"Goyang, mang ...!" Suara Mbak Miki yang menggema di mikrofon itu menelusup ke tiap penjuru kampung. Beberapa lelaki paruh baya nampak berjoget ria bersamanya, menikmati alunan musik dangdut yang ia bawakan.Renathan yang biasanya ikutan aksi joget massal itu kini terduduk tak bergairah di bangku warung Mak Ijah tempat orang-orang biasa ngopi.
Mengisap rokoknya sambil melamun membuat Mak Ijah penasaran. Wanita tua dengan cupluk dan daster itu menghampiri Renathan dan duduk disampingnya.
"Nathan kenapa?" tanyanya. Renathan menoleh. Kaki kanannya yang semula ditekuk sejajar badannya di bangku, langsung diturunkan.
"Nggak apa-apa, Mak," jawab Renathan.
"Kalo nggak apa-apa, kenapa nggak dangdutan bareng Mbak Miki?"
"Lagi gak mood, Mak."
"Halah, pake sok-sok an gak mood." Bagas langsung nimbrung sambil nyeruput kopi Kang Beno yang orangnya asik dangdutan.
"Kayak cewek aja lo!" cibir Bagas selesai menyeruput kopi itu.
"Gak usah banyakan bacot lo," balas Renathan dongkol. "Ini semua gegara lo ngasih tau reader kalo gue suka dangdutan. Jadinya kan si author ngasih adegan pas gue ada disini kayak sekarang!" cerocos Renathan kemudian mengisap lagi rokoknya.
"Yee itu kan udah takdir lo! Jadi gak usah sok dongkol begitu! Males gue liatnya," ujar Bagas seraya menyalakan pemantik api pada sebatang rokok yang ia rampas dari pak punya Renathan.
"Eh kok Mak malah dikacangin sih?" Mak Ijah menyeletuk.
Bagas memutar kepalanya dan benar saja, ada Mak Ijah.
"Eh? Mak Ijah? Bukan gitu, Mak. Bagas lagi kasih khotbah buat Nathan. Abis dia sok banget jadi bocah," adu Bagas seenaknya.
Renathan menoleh malas padanya. "Gak usah bacot. Seruput aja kopi Kang Beno tuh, biar ngamuk orangnya."
"Yee lo jangan gitu dong, Than! Entar gue ngambek, gak mau disuruh-suruh lo lagi," rajuk Bagas. Sok.
"Dasar kayak cewek lo sekarang. Mau belok, ya?" sinis Renathan.
"Sialan lo." Bagas mengumpat.
"Udah malem, Mak Ijah tutup warung, ya?" Mak Ijah bangkit dari tempat dan bergerak membereskan barang-barang nya.
***
Dasha terkekeh dan berucap, "Itu gampang."
"Target lo, biar gue pertama yang beresin."
Esok pagi kembali menyapa. Setelah sarapan bersama keluarganya, Gisel bergegas berangkat sekolah sebelum terlambat.
Dengan diantar sopir pribadinya seperti biasa, Gisel akhirnya sampai didepan gerbang SMA Carmina High School. Sekolah favorit nomor lima se-Jabodetabek.
"Gisel!" Desi yang tiba-tiba muncul bersama anggota Diamond Girl and Boy yang lain langsung menyeret cewek kalung choker itu. Membawanya ke taman belakang sekolah yang minim peradaban.
"Kalian kenapa sih?" Gisel terheran sambil menyentak tangannya lepas dari genggaman Desi.
"Apa lo bisa jelasin ini?" Via bergerak memutar rekaman suara Gisel yang ada di ponsel Tiara.
"Selama ini, gue temenan sama mereka karena gue merasa depresi. Mereka cuman pelarian karena gue kehilangan lo."
"Maksudnya apa, Sel?" Gery angkat bicara. Pagi tadi, Via dan Desi sudah memberitahukan hal itu padanya dan Doni.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS TWINS
ActionJangan menangis, orang lemah! Mereka akan tertawa seiring tangisan mu. Lawan orang-orang brengsek itu menggunakan otak jenius mu. Hanya dengan otak, kamu bisa mengalahkan mereka. Kendalikan mereka seperti kamu mengendalikan pion. Jangan takut dan ja...