Part 1

12 4 2
                                    


Kaki berukuran 36 itu melangkah semangat untuk pulang memasuki rumah, namun pendengarannya merasa terusik ketika melihat ayahnya membanting sebuah gelas kearah ibunya.

" udah ayah, ayah dosa kalo terus bentak-bentak mama " teriak gita tidak terima memandang ayahnya.

Toni terdiam menatap wajah anaknya lalu keluar menggunakan mobil meninggalkan pekarangan rumah tanpa basa-basi.

Gita membawa mamanya pergi kekamar untuk istirahat, " mama duduk dulu ya, aku mau ambil minum " ucap gita dengan raut tenangnya, ia pandang wajah mamanya sebentar sebelum mengambil air minum.

Berjalan kedapur terasa lama, karena gita tak mau terburu-buru, ia mengatur nafasnya agar tetesan itu tak turun, dan berhasil setelah selesai dari kamar mamanya mengantar minuman gita tak menangis. Namun setelah memasuki kamar devan dilantai atas tangis gita tak dapat terbendung, meski dirinya menangis tanpa suara, gita menahannya menahan suara tangis ini agar adiknya devan tak mendengar.

Dipandang nya wajah devan yang tertidur pulas membuat tangis gita tak bisa berhenti, ia yakin bahwa adiknya devan tak mendengar semua itu, suara bantingan dan teriakkan. " devan kuat, kamu kuat devan " ucap gita lirih lalu pergi kekamarnya sendiri tepat disebelah kamar devan.

🍂

Gita membantu mamanya memasak, ini pertama kali bagi gita padahal sudah kelas 11 SMA tapi belum bisa memasak sendiri, dirumah nya ada pembantu tapi kali ini tak tau ada dimana pembantu nya itu, " Bibi kemana ma? Kok tumben banget aku suruh bantu-bantu " tanya gita pada mamanya yang sedang menggoreng ikan bawal.

" Mama berhentiin bibi, lagi pula rumah ini gak terlalu besar jadi bisa dibersihin sendiri " jawab hana sambil menatap anaknya yang menyiapkan nasi.

Apa yang dikatakan hana benar, rumah mereka hanya terdiri dua lantai, dan mempunyai 4 kamar tidur saja, 2 dilantai bawah dan 2 nya lagi dilantai atas.

Hana sedikit risih melihat anaknya yang sangat pelan dalam melakukan pekerjaan, " git, yang cekatan dong nanti kalo kamu punya suami tinggal dirumah mertua jadi omongan loh " ucap hana menatap gita kesal.

Gita merengut menatap mamanya, " ya wajarlah ma, ini kan pertama kali buat gita " jawab gita tak kalah kesal.

Perdebatan itu hanya terjadi didapur, saat makan malam mereka semua diam, hanya devan yang asyik berceloteh dengan sang ayah.

Berbeda dengan gita yang diam serta memandang interaski ayah dan devan, dalam hati gita berbicara 'semoga, semoga semua baik-baik aja, kakak sayang devan'. Hancur rasanya, jika pikiran gita sudah berkutat dengan hal 'itu' doa gita hari ini siap untuk menghadapi apapun yang terjadi dan bersiap diri agar tersenyum di hari esok.

Kamar yang terlihat rapih ini nyatanya tak membuat gita tenang, namun gita segara mungkin menampik pikiran itu, dengan beranjak dari tempat tidur untuk mengambil tomat yang ia gunakan sebagai masker, langkah kaki gita sempat berhenti ketika melihat ayahnya memasuki kamar tamu, karena kamar tamu itu berhadapan dengan kamar ayah dan mama gita sedikit jauh karena terpisah oleh ruang tivi ditengahnya.

Kepala gita menoleh ke kanan menatap pintu kamar yang terbuka dan melihat sang mama yang telah tertidur pulas, " mama... " panggil gita lirih dengan suara yang tercekat.

Malam ini gita menjadi saksi kedua orang tuanya yang tidur secara terpisah,entah apa yang akan terjadi besok, gita hanya berdoa dan percaya padanya yang pasti telah mengatur semua ini.

Percaya aku takkan kemana-mana,
Setia akan kujaga temana hingga hari tua...
Percayaa percaya...

🎶🎶🎶

Songs jaz

Gita tersenyum menatap layar hp ditangan kirinya, juan nama itu yang sedikit membuat hati gita berdetak, " hallo? " sapa gita

" iyaa gitt, lagi apa? " tanya juan disebrang sana.

Gita menggigit bibir nya gugup padahal sudah dua tahun ini dirinya mengenal juan, " amm... lagi mau maskeran " jawab gita jujur

" Ohh yaa? Video call yaa? Aku mau liat "

Gita kaget ketika mendengar suara juan seantusias itu, " tapii Ini udh malem " ujar gita gugup.

Suara tawa juan menggema bahkan gita sampai menjauhkan sedikit ponsel nya, "kenapa gak mau? Kayak sama siapa aja si git " ujar juan dengan tawanya

Gita menghela nafas lelah, " aku takut juan ya udh deh aku matiin telfonnya " ucap gita kesal.

Terdengar kekehan dari juan, gita mengernyit mendengar itu lalu meletakkan ponselnya di vas bunga berisi mawar milik mamanya, " kenapa masih kekeh? " gita merengut kesal sambil memotong tomat.

Juan kembali tertawa yang membuat gita semakin tertegun melihatnya," kangen kenapa emng? Gak boleh kangen? " tanya juan menantang.

Gita menatap juan tajam seakan ingin menerkamnya, namun mata gita sedikit terkejut ketika melihat langit yang jelas dan banyaknya lampu hias dipohon, " kamu gak dirumah? Masi nongkrong? " tanya gita sedikit tak percaya.

Juan tersenyum memandang wajah gita yang sudah ditempeli tomat, " iyaa, tadi abis jenguk rizal ehh pas dijenguk bocahnya malah ngajak keluar " jawab juan jujur.

Gita hanya mengangguk, " udh jam setengah 10 aku mau tidur " ucap gita sambil menekan tomat dipipinya.

Juan mengangguk dengan senyuman yang tak lepas sama sekali, " gitaa.. mimpi indah, suatu hari aku yang temani kamu tidur " ujar juan dengan senyum manisnya.

Gita yang malu langsung mematikan telponnya, tanpa mau membalas pesan juan yang mengirimkan emot tertawa, gita lebih memilih tidur mengistirahatkan badan dan fikirannya.
















Hallo jangan lupa vote comment nyaa yaa love you.......

Go To Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang