09

134 21 0
                                    

Kejadian tak mengenakkan di Bali kemarin sudah cukup menjadi pelajaran bagi Arista. Gadis itu sekarang masih berada di rumah. Rasanya, enggan ke sekolah karena pasti akan bertemu dengan Nathan. Mereka sudah resmi putus, meski Nathan menolaknya. Perbuatan Nathan benar-benar membuat Arista kecewa.

Ardanaya juga berniat memindahkan Arista. Sebenarnya, sudah lama ia berencana membawa Arista pergi, tapi selalu tidak ada waktu. Di Malang, Ardanaya mendirikan sebuah usaha kuliner. Usaha tersebut sedang ia rintis. Sedangkan, perusahaannya yang ada di Jakarta ia percayakan pada sahabatnya. Itu sebabnya, Ardanaya jarang memperhatikan Arista karena ia terlalu sibuk membuat ide-ide baru untuk usahanya tersebut.

Dengan membawa Arista ke Malang, maka Ardanaya bisa menjaga pergaulan Arista. Agar tidak salah memilih pasangan lagi. Sudah cukup dua lelaki tersebut membuat putri semata wayangnya terluka.

"Ikut Mami, ya? Kamu pengen Mami perhatian dan ada waktu buat kamu, kan?" Ardanaya mengelus rambut legam anaknya itu.

"Ke Malang? Not bad. Tapi, gimana sama Arin?" tanya Arista bimbang.

"Kalian masih bisa ketemuan kok. Atau nggak vidio call. Mami udah gak percaya lagi sama kamu. Katanya, baik-baik aja, tapi malah makin buruk, kan?" jawab Ardanaya.

"Aku benci sama Papi, tapi aku juga kangen sama dia. Aku ingat banget pas Papi nyari Radit yang bawa kabur mobil aku terus dia bilang kata-kata yang buat Arista terharu," ucap Arista yang teringat akan papinya.

Ardanaya mengeluarkan air mata saat Arista membicarakan pria yang telah menyakitinya. Mantan suaminya itu perhatian, romantis, dan lembut, tapi dibalik sikap manisnya tersebut ternyata menyimpan kebusukan yang membuatnya hampir gila. Jujur ia belum mampu melupakan pria tersebut.

"Eh, maaf, Mami. Harusnya, Arista gak bahas dia," ucap Arista.

"Gakpapa, Sayang. Mami ngerti, kamu masih butuh sosok Ayah. Arista gak boleh benci Papi. Karena bagaimanapun juga, dia Papi kamu. Mami gak ngelarang kalau kamu mau ketemu Papi," balas Ardanaya dengan senyuman lebar.

"Mi, stop! Arista gak butuh Papi kayak dia! Dia udah bikin keluarga kita hancur, Mi!" bentak Arista seraya melenggang pergi.

Ardanaya menghela nafas. Salah satu kesalahannya karena membiarkan Arista memupuk rasa bencinya pada ayahnya sendiri. Mantan suaminya memang salah, tapi tetap saja dia adalah papi Arista. Sebelum perceraian itu, hubungan mereka sangat harmonis.

Terlepas dari masalahnya dengan sang mantan suami, pria yang menjadi cinta pertamanya itu adalah sosok ayah yang baik. Dia selalu meluangkan waktu untuk keluarga, menyayanginya layaknya suami yang sangat mencintai istrinya, hingga perselingkuhannya itu tidak ia ketahui selama tiga tahun.

Ardanaya kembali mengusap matanya. Berbalik badan dan berjalan menuju ke kamarnya. Ketika baru membuka pintu kamar, ia mendengar suara nada dering dari ponselnya.

From Wilman

Arda, kita ada meeting besok siang.
Maukah kamu sekalian makan
siang denganku?

Sontak Ardanaya terkekeh membaca pesan dari Wilman tersebut. Ia tau, Wilman sedang bercanda. Mana mungkin pria itu memakai bahasa formal.

***
Keadaan Nathan tak jauh beda dari Arista. Ia masih tidak terima dengan keputusan Arista untuk mengakhiri hubungan mereka. Nathan tidak pernah merasa bersalah sejak kejadian itu. Menurutnya, Arista dan keluarganya yang terlalu lebay.

Sejak mengenal dunia malam, perilaku Nathan pun berubah drastis. Setiap minggu pasti Nathan melakukannya dengan wanita-wanita yang dibawa oleh Gery. Bahkan, saat sudah bersama Arista pun, Nathan masih melakukannya. Nathan berjanji akan berhenti melakukan hal itu, jika dia bisa mendapatkan kesucian Arista.

NATHAN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang