Pagi buta Nathan sudah berangkat sekolah. Tadi malam ia menginap di rumah Regan dan tidur cukup awal, jadi bangun pun juga awal. Tidak seperti biasanya yang selalu kesiangan. Entah kenapa, di kosan Regan ia bisa tidur nyenyak, meski fasilitasnya tidak memadai. Sedangkan di rumah? Ada AC, spring bed, kamar luas, dan banyak makanan, tapi selalu tidak tenang.
Mata Nathan tertuju pada gadis yang tak sengaja ia lihat di Mall kemarin. Ternyata, gadis itu juga sekolah di sini, pikir Nathan. Nathan pun bergegas menghampirinya. Gadis itu berhasil menarik perhatiannya.
"Woy!" panggil Nathan pada gadis itu.
"Nama lo siapa?" tanya Nathan to the point. Basa-basi bukan dia banget.
"A--arista, Kak," balasnya gugup. Bayangkan saja, dengan mata masih mengantuk dia memaksakan berjalan, lalu tiba-tiba ada seorang cowok tampan datang menghampirinya dan menanyakan namanya.
"Arista siapa?" tanya Nathan lagi. Ia pun cukup bingung harus bertanya apa. Seumur-umur baru kali ini ia berurusan dengan seorang cewek.
"Arista Jovanka Deluna," jawab Arista.
"Kak, lo pangeran, ya?" tanya Arista yang menatap wajah Nathan tanpa berkedip.
Arista adalah penggemar cowok-cowok ganteng. Kalau ada cogan lewat, ia tidak segan-segan menggodanya, bahkan menggombalinya. Niatnya hanya main-main saja. Tapi, jika cogannya seperti cowok di depannya itu, serius juga gakpapa kok.
"Iya. Lo princessnya," bisik Nathan.
Arista membulatkan matanya. Kapan lagi digombali cogan seperti ini? Nathan tersenyum saat melihat pipi Arista merah merona. Ia pun berlalu, meninggalkan Arista yang masih mematung akibat ulahnya.
"Jantung gue," gumam Arista sembari memegangi dadanya.
Nathan berjalan menuju kelasnya dengan senyuman yang merekah. Kali ini moodnya benar-benar bagus berkat gadis itu. Arista, nama itu selalu terngiang di pikirannya. Sesampainya di kelas, Nathan langsung menghampiri Atlas yang memang sudah terbiasa berangkat pagi. Atlas juga inti dari Elang. Tahun kemarin, mereka tidak sekelas. Sekarang bisa sekelas dan membuat Nathan senang. Atlas lah yang paling waras diantara para teman-temannya dan enak diajak curhat.
"Lo pernah gak jatuh cinta?" tanya Nathan tiba-tiba.
Atlas menatap Nathan datar. "Gak jelas," ujar Atlas pelan.
"Heh! Kurang ajar, lu! Sama ketua harus sopan," sentak Nathan sengit.
"Ada apa, Pakketu?" tanya Atlas dengan nada malas.
"Gak ikhlas. Eh, lu belum jawab pertanyaan gue yang tadi," balas Nathan.
Atlas menghela nafas. Ia menutup komiknya, kemudian menatap Nathan lekat. "Pernah," jawab Atlas.
Nathan duduk di kursinya. Ia merubah posisinya jadi menghadap Atlas. "Gimana rasanya jatuh cinta?" tanya Nathan.
"Saat lo deg-degan kalo ketemu sama dia," jawab Atlas.
Nathan memang merasakan deg-degan saat dekat dengan Arista tadi. Apa ia jatuh cinta dengan gadis itu? Secepat itu? Padahal, dia baru melihat Arista kemarin. Tapi, ia tidak menyangkal bahwa dia memang tertarik dengan Arista. Tertarik bukan berarti suka, kan? Dia harus memastikan perasaannya dulu.
"Lo jatuh cinta sama siapa?" Nathan tersentak. Ia tak menjawab pertanyaan dari Atlas.
***
Ketampanan seorang Nathan memang selalu menjadi pusat perhatian banyak perempuan. Namun sayang beribu sayang, Nathan susah ditaklukkan. Nathan tidak pernah merespon mereka yang gencar mengejarnya. Nathan juga tidak pernah dikabarkan punya hubungan dengan siapapun.Beberapa orang menganggap Nathan tidak normal, kasarnya homo. Namun, tidak dengan teman-teman Nathan. Mereka memang heran dengan Nathan yang tidak pernah berpacaran, tapi mereka tau betul Nathan itu normal.
Nathan menghampiri seorang gadis yang sedang bercanda ria dengan sahabatnya. Melihat tawa gadis itu, hati Nathan jadi menghangat. Nathan duduk di sebelah gadis itu dan membuat semua orang heran.
"Hai, Princessku," sapa Nathan sembari merangkul bahu Arista.
"Eh, K--kakak yang tadi," balas Arista gugup, apalagi melihat tatapan semua orang tertuju padanya.
Nathan tersenyum, namun senyumannya luntur saat melihat mangkuk yang berisi satu gelinding bakso beserta kuahnya yang merah merona. Nathan menatap Arista tajam. Arista yang mendapatkan tatapan mematikan tersebut jadi beringsut takut.
BRAK!
Nathan melempar tempat sambal ke lantai, hingga membuat sambal itu tercecer. Arista dan Arin terlonjak kaget dengan perlakuan Nathan. "Bi Iyem!" panggil Nathan keras.
Wanita paruh baya mendatanginya dengan tergopoh-gopoh. Ia terkejut melihat sambal maut buatannya tercecer di lantai. Siapa lagi pelakunya? Gak tau apa cabai itu mahal.
"Jangan sediain sambel lagi!" perintah Nathan.
"Lho, kenapa?" tanya Bi Iyem bingung.
"Lihat wajah dia baik-baik." Nathan menunjuk wajah Arista. "Kalo dia pesen makanan, jangan disediakan sambal!" tegas Nathan.
"Weh, gak bisa gitu, dong!" protes Arista. Apa-apaan orang ini melarangnya memakan sambal?
"Jangan buat aku marah, Arista! Nurut, bisa?" Nathan menatap Arista tajam.
Arista balik menatap Nathan tajam. "JANGAN KARENA KAKAK GANTENG, BISA NYURUH-NYURUH GUE SEENAKNYA! EMANGNYA, LO SIAPA?" teriak Arista tidak terima.
"Diam, Arista!" bentak Nathan.
Arista tidak habis pikir dengan cowok tidak jelas itu. Bukan siapa-siapa, tapi ngatur. Maminya saja tidak pernah mengaturnya.
"Lo yang diam, Kak! Lancang banget lo ngatur-ngatur gue!" balas Arista.
Nathan menggeram marah. Ia tidak suka jika perintahnya ditentang. Nathan hendak mengangkat tangannya, namun ditahan oleh Atlas.
"Gak gitu caranya memperlakukan perempuan, Bro!" ucap Atlas.
Nathan menatap Atlas sengit. "DENGER KALIAN SEMUA! MULAI SEKARANG, ARISTA MILIK GUE!" Arista membulatkan matanya.
Cuma gara-gara sambel, sekarang Arista malah ditembak cogan. Eh, bukan ditembak. Diklaim lebih tepatnya.
***
"Arista! Lo beruntung banget, tau nggak! Gue denger-denger, gak ada yang bisa naklukin hati Kak Nathan," ucap Zee--teman sekelasnya."Ya, dong! Gak ada yang bisa nolak pesona Arista. Dapet most wanted masa," balas Arista bangga.
Arista menerimanya. Siapa yang bisa menolak seorang Nathan? Arista awalnya memang sudah menyukai Nathan. Ya, meskipun tadi Nathan membuatnya kesal. Tapi, tak bisa ia pungkiri bahwa ia sangat senang dan bahagia bisa menjadi pacar seorang Nathan yang notabenenya most wanted sekolah.
"Ris, emang lo suka sama Kak Nathan?" tanya Arin ragu.
"Iyalah. Kalo enggak, gue udah nolak kali," jawab Arista.
"Kalo cuma main-main, jangan sama Kak Nathan, deh, Ris," ucap Arin khawatir.
"Siapa juga yang main-main? Arin sayangku, gue itu suka sama Kak Nathan. Love at first sight," balas Arista sambil senyum-senyum gak jelas.
"Hah? Ketemu dimana kalian? Lo, kan, dimana-mana sama gue," tanya Arin.
"Ada lah." Arin mendengus kesal.
Arista mendongak ke atas saat merasakan sebuah tangan tengah mengelus puncak kepalanya. Arista tersenyum manis. Nathan, ternyata. Arin yang melihat itu segera pergi. Nggak mau jadi obat nyamuk. Lebih baik ke kantin, jajan mie gelas yang baru-baru ini menjadi jajanan favoritnya.
"Nanti kita jalan, ya?" ajak Arista pada Nathan.
Nathan tersenyum, lalu mengangguk. "Jalan ke mana?" tanya Nathan.
"Mall. Ada tas keluaran baru! Limited edition! Aku gak mau sampai kehabisan," jawab Arista semangat.
Nathan terkekeh. "Oke, Princess." Arista menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang merah merona.

KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN (ON GOING)
Teen FictionNathan Raganta. Cowok yang tidak tertarik dengan dunia percintaan. Baginya, cinta itu omong kosong. Sampai sekarang, dia belum pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Hidupnya sempurna. Keluarganya kaya, utuh, dan harmonis. Dulu dia murid yan...