Kini kedua orang yang pernah menjalin hubungan itu berjalan berdampingan menuju salah satu toko brand yang sedang launching produk baru.
Nathan dengan wajah berserinya, berbeda dengan Arista yang sedari tadi memasang muka datar. Kebersamaan mereka sekarang dengan keadaan yang sudah berbeda tentunya tidak mudah untuk Arista yang sedang berusaha melupakan Nathan.
"Selamat siang, Tuan," sapa pegawai perempuan sembari menunduk.
"Siang. Temani calon istri saya memilih produk baru brand ini," ucap Nathan yang dihadiahi cubitan keras pada lengannya.
Nathan meringis kecil dan menatap Arista dengan cengiran lebar. Arista hanya menatap Nathan sinis, lalu berjalan mengikuti pegawai tersebut.
Setelah menemukan dan membayar barang yang telah ia pilih, Arista menghampiri Nathan yang tengah mengobrol dengan manager toko tersebut.
"Nath, ayo pulang," panggil Arista datar.
"Ini calon istri Anda?" tanya manager tersebut.
"Iya, ini calon istri saya," jawab Nathan penuh penekanan.
Nathan begitu percaya diri mengenalkan Arista sebagai calon istrinya. Sedangkan, yang diklaim seperti itu melotot tak terima.
"Bukan. Dia emang suka gitu," bantah Arista sembari tersenyum kikuk.
"Ah, calon istri saya memang pemalu," balas Nathan.
"Ayo, pulang!" bisik Arista geram.
"Ehm, kalau begitu saya dan calon istri saya pamit. Senang bekerja sama dengan Anda, Pak Leo," pamit Nathan pada pria yang ia sebut 'Pak Leo' itu.
"Silakan. Senang juga bisa menjadi partner kerja seorang Nathan Raganta," balas Pak Leo.
Di sepanjang perjalanan, Arista tak henti-hentinya mengomeli Nathan. Sedangkan, Nathan hanya diam saja. Menyimak ocehan Arista yang terdengar merdu di telinganya.
"Kamu denger gak, sih?!" kesal Arista.
"Denger, Sayang," goda Nathan.
"Pokoknya, ini terakhir kalinya kita jalan berdua! Aku gak mau ketemu sama kamu lagi!" rajuk Arista membuat Nathan melotot.
"Eh, iya-iya. Aku minta maaf. Janji, deh, gak kayak gitu lagi," ucap Nathan gelagapan.
"Hm."
***
Ardanaya menatap kedua sejoli itu tajam. Apa Arista tidak kapok dengan kejadian dulu yang Nathan hampir melecehkannya? Pria itu memang sangat nekat dan berbahaya."Siang, tante," sapa Nathan dengan senyuman manisnya.
Ardanaya tak menanggapi. Ia menatap anak semata wayangnya itu tajam. Dengan melihat paper bag berlogo merk terkenal, Ardanaya tau kalau Nathan mencoba menyogok Arista. Arista juga, sih, yang lemah iman. Disogok barang branded langsung mau diajak jalan.
"Udah gak punya duit kamu? Uang yang Mami kasih kurang?" tanya Ardanaya dengan tatapan sinisnya.
"Nggak kok, Mi. Uang Arista masih banyak. Emang kenapa?" jawab Arista dengan tampang watadosnya.
"Itu bukan kamu yang beli, kan? Pasti dia nyogok kamu, kan?"
"Iya. Lumayan, dapat barang mewah secara gratis," balas Arista santai.
"Ya ampun, anakku! Kamu itu gampangan banget, sih? Cuma disogok barang gituan kamu langsung mau balikan sama dia?!" omel Ardanaya.
"Balikan sama dia? Yakali! Mami salah paham. Tadi Arista udah nolak, tapi dia maksa. Gak baik nolak rezeki, Mi. Lagian uang dia banyak. Mungkin, dia bingung mau pakai uangnya buat apa, makanya dia traktir Arista," jelas Arista.
Nathan menggaruk tengkuknya kikuk. Sampai kapan dia akan mendengarkan perdebatan antara ibu dan anak itu?
"Udah! Kamu masuk ke kamar! Dan kamu!" Ardanaya menunjuk wajah Nathan.
"Sebutin harga barang itu. Saya nggak mau punya hutang sama kamu," ketus Ardanaya.
"Saya ikhlas kok, tan."
"Halah bicit! Yaudah, kalau nggak mau. Emang bener kata Arista, kamu kebanyakan duit."
"Udah sana pulang! Saya lagi gak mau terima tamu!" usir Ardanaya.
Nathan mengelus dadanya sabar. Ia heran kenapa calon mertuanya itu sekarang receh sekali? Kebanyakan bergaul dengan Arista, mungkin.
***
Gak nyambung, ya? Nih otak udah buntu.
Oh, ya, next part dan part-part selanjutnya bukan cuma kisah Nathan dan Arista aja, gue juga mau masukin kisah cinta Arin, pacarnya Arin, dan Gery.

KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN (ON GOING)
Novela JuvenilNathan Raganta. Cowok yang tidak tertarik dengan dunia percintaan. Baginya, cinta itu omong kosong. Sampai sekarang, dia belum pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Hidupnya sempurna. Keluarganya kaya, utuh, dan harmonis. Dulu dia murid yan...