Part 9

2 0 0
                                    

Hati ini bertalu-talu sungguh ketika melihat mu sudah tak dapat menjadi tumpuanku, bingung pada siapa aku harus mengadu, oh iyaa diri ini lupa bahwa masih ada yang kuasa..

Diri ini bersyukur
atas apa yang engkau berikan
namun sedikit terpekur
atas apa yang engkau rencenakan.

Gita menatap ibunya yang menangis tersedu, saat memandang sebuah surat yang entah apa gita tak itu, tak lama mata mereka bertemu nyeri sekali melihat sang ibu yang biasa kuat, tegas. Kini kacau mata yang selalu penuh kelembutan dan keceriaan telah berubah menjadi tatapan putus asa.

" mama..... " panggil gita ikut menangis.

Bahkan dirinya masih mengenakan seragam sekolah, bedanya devan adiknya berada disana menemani sang ibu yang menangis, tak seperti biasanya ibunya yang kuat kini menunjukkan ekspresi yang ia tahan-tahan.

" ayah kamu gitt... " ucap hana menatap gita berderai air mata.

" ayah kenapa ma? "

Bukan gita yang bertanya melainkan devan anak lelaki itu bingung dengan situasi ini, direngkuhnya sang ibu dan gita berusaha untuk tidak menangis.

" maa... gita gak tau " ucap gita polos.

Hana menyerahkan sebuah surat itu kepada gita, mata gita menelisik itu dengan tajam dan tangannya bergetar hebat, " mama.... " panggil gita lirih.

" kenapa si maa? kenapa mama nangis dan itu surat apa maa? " tanya devan penasaran yang duduk dikursi ruang tamu itu sambil makan es-krim.

Hana menggeleng, " gak apa sayang... Devan mau main bola kan? " tanya hana.

Devan mengangguk dengan pakaian bolanya lengkap bahkan anak 7 tahun itu telah mengenakan sepatu bola juga, " iyaa devan berangkat yaa " pamit devan mencium pipi hana sayang.

" mama mau belanja sayur dulu ya git buat besok " pamit hana sambil mengusap air matanya.

Gita mengangguk saja, ia tau ibunya itu jauh dari kata baik-baik saja, gita berlari dari ruang tamu menuju kamarnya, dibanting nya pintu kamarnya dengan keras, melampiaskan kemarahan akan dirinya yang lemah ini.

Kenapa begini batinnya...

🍂🍂🍂

Hujan pagi ini mendukung suasana tentram sunyi akan kesedihan, derai hujan yang menggema, dentingan sendok yang tak berirama membawa khidmat makanan yang merupakan rezeki darinya.

Gita menatap sang ibu yang makan dalam diam, kemudian devan adiknya yang makan sangat lahap dengan menu kesukaannya ayam bakar sambal kemangi.

Mata gadis itu memerah bahkan pandangannya makin tak jelas, " gita udh selesai ma... " ucap gita dan beranjak pergi meninggalkan dua orang dewasa yang menatapnya.

Gita menumpahkan air dari matanya itu dalam kamar nya, dia sedang tidak menghawatirkan dirinya, atau siapa-siapa, melihat adiknya yang polos dan melahap makanan begitu lahap sangat menyentil hatinya, bukan saja hatinya bahkan dunia gita seakan dihantam oleh batu meteor meski gita tak tau akan sehancur apa ketika dihantam meteor.

Gita berdiri menuju meja belajarnya, mencari sebuah album foto dan buku hariannya, seutas senyum muncul meski cairan bening dari matanya tak berhenti, kemudian ia meraih ponselnya yang tergeletak begitu saja diatas tumpukkan buku, notice pesan dan telfon dari juan banyak sekali bahkan gita tak berniat membalasnya.

Jari kecilnya membuka aplikasi instagram dirinya sedikit kaget melihat sebuah postingan yang dulu pernah ia abaikan kini muncul kembali, disana tertulis ketegaran dan semangat dalam menjalani kerumitan hidup dengan ikhlas.

Bahkan keadannya sangat menyedihkan gita tersentil, dia Kurang bersyukur sungguh hanya mulutnya Ini yang selalu mengucap syukur tapi hati nya tak bisa berbohong.











Ada yang semudah itu dapet teguran dari sang kuasa, berbeda-beda tentunya, sekali lagi yaa beliau lebih tau karena beliau yang memiliki apa yang kita miliki...

Aku nangis nulis ini.... Apakah menurut kalian ini teka-teki?

Kadang hari ini kita Hahahihi senang-senang, tanpa tau ada sesuatu yang akan terjadi esok, semua itu penuh Kejutann.

Go To Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang