Eps 16

400 39 2
                                    

Hello, hello, i'am comeback! Gimana? Kangen gak sama antagonis twins??

Lo pada tau nggak sih? Wattpad gue ini sempet ilang. Gue ampe bingung banget harus gimana. Mau download lagi tapi belum ada kuota. Tapi untungnya ada wifi orang, jadi gue colong dan langsung download. (Canda)...

Gue pikir gue gak akan balik lagi ke wp sebagai @CalonBangsat. Ternyata masih bisa. Aduh gue seneng banget wp gue balik lagi.

Oke, gapapa tetep ngebacot biarpun gak ada yang nyaut T_T

Ya udah sok atuh lanjut baca. Jan lupa vote ya. Jangan pelit, oke?

Eya gue punya cerita antagonis twins versi lain. Mau baca? Udah baca? ayo mampir! kali ini tema nya tentang transmigrasi.

ayo follow akun author!
@CalonBangsat

masa iya suka sama ceritanya tapi gak suka sama penciptanya?😔

* * *


"Tapi, Pak-" kata-kata Priska tercekat di tenggorokan, tak bisa lagi berkomentar. "Saya nggak ngubah video presentasi Gisel. Saya juga nggak ngangkat telepon," ia mencoba membela diri.

"Lagi pula, darimana bapak dapetin rekaman CCTV ini? Bukannya laporan dari pengawas CCTV bilang, semua kamera pengintai mati total?"

Rifin mengangkat sebelah alis, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Jangan coba-coba berbohong," tekan Rifin. "Saya dapatkan rekaman CCTV ini dari pengawas yang lain."

"Apa? Pengawas CCTV yang lain? Bapak gak salah?" Priska tak mengerti. "pengawas CCTV di CHS cuma ada satu, Pak! Bapak pasti ketipu!"

Brak!

"Jangan berani-berani meninggikan suara didepan saya!" Rifin membentak, wajahnya merah padam bak kepiting rebus. "Paham?" Kali ini suaranya memelan, tapi terselip nada ancaman.

Priska sedikit pucat. Dibentak oleh seorang polisi bukan pengalaman yang baik dalam hidupnya.

"Beneran, Pak..." suara Priska melirih, seperti ada permohonan disana serta kepalanya menunduk dalam. "Saya bener-bener nggak tau apa-apa."

Rifin memalingkan muka. "Jangan menangis, nak. Saya nggak akan terpengaruh dengan air mata buaya kamu." Ia memperingatkan.

"Naya!" panggil Rifin pada salah satu polisi perempuan. Yang dipanggil segera menghadap.

"Ya, Pak?"

"Masukkan gadis SMA ini ke dalam sel! Jangan biarkan dia kabur!" perintah Rifin tegas.

Setelah mengangguk, polisi bernama Naya itu segera menyeret Priska untuk dimasukkan ke balik jeruji besi. Tentu saja Priska berontak, berteriak kepada Rifin agar tidak memenjarakannya. Tapi Rifin seakan tuli, ia tidak peduli.

"PAK! SAYA NGGAK BERSALAH! LEPASKAN SAYA, PAK!" Priska histeris.

"Fyuh.." seseorang dengan masker dan tudung hitam itu menyandarkan punggungnya ke tembok setelah menyaksikan kejadian tadi. Bernafas lega lalu menyungging senyum miring.

Malam itu, malam dimana esok harinya adalah hari presentasi. Daisha pergi ke sekolah, membuka pintu ruang pengendali CCTV menggunakan kunci miliknya. Dengan gesit ia mengelabui tiap petugas keamanan yang menjaga gedung CHS.

ANTAGONIS TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang