Eps 13

469 43 0
                                    

Siapkan bantal dan guling sebagai teman baca, takut kalian bosan :)

Sekali lagi gue minta tolong promosiin cerita ini, biar makin banyak viewers nya. Soalnya gue mau ngebut update takut hape gue keburu rusak. Tolong bantu promosi ya. Gue berterimakasih banget sama yg udah baik hati promosiin dan vote ini cerita :)

***

Reinald menimang-nimang. Sepanjang perjalanannya di lorong koridor sekolah, yang dilakukannya hanya bengong. Bertanya-tanya apakah yang dikatakan Nathan benar, atau mungkin hanya opini semata. Bisa saja kan, Nathan hanya mengada-ada karena masih dendam diputusin oleh Gisel.

"Rei?"

Reinald berbalik badan ketika pundaknya ditepuk pelan. "Gisel?"

"Lo kemana aja? Gue cariin ternyata ada disini." Gisel berkata.

"Iya, gue tadi juga nyariin lo." Reinald membalas sedikit kikuk. "Mm.. gimana soal presentasi tiga hari lagi? Lo udah nyiapin materinya kan? Pokoknya kita jangan sampe kalah dari berandal itu."

Tiga hari lagi adalah acara besar-- acara ini ada tiap menjelang ulang tahun CHS. Satu murid cerdas dari tiap kelas di SMA Carmina High School akan menyampaikan presentasi bertema apa saja, sesuai kehendak si murid. Mereka akan berdiri di podium dengan layar besar di belakang mereka untuk lebih memudahkan apa yang dijelaskan.

Gisel menyungging senyum, menyentuh lembut pundak Reinald. "Lo nggak perlu khawatir, gue udah siapin semua. Dan soal berandal itu, kita bisa ngalahin dia."

"Bagus. Selain karena Prince dan Princess Carmina High School, kita juga harus lebih unggul dari dia karena ingin menjatuhkan nya."

Gisel mengangguk, memeluk lengan Reinald, dan berjalan beriringan. Dan tanpa mereka sadari, seseorang yang bersembunyi dibalik dinding mengepal tangannya marah. Berani sekali meremehkan kemampuannya. Berani sekali mengatakan akan menjatuhkannya. Lihat saja, ketika hari H tiba, semuanya akan melihat siapa yang jatuh.

Nathan meredam emosinya. Mengeluarkan sebatang rokok lalu diisap nya setelah dinyalakan. Langkah cowok itu membawanya ke lorong koridor yang gelap.

***

Doni memang puas mendengar kabar kematian Arfan dan Vara. Tapi ia tetap tidak rela atas kepergian Tiara walau dalang nya sudah ia habisi. Doni sangat mencintai Tiara walau cewek itu tak pernah mau menerima ketulusan nya.

Di rumah pelacuran ini ia sempoyongan setelah menghabiskan lima botol bir. Duduk di sofa yang tersedia, tanpa peduli hiruk-pikuk musik yang disetel. bayang-bayang tentang Tiara jelas masih mengintai benak Doni. Sungguh ia berat hati melepas kepergian Tiara.

Malam itu hening. Kedua insan itu saling membisu ketika tiga kata terakhir itu meluncur keluar dari mulut cowok rambut brown blonde.

"Gue sayang lo."

"Kenapa lo diem, Ti? Lo gak suka sama gue?" Doni mendesak.

Tiara mengambil satu langkah mundur. "Gue nganggep lo cuman temen, Don. Gue malah nganggep lo sebagai sodara gue. Jujur, sama sekali gue gak ada perasaan ke elo."

Doni mendekat satu senti, menipiskan jarak diantara mereka. "Tapi gue sayang dan cinta sama lo, Ti. Gue janji bakal jagain lo selalu. Gue janji."

Andai Doni mengatakannya di waktu yang tepat. Andai kata-kata itu tidak datang terlambat. Pasti. Pasti Tiara akan menjawabnya dengan satu kata, iya.

Tapi sayang, Doni terlambat. Tiara memang ada perasaan awalnya pada Doni ketika Diamond Girl and Boy pertama kali dibentuk. Namun perasaan itu tak bertahan lama ketika Tiara tau Doni pernah menjadi seorang gay. Tiara adalah cewek pertama yang membuat Doni kembali lurus.

ANTAGONIS TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang