[8] - Pilu

1.2K 265 19
                                    

Pertemuannya dengan Gio semakin sering terjadi. Renata sempat bingung, kenapa Gio selalu ada ketika ia juga berada di taman? Namun, disisi lain ia merasa bersyukur akan kehadiran Gio.

Perempuan 27 tahun tersebut akhirnya bisa merasakan bagaimana memiliki teman di luar. Renata juga semakin sering tersenyum dan tertawa akibat lelucon Gio yang menurutnya lucu.

Seperti saat ini, Gio tengah bercerita bagaimana kemarin malam sang keponakannya menjahilinya dengan memberikan selai stroberi pada roti tawarnya.

Renata terkekeh. "Jadi kamu gak suka stroberi?"

"Iya. Dari kecil aku emang gak suka sama stroberi. Untung aja aku gak ada alergi!" ujar Gio dengan berapi-api.

"Terus, keponakan sama kakak kamu gimana responnya?"

"Mereka ketawa doang dong! Tapi abis itu Mas Radit bilangin ke anaknya supaya jangan jail kayak gitu lagi."

Perasaan Renata menghangat ketika Gio menyebut sang kakak dengan panggilan "Mas".

Menurutnya, cukup langka laki-laki di jaman sekarang yang masih menjunjung tinggi kesopanan seperti Gio dan keluarganya.

"Mas Radit tuh baik banget," ujar Gio tiba-tiba. Laki-laki di sampingnya ini tersenyum menatap ke arah danau di depan mereka. "Dia pinter, dia ganteng, kesayangan ayah karena sopan, terus manner-nya lebih bagus daripada aku."

Renata masih terus mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh Gio.

"Tapi kadang nasib dia tuh gak bagus-bagus banget. Dulu dia pernah kecelakaan waktu nolong kucing di deket rumah. Mas Radit juga pernah kecipratan minyak panas waktu goreng ikan buat makan malam waktu aku sakit. Pernah juga ditipu sama klien sampe beratus-ratus juta sampai akhirnya perusahaan dia terancam bangkrut, padahal waktu itu perusahaannya masih dalam tahap berkembang. Terakhir,"

Gio menghela napasnya. Matanya menerawang pedih.

"Ditinggal istrinya untuk selama-lamanya," ujar Gio lirih.

Renata yang mendengarnya ikut merasakan sedih.

"Tapi hebatnya, dia gak pernah sedih berlarut-larut karena sekarang dia ada anaknya yang harus di prioritasin."

"Kakakmu.. hebat," ujar Renata. Ia tidak tahu harus memberi pujian seperti apa karena memang ia jarang sekali memuji orang.

Gio tertawa mendengar respon singkat Renata. "Kamu tuh lucu ya?"

"H-hah?"

Gio menoleh ke samping dan menatap lekat-lekat Renata. "Iya, kamu lucu. Kamu dewasa, tapi disisi lain kamu punya sisi polos seperti anak kecil."

Pipi Renata memerah mendengarnya. Ini pujian kesekian kali yang keluar dari mulut Gio untuknya.

Seumur hidup, Renata hampir tidak pernah di puji terang-terangan seperti ini, bahkan oleh Leon sekalipun.

Hanya cacian yang selalu ditujukan kepadanya.

Baru saja hendak menepuk kepala Renata yang tengah menunduk malu, Gio dikagetkan dengan tarikan hebat dari arah belakang Renata. Seorang laki-laki tua tengah menarik rambut Renata dengan kencang, membuat Renata terjatuh ke belakang

"A-yah?" Renata terkejut ketika melihat siapa yang menarik kasar rambutnya.

"Bagus! Dasar perempuan jalang! Siapa yang mengajarkan kamu untuk berselingkuh, huh?"

"A-ayah, bukan seperti itu, Renata-"

"DIAM! DASAR ANAK KURANG AJAR! KELAKUAN KAMU MEMANG PANTAS UNTUK MENDAPAT PUKULAN!"

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang