Part 23

2 0 0
                                    


Kamu tau jika hal yang paling nikmat itu adalah hal yang sederhana, seperti makan bersama keluarga yang sedang gita lakukan saat ini, meski tidak lengkap tapi semua makanan yang ada dipiring mereka habis.

" enak bangett maa, ikan sarden dibumbu kuning gini " ucap devan dengan senyum bahagianya.

" makasih yaa maa udh masakin " ucap devan tulus.

Hana tersenyum senang menatap putranya, " itu masakan kak gita loh " hana memberitahu.

" oh yaaaa kak gita? "

" ihh mukanya gak usah nyebelin gitu deh " ujar gita tak terima diledek adiknya.

Hana tertawa melihat drama pagi ini, " udah-udah sekarang kalian tunggu mama dimobil, mama mau beresin ini " perintah hana yang dilaksanakan dengan semangat oleh kedua anaknya.

Hana berjalan menuju mobilnya yang sudah terpakir didepan rumah sambil membawa sebuah keranjang dari rotan yang berisikan kue buatan gita.

Akhir-akhir ini gita sering belajar membuat kue dan hasilnya tak pernah mengecewakan, mungkin itu berkat ia yang selalu membantu dan memperhatikan mamanya membuat kue dulu.

" udh siap anak-anak? " tanya hana.

" siap maaa.. " jawab gita dan devan antusias.

Mobil yang dikendarai hana berjalan dengan kecepatan sedang, dibilangin terlalu pagi tidak siang juga tidak, jadi waktu hana untuk mengantar anak-anaknya selalu pas.

" maa itu keranjang kue mau dibawa kemana? " tanya devan yang duduk disebelah hana.

" mau dijual, kak gita mau jualan katanya " jawab hana sambil fokus menyetir.

" Aku ikut jualan yaa? " pinta devan sedikit memohon.

" gak usah kakak aja " gita menyahut yang sedari tadi duduk bersandar dikursi belakang.

Devan menunduk kecewa, " padahal devan pengen bantu mama cari uang " ujar devan pelan.

" ayah dimana ya ma, gak pulang-pulang "

Gerakan tangan gita yang akan mengambil keranjang disampingnya terhenti, matanya tak sengaja bersibobrok dengan sang mama.

Namun gita melepas kontak mata itu terlebih dahulu, " devan kakak turun duluan yaa, semangat sekolahnya " pamit gita menyalami hana dan mencium pucuk kepala devan.

Tinn...

Gita melambaikan tangannya pada sang mama yang seakan pamit dengannya, langkah nya kembali masuk memasuki lingkungan sekolah dengan gontai.

Jangan lupakan pikiran yang berkelana ketitik yang sebenarnya sangat membuat dirinya marah dan merasa hancur disaat bersamaan, apalagi ketika ia menatap lelaki itu yang seolah sedih karena kehilangan dirinya.

Gita terlonjak kaget ketika ada mobil kepala sekolah yang menlaksonnya karena merasa terhalangi, kepalanya spontan menoleh dan menyingkir.

Matanya tak sengaja menatap gerobak bubur yang berada diluar gerbang sana, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang berjualan bubur dan melayani sang pembeli dengan penuh semangat.

Gita tersenyum dan menyadari apa yang membuatnya tersenyum, ya. gita harus semangat seperti penjual bubur itu yang sangat semangat dan selalu tersenyum.

Gita berbalik memegang keranjang nya kuat dan melangkahkan kakinya mantap, " kue.. kue.. ada kue lapis, gabin, pancake, dan piee... " teriak gita menawari dengan lantang.

Saking semangatnya ia sampai menawari siapapun yang lewat dihadapannya, atau memang gita yang sengaja berhenti dan menawarinya.

Begitu terus sampai gita memasuki kelasnya, tak terasa kue nya tinggal dua biji mungkin efek pagi dan belum semua sarapan.

" gitt kue lo enak besok bawanya yang banyakan yaa, gue kurang soalnya "

Gita mengangguk tersenyum senang saat dipuji oleh kakak kelas perempuan itu yang tak tau namanya siapa, " ini masih ada dua kak, gabin sama pie " ucap gita menawarkan.

" gue mau gitt "

Gita menoleh kedalam kelasnya, " yahh udh abis laras " ucap gita menatap sarah yang sudah berdiri dipintu.

" saya beli satu ya kak " pinta sarah.

" yeayy kurang cepet lo "

Sarah menghentak kesal setelah kakak kelas itu melenggang.

" udah besok aku buatt yang banyak deh " ucap gita menenangkan.

Sarah mengangguk lesuh, " emng tadi kamu bawa berapa git?" tanya sarah.

" bawa 40 biji "

" besok bawa yang banyak yaa... " pinta sarah.

" iyaa yuk masuk "

Semua murid yang berada dikelas gita memperhatikan layar monitor tentang pergerakan lempeng bumi, meski memasang muka yang begitu serius masih ada beberapa murid yang mengantuk.

Kring......

" senang yaa sudah bisa terbebas dari saya " ucap bu desi kesal dirinya tau hanya beberapa murid yang serius memperhatikan nya tanpa pura-pura.

Semua murid hanya cengengesan mendengar penuturan bu desi sambil mengemasi barang mereka.

Kantin terlihat penuh karena sepertinya tidak ada jadwal lab anak ipa atau tidak ada yang berolahraga, gita sampai bingung harus duduk dimana, dirinya sedikit menyesal karena tidak mengiyakan ajakan sarah yang mengajaknya dengan tergesa karena takut tidak dapat tempat.

Gita memutuskan untuk membeli nasi goreng dalam cup saja, dan membawanya kekelas, " udh lo git makannya? " tanya lina yang sedang mengerjakan hukumannya menulis 'saya janji akan mengerjakan tugas sekolah ' sebanyak 5 lembar buku tulis.

" kantin penuh jadi aku beli dicup aja, ini ada roti buat kamu " ucap gita memberikan dua bungkus roti messes.

" ihhh baik banget sih gitt, jadi makin sayingg " lina memeluk gita tulus yang sudah duduk memakan nasi goreng disampingnya.

" huuu lebay " ejek sisil yang sedari tadi diam membaca novel.

" bilang aja lo irii gak dikasehhh " sewot lina monyong-monyong.

" idihh gue dikasih bakso bakar buatan tante hana tadi pagi 20 biji "

Lina menatap gita seolah mencari kebenaran, " heheheh iya lin, sebenernya itu dibagi dua harusnya kamu 10 sisil 10 " terang gita cengengesan.

" nahh kan lo maruk sill, pantes lo dari tadi ngemil bakso gak tawar-tawar " ucap lina menatap sisil sebal.

" salah sendiri kesiangan " celetuk sisil dan berakhir rebutan bakso dimeja milik sisil.

Gita tertawa melihat tingkah temannya, sesederhana ini ternyata asal terbiasa dan mencoba bahagia.


























Vote and commentnya... Cerita ini konflik nya sedeng menurutku, gak berat dan gak ringan banget.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Go To Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang