[2] - Dad and Son

1.7K 275 11
                                    

"Yayah!"

Radit yang baru saja menutup pintu mobilnya tersenyum cerah ketika sang anak berlari menujunya.

Pria yang masih memakai setelan formalnya tersebut berjongkok dan merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan dari jagoan kecilnya itu.

"Halo, jagoan! Gimana harinya? Seru?"

Sang anak mengangguk antusias. "Selu! Tadi Laka sama Lendla main sepak bola telus Laka menang loh. Oh iya, Tante Lalisa tadi juga beliin kue bolu kesukaan Laka!"

"Wah, bagus deh kalo gitu. Udah bilang terima kasih belum sama Tante Larisa?"

Raka mengangguk lagi. "Sudah dong! Kata yayah kan kita gak boleh lupa bilang telima kasih."

Radit melepaskan pelukan sang anak dan menepuk pelan kepala kecilnya. "Pinter anak ayah."

"Yayah yayah! Tadi Laka ketemu tante cantik kayak bidadali!" ujar Raka dengan mata kecilnya yang berbinar-binar.

Kening Radit mengerut bingung. Namun, senyuman belum luntur dari bibirnya. "Tante cantik siapa? Tante Larisa maksud kamu?"

Raka menggeleng. "Bukan!"

Bocah itu kemudian menunjuk mansion keluarga Leon. "Tante cantiknya di belakang sana. Jauuuhhh."

Mendengar penuturan sang anak, Radit ikut terdiam sembari berpikir.

Setahunya di mansion hanya ada Leon dan keluarga kecilnya, beserta para pembantu dan supir.

Apakah yang di maksud anaknya adalah salah satu pembantu di mansion Leon?

"Gak usah terlalu dipikir, Raka sepertinya abis ketemu hantu di halaman belakang."

Radit dan Raka menoleh ke belakang. Disana Leon dan sang istri, Larisa tengah tersenyum kepada mereka.

Tangan sang wanita bertaut mesra di lengan Leon. Radit pun berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Tumben lo yang jemput, supir lo kemana?" tanya Leon setelah bersalaman dan memeluk sang rekan kerja beda perusahaannya itu.

"Mumpung ada waktu luang. Oh ya, Larisa? Terima kasih atas kuenya. Raka barusan bercerita."

Larisa mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama. Rendra dan Raka kebetulan memang memiliki selera yang sama dalam hal makanan."

Radit pun tersenyum.

Kemudian ia merasakan ujung jasnya di tarik oleh Raka. Sepertinya jagoan kecilnya sudah lelah dan ingin segera tidur. Raka terlihat mengucek matanya beberapa kali dengan tangan kecilnya.

"Kalo gitu kita pamit. Terima kasih sudah mau menjaga Raka. Salam untuk Rendra ya."

Leon dan Larisa mengangguk.

Begitu Radit dan Raka masuk ke dalam mobilnya, mereka melambaikan tangannya saat mobil yang dikendarai Radit berjalan meninggalkan mansion.

"Raka tadi ketemu Renata?" tanya Leon dengan suara rendahnya.

Larisa mengangguk dan menelan ludahnya. Leon kini tampak begitu menyeramkan.

"I-Iya. Bola Raka gak sengaja ketendang sampai ke halaman rumah Mbak Renata," jawab Larisa pelan.

Leon terdiam sejenak. Kemudian bisa Larisa dengar dengusan kesal, khas suaminya yang tengah menahan kesal. Ia menoleh dan mengangguk. "Biarkan saja. Selama bukan dia yang berulah, aku akan diam saja."

Pria berusia tiga puluh tahun itu kemudian masuk ke dalam mansion, meninggalkan sang istri, Larisa yang masih terdiam di posisinya sembari menghela napas berat.

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang