wajah sang adik.

Gio mendengus kesal. Ia lalu mengambil air minum di kulkas yang berada di dekatnya dan meminumnya guna menghilangkan cita rasa tidak karuan yang timbul dari hasil karya ajaib sang kakak.

"Lo niat masak apaan sih?"

"Sop."

"Manis banget. Buang!"

"Kok manis? Orang gue masukinnya bener garem kok!" elak Radit.

"Mana garem?"

Radit lalu dengan percaya dirinya mengambil toples kaca berisi garam yang ia maksud. Gio memutar bola matanya sebal.

Ia mengambil alih toples tersebut dan menyuruh sang kakak merasakan apa yang barusan ia masukan ke masakannya.

"Kok garem manis sih?" tanya Radit heran.

"Ini gula halus, Mas Raditya Adiwangsa."

Radit membelalak. "Astaga! Abisnya mirip gini sama garem."

Gio mendengus sebal. Kakaknya memang payah dalam urusan dapur, sama seperti sang ayah. Untung saja mereka tinggal bersama setelah kepergian kakak iparnya.

Tidak bisa ia bayangkan bagaimana mengerikan bagi keponakan tersayangnya jika harus memakan masakan Radit setiap hari.

Untung saja sang ibu sering mengajaknya memasak bersama dulu.

"Lo mending main sama anak lo aja deh, gue yang masakin. Lagian ngide banget lo masak," ujar Gio.

Laki-laki itu tengah membuang sayur sop gagal buatan Radit ke kitchen sink.

Radit pun menurut kepada perintah sang adik. Ia memilih untuk duduk di kursi meja makan yang berada tak jauh dari dapur.

"Pengen nyobain masak aja," jawabnya santai.

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang