[16] - A Beautiful Day

1.9K 256 53
                                    

Renata berjalan mendekat ke arah danau yang biasa ia pandangi. Wanita itu menarik napasnya perlahan, mencoba menghirup dan merasakan udara segar yang kini memenuhi rongga dadanya.

Sudah menjadi rutinitas sebelum ia pergi ke makam sang ibu, Renata akan menghabiskan 15 menitnya disini. Entah untuk sekedar memakan sarapan, menghirup udara segar, atau memandangi danau yang tenang dan langit biru bersih kesukaannya.

Dress putih sepanjang 5 cm dibawah lutut milik ibunya bergerak seiring angin yang berhembus. Pelan namun lembut. Renata merasa suasana hatinya sangat baik sekarang. Mungkin saja karena ia akan mengunjungi makam sang ibu.

Renata bahkan sudah menyiapkan apa saja yang hendak ia ceritakan di makam sang ibu, seperti biasanya.

"Ah! Aku lupa beli bunga. Astaga..." Renata memukul pelan keningnya berkali-kali.

Bagaimana bisa ia lupa membeli bunga untuk ibunya sendiri?

Saat berbalik, matanya tak sengaja bertemu dengan sosok yang familiar. Renata menyipitkan matanya, memastikan bahwa sosok yang ia lihat memang benar sesuai dugaannya.

"Mas Radit?"

Si pemilik nama tersenyum sembari terus berjalan mendekati Renata.

"Kok bisa kesini?" tanya Renata. Matanya membelalak lucu.

Radit terkekeh. "Kebetulan pengen mampir aja kesini. Nggak taunya ada kamu."

Kalian pasti sudah tahu yang dikatakan Radit adalah sebuah kebohongan.

"Ini kamu mau kemana?" tanya Radit.

"Mau beli bunga, Mas. Habis itu aku mau ke makam ibu."

"Yuk, aku anterin."

Renata menggeleng. "Sendiri aja, Mas. Nanti ngerepotin."

"Nggak apa-apa. Mumpung lagi nganggur. Ya?"

Tatapan Radit seolah memohon agar Renata mau mengizinkannya untuk ikut. Renata pun tak punya pilihan selain mengangguk kecil.

Reflek, Radit menarik tangan Renata dan membawanya menuju ke tempat dimana mobilnya terparkir. Renata sendiri juga tanpa sadar membalas genggaman tangan Radit.

Namun sesampainya disana, Radit dan Renata terkejut melihat apa yang terjadi. Radir refleks melepaskan genggaman tangannya dengan Renata.

"Loh loh, Pak? Mau dibawa kemana mobil saya?" Radit melepaskan genggamannya pada Renata dan berjalan mendekati 3 petugas  yang sedang berada di dekat mobilnya.

"Selamat pagi, Pak!" sapa ketiga petugas tersebut.

"Pagi. Bapak belum jawab pertanyaan saya loh?" ujar Radit tidak sabar.

"Mohon maaf, Bapak. Kami terpaksa menderek mobil ini karena telah parkir sembarangan."

Radit membelalakkan matanya. "Hah? Memangnya ada tanda dilarang parkir?"

Renata yang mendengarnya tersenyum tanpa sadar. Ia menyentuh pelan lengan Radit guna mendapatkan atensi dari pria yang sedang shock tersebut.

"Itu disana ada," tunjuk Renata. Radit pun menoleh ke arah yang ditunjuk Renata. Seketika lemas sudah kedua bahunya.

Renata terkekeh geli.

"Mobil anda akan kami bawa ke kantor dishub. Silahkan nanti bapak kesana dan membayar denda. Terima kasih atas kerja samanya."

Radit mendengus sebal.

Setelah meratapi kepergian mobilnya yang diderek paksa, Radit berbalik menatap Renata. "Aku gak bisa nganterin kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang