[14] - Warm Welcome

1.6K 286 20
                                    

Renata tertawa terbahak-bahak mendengar Raka yang sedari tadi mengomel perihal cerita anak-anak yang baru saja ia bacakan. Bocah laki-laki itu merasa tidak puas akan ending dari cerita yang Renata bacakan.

"Loh, Laka benel kan? Kalo ada laksasa, kenapa dihampilin? Halusnya kan dia kabul yang jaaauuuhhhh."

Renata tertawa. "Iya ya, kamu bener."

"Salah siapa coba? Akhilnya dia sendili yang dimakan laksasa kan!"

Ekspresi kesal Raka begitu menggemaskan dimatanya. Bocah itu terlalu ekspresif mengutarakan opininya. Sepertinya, ini adalah pertama kalinya Renata mengeluarkan tertawanya dengan lepas.

Tiba-tiba, Raka mendekatkan dirinya kepada Renata. Tangan kecilnya memeluk pinggang Renata.

"Tante.."

"Iya?"

"Disini aja yuk, sama Laka."

Renata tersenyum. "Nggak bisa dong, sayang."

Raka mendongak dan memasang wajah cemberutnya yang menggemaskan. "Kenapa?"

"Ya karena Tante punya rumah."

"Pindahin kesini aja lumahnya!"

Lagi-lagi Renata tertawa. Raka sepertinya pandai sekali berbicara.

Keduanya begitu asyik mengobrol di taman belakang, sampai-sampai tak menyadari tatapan tiga pasang mata yang sedang berdiri terhalang pintu kaca.

Gio dengan kamera kesayangannya yang siap memotret keduanya, sang ayah dengan secangkir kopi pahit di tangannya, dan tentu saja, Radit yang berdiri dengan tangan kosong. Namun senyumannya tak pernah luntur sedari awal ia berdiri.

"Le," panggil sang ayah

Kedua anaknya pun menoleh.

"Le sinten? Njenengan sing jelas to, Yah!" (Le siapa? Ayah yang jelas dong) semprot Gio. "Anaknya cowok semua kok."

Sang ayah mendelik. "Ayah punya anak perempuan kok!"

Gio dan Radit membelalak. Apa jangan-jangan ayahnya punya anak simpanan?

"Tuh, yang lagi sama Raka," tunjuk sang ayah dengan matanya.

Radit menghela napas. "Kaget aku, kirain ayah punya anak rahasia beneran."

"Ngawur! Ngene-ngene aku setia karo ibukmu!" (Ada-ada aja! Gini-gini aku setia sama ibukmu)

"Ya maaf, ambigu sih abisnya."

Sang ayah menggelengkan kepalanya. Kemudian ia berbalik meninggalkan kedua anaknya yang masih tetap pada posisinya. Pria tua itu meletakkan cangkirnya yang telah kosong ke meja makan yang terletak tidak jauh dari pintu.

"Jadi, diantara kalian, siapa yang mau ngewujudin Renata jadi anak ayah?" ujar sang ayah santai sembari membereskan kekacauan di meja makan.

Kedua anaknya itu pun terkejut dan menoleh.

Sang ayah pun tersenyum singkat menatap kedua anak laki-lakinya yang tampan itu.

"Y-yang pasti bukan Gio!" jawab Gio dengan cepat.

Sang ayah kini menatap Radit dengan satu alis menukik ke atas. Radit mendengus, ayahnya itu terang-terangan tengah mengejeknya.

"Bukan Radit juga."

"Oh, masa?"

Radit mendecak sebal. "Ayah, Renata itu bersuami!"

"Lho, tadi katanya dia nggak dianggep sama suaminya. Berarti ada kesempatan dong?"

The UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang