Arista menatap datar pria masa lalunya. Kini ia tidak akan takut jika pria itu macam-macam lagi padanya. Selama di Malang, Arista sedikit mempelajari ilmu bela diri. Arista akan membuktikan bahwa ia bukanlah perempuan yang lemah.
Beda halnya dengan Nathan, senyuman lebar terus saja ia tampilkan walau Arista tidak tersenyum padanya. Sikap ketus dan dingin perempuan itu membuat Nathan merasa tertantang untuk menaklukkan hati Arista lagi.
"Aku denger, brand **** ngeluarin produk baru. Nanti siang kita ke Mall, yuk," ajak Nathan dengan harapan Arista akan luluh.
Arista yang semula tidak mau menatap Nathan, kini ia menoleh. Ajakan yang menarik.
"Bisa pergi sendiri," ketus Arista.
"Perusahaannya kerja sama dengan Raganta Group," ucap Nathan membuat Arista bimbang.
Tentu ia mengerti maksud dari perkataan Nathan. Kalau ia pergi bersama Nathan, ia pasti mendapatkan diskon. Sayang sekali jika dilewatkan. Entah kenapa sekarang ia suka sekali dengan diskonan.
"Y--ya, oke! Jemput aku jam satu!" final Arista dengan nada ketus.
Nathan tersenyum kala mendengar kosa kata Arista masih memakai aku-kamu. Ia semakin yakin jika perempuan itu masih mencintainya.
Nathan masih mempertahankan senyumannya, meskipun Arista sudah hilang dari pandangan. Satu start sudah ia raih. Tinggal bagaimana langkah selanjutnya untuk mendekati mamanya Arista.
***
"Hei, bestie-ku tercintah! Long time no see. How are you?" Suara cempreng Arin memenuhi gendang telinga Arista."Arin-ku tersayang!" heboh Arista sembari berhambur memeluk sahabatnya itu.
"Weh, makin cantik aja lu," ucap Arin seraya meneliti penampilan Arista.
"Bisa aja lu. Lu juga cantik kok."
Kedua sahabat itu melepas rindu dengan bercerita banyak hal. Kehidupan Arin banyak berubah selama ini. Arin mulai mengurangi gaya hidup mewahnya. Dan terbukti sekarang ia memakai barang-barang zaman dulu.
"Lu udah dapet pengganti Nathan, Ris?" tanya Arin.
Arista menggeleng. "Gimana mau dapat pengganti kalau dipikiran gue cuma ada dia? Bahkan, sekarang dengan tiba-tiba dia hadir lagi. Semakin susah buat ngelupain dia," jawab Arista.
"Si Nathan udah berubah. Kalau lu mau balik sama dia, gue dukung banget. Kalian itu cuople goals," kata Arin.
"Gak sekarang, Rin. Gue mau lihat seberapa berubahnya dia," balas Arista.
"Kok lu tau tentang Nathan?" tanya Arista penasaran.
Arin menyengir lebar sembari menggaruk tengkuknya.
"G--gue pacaran sama temannya," cicit Arin.
Mata Arista langsung melotot. "SAMA GERY, YA?! NGGAK! POKOKNYA LU HARUS PUTUS SAMA DIA! DIA ITU GAK BAIK, ARIN! DIA SUKA TIDUR SAMA J*L*NG!" teriak Arista frontal.
Arin menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya. Ia menatap sahabatnya itu jengah. Mentang-mentang dulu ia pernah suka dengan Gery. Enak saja Arista menuduhnya berpacaran dengan cowok brengsek itu.
"Udah teriaknya?" tanya Arin malas.
"Udah."
"Sekarang gue boleh jelasin, nih?"
"Iya. Buruan!"
"Gue jadian sama Atlas. Baru-baru ini, sih. Lu tau gak, Atlas itu ternyata cowok idaman gue banget. Dia gak sedingin yang gue kira," jelas Arin seraya memuji pacarnya.
"Oh, gue kirain sama Gery," cengir Arista.
"Makanya, dengerin gue ngomong dulu," sinis Arin.
Arin dan Atlas dekat semenjak mereka satu kampus. Arin yang saat itu masih bucin dengan Gery dan Gery yang terus mengabaikannya, datanglah Atlas yang selalu ada untuknya kala ia bersedih karena melihat Gery bercumbu dengan perempuan lain.
Rasa cinta untuk Gery sekarang berubah menjadi benci. Bahkan, tidak sengaja ketemu pria itu saja membuatnya jijik.
"Om Wilman juga gak suka kalo lu sama Gery," ucap Arista.
"Lu tau?" Arista mengangguk.
"Dia pernah cerita kalau Gery pernah tidur sama sekretarisnya. Parah banget, sih, tu, cowok," kata Arista.
"Hm, makanya sekarang gue benci sama dia."
Acara mengghibah Gery itu terus berlanjut sampai Arin dijemput oleh Atlas. Arista pun sebentar lagi juga akan dijemput oleh Nathan.
***
Maaf banget baru update. Sebenarnya, udah kehabisan ide buat ngelanjutin cerita ini. Maaf kalo part ini gak menarik atau gak nyambung. 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN (ON GOING)
Teen FictionNathan Raganta. Cowok yang tidak tertarik dengan dunia percintaan. Baginya, cinta itu omong kosong. Sampai sekarang, dia belum pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Hidupnya sempurna. Keluarganya kaya, utuh, dan harmonis. Dulu dia murid yan...