[6] - Pertemuan

1.2K 255 17
                                    

Radit menghentikan laju mobilnya ketika sang anak menyuruhnya untuk berhenti. Mereka kini berjarak hanya 50 meter dari pintu gerbang belakang mansion Leon.

Raka lalu mencondongkan badannya ke belakang, hendak mengambil pot bunga mawar yang telah dibeli oleh Radit saat perjalanan menuju kediaman Leon. Namun, tangannya yang kecil tak dapat meraihnya.

Akhirnya Radit lah yang mengambilkan dan menyerahkannya kepada Raka.

"Telima kasih, Yah."

Radit mengangguk. "Jadi kamu minta muter kesini tuh mau ketemu tante bidadari?"

Raka mengangguk. Matanya berbinar. "Iya! Tadi Laka udah janjian sama tante bidadali disini."

"Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Kenapa gak ketemu di rumah Om Leon aja?" tanya Radit penasaran.

"Nggak tau. Tante bidadali nyuluh Laka kesini aja."

"Terus orangnya mana?"

"Sabal dong, Yayah!"

Radit mendengus. Ia akhirnya mengalah dan memilih menunggu perempuan yang dimaksud oleh Raka.

Dalam hatinya, ia berharap agar itu manusia. Radit tidak ingin melihat raut wajah antusias Araka berubah menjadi sedih.

Jika yang Raka temui beberapa waktu lalu di kediaman Leon adalah benar-benar hantu, Radit besumpah akan mengumpati si hantu perempuan yang berani-beraninya memberi harapan palsu kepada anaknya ini.

"Kok lama ya," gumam Raka yang masih bisa di dengar oleh Radit.

Radit melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir tujuh menit mereka menunggu di mobil.

Hal itu membuat Radit semakin yakin bahwa perempuan itu tidak nyata.

Namun, baru saja hendak mengumpat, Raka tiba-tiba berteriak.

"NAH ITU TANTE!"

Radit menoleh ke arah yang ditunjuk Raka dengan telunjuk mungilnya.

Benar, Radit bisa melihat seorang perempuan dengan gaun tidur polos berwarna putih selutut, dengan cardigan rajut berwarna cokelat muda yang manis. Rambutnya dikuncir rendah asal-asalan.

Ia begitu terpaku sampai-sampai tidak sadar bahwa Raka sudah membuka pintu mobil dan berlari menuju perempuan tersebut.

Radit baru tersadar ketika sang anak sudah berada di depan perempuan yang kini tengah tersenyum menyamakan tingginya dengan Raka.

Radit pun memutuskan untuk keluar dari mobil.

"Tante!"

"Halo," sapa perempuan itu dengan ramah. "Maaf ya tante lama. Tadi tante ada urusan sebentar."

Raka menggeleng. "Nggak apa-apa. Laka tadi nunggu sama Yayah kok, jadi nggak bosen."

Radit yang berdiri tak jauh dari mereka sontak merasa gugup ketika melakukan eye contact dengan perempuan itu.

Mata perempuan itu jernih dan cantik. Namun entah mengapa, terasa menyedihkan. Radit berdehem dan menganggukkan kepalanya sebagai bentuk sapaan. Perempuan itu pun melakukan hal yang sama.

"Tante cantik-"

"Renata. Itu nama tante."

"Tante Lenata! Ini hadiah buat tante," Raka menyerahkan pot bunga mawar yang sedari tadi dipeluknya hingga membuat kaos putih Raka kotor.

Renata terkekeh sejenak mendengar namanya berganti menjadi "Lenata" karena bocah cadel itu. Lalu ia menerima pot kecil tersebut.

"Wah, dalam rangka apa ngasih tante hadiah? Tante nggak lagi ulang tahun tuh."

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang