Tan 30°

87 10 0
                                    

12 .






Chika menghembuskan nafas nya lelah, hari ini cukup melelahkan, pagi-pagi sekali Rendi sudah mengajak nya bertengkar perihal uang jajan. Chika memasuki kelas nya yang masih kosong karena memang Chika sengaja datang lebih awal.

"Bisa mati muda nih gue kalau gini cerita nya," dumel Chika.




"Siapa yang mati muda?"

"Gio!! Lo ngapain muncul tiba-tiba sih!!!"

Gio tertawa lalu ikut duduk di samping Chika, di bangku Cellin.

"Gue nanya, siapa yang mau mati muda hm?" tanya Gio.

"Gue lah," jawab Chika.

"Pasti Rendi lagi!" tebak Gio.

"Ya lo tau sendiri lah. Lo butuh adik nggak sih?"

"Boleh deh, lumayan ada teman balap gue kalau gabut!"

Chika memukul keras bahu Gio. "Lo mau ajarin adik gue sesat ha?!!"

"Santai kali chik, gue cuman bercanda."

"Sumpah! Ngomong sama lo nggak bikin gue makin senang," cibir Chika.

"Jadi pacar gue aja kalau gitu biar senang," celetuk Gio sambil mengedipkan mata nya sebelah.

"Lo mau dengan cara psikopat atau mafia?!"

"Bercanda chik!"

Gio merangkul Chika. "Jangan galak-galak chik! Chiko suka nya cewek lemah lembut kayak Cellin," ejek Gio.

"Lo ngomong sekali lagi gue jambak bibir lo!!" ancam Chika.

Lama Gio dan Chika saling bercanda, sampai mereka berdua tidak sadar kalau Chiko baru saja datang dari pintu masuk dan menatap mereka dengan heran.

"Kalian pacaran?" tanya Chiko saat sampai di depan meja Chika.

Gio langsung refleks melepaskan rangkulan nya, tapi di tahan oleh Chika.

"Iya, kita pacaran. Urusan nya sama lo apa?" tanya Chika sinis.

"Santai aja kali, gue juga cuman nanya!" jawab Chiko kemudian duduk di bangku nya.

"Cie!! yang masih dalam suasana cemburu, gue balik ke belakang dulu ya!" ejek Gio, lalu beralih menuju bangku nya di belakang.

Chika menarik nafas nya kesal, mulut Gio memang minta di lem.

"Lo benaran pacaran sama Chika?" tanya Chiko berbisik saat Gio sudah duduk di samping nya.

"Nggak," jawab Gio santai.

"Lah terus kenapa main peluk-pelukan kayak tadi?"

"Lah kok kepo?"

"Gue nanya doang setan!" kesal Chiko.

"Gue sama Chika udah temanan dari SD, udah biasa kali!" jawab Gio.

Chiko hanya mengangguk paham, dia tidak mau di bilang kepo karena terlalu banyak bertanya.


"Lo nggak berangkat bareng Cellin lagi?" tanya Gio tiba-tiba.

"Nggak, dia mau agak telat soal nya ada urusan jadi gue di suruh berangkat sendiri aja." jawab Chiko.







📚📚📚






Chika berjalan menyusuri koridor, menyapa beberapa teman beda kelas nya yang di temui. Karena ini jam istirahat, sudah jelas banyak murid yang berkeliaran diluar.

Chika masuk ke dalam kelas begitu melihat Chiko yang sedang duduk bercanda bersama Cellin, Chika langsung melemparkan sebuah buku catatan yang cukup besar dan beberapa tumpukan soal matematika.

"Olimpiade sisa dua hari lagi dan gue nggak terima calon tukang bucin!" sentak Chika.

"Biasa aja kali chik," sindir Cellin karena tidak suka dengan cara Chika melempar barang dengan kasar ke arah Chiko.

Chika melipatkan kedua tangan nya di depan dada.

"Cellin!! Gue dulu emang nyuruh lo buat dekatin Chiko biar Chiko nggak fokus buat seleksi, tapi sekarang beda lagi. Cowok lo ini terpilih jadi perwakilan SMA AllStars, dan harus nya lo tau dong kalau dia harus fokus!" ucap Chika.

Chiko hanya mengernyit heran, ada apa sebenarnya antara Chika dan Cellin?

"Ya tapi kan lo bisa kasih baik-baik!" balas Cellin.

"Gue nggak peduli!!" kata Chika kemudian pergi keluar kelas lagi.

"Ada apa sih lin?" tanya Chiko saat Chika sudah pergi.

"Nggak ada apa-apa kok. Itu kertas sama buku yang di kasih Chika di masukin dulu ke tas," suruh Cellin yang langsung di lakukan oleh Chiko.






📚📚📚






Chika masuk kembali ke dalam ruangan olimpiade matematika, duduk menatap papan tulis yang sudah penuh dengan coretan nya.

"Cellin makin kesini makin ngelunjak yah," kesal Chika.

"Dia nggak tau apa dulu gue yang bantu dia buat dapatin nomer nya si Chiko. Gitu tuh kalau teman lupa diri! Awas aja kalau sampai gara-gara Chiko bucin kita kalah nanti, gue bakal suruh bu Lita kasih daftar hitam nama lo di pelajaran matematika!"

Chika menarik nafas nya berusaha tenang, mulai melirik kembali beberapa soal di hadapan nya. Sampai suara pintu terbuka membuyarkan pikiran nya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Chika begitu melihat siapa yang datang.

"Ya kita kan tim jadi gue berusaha buat bangun kerja sama di antara kita. Maka nya gue datang kesini," jawab Chiko.

"Oh ya? Tadi sebelum gue lemparin soal di kelas, lo dimana aja? Ngebucin? Kesadaran lo telat, besok-besok harus nya gue tampar pake rumus lo biar sadar!"

"Iya, maaf."

"Nih! Lo kerjain tuh, gue mau samain cara pengerjaan nya sama punya gue!" ucap Chika sambil menyodorkan tiga soal.

Chiko mulai mengerjakan soal yang di berikan Chika dengan santai, tidak sampai sepuluh menit semua soal sudah terjawab.

"Nih lo liat dulu!" Chiko menyodorkan kertas jawaban nya ke hadapan Chika.

"Kenapa yang ini lo nggak kali ke dalam?" tanya Chika pada soal nomer satu.

"Ya ampun, gue lupa. Sorry!" Chiko langsung memperbaiki jawaban nya.

Chika berdiri dan menatap Chiko tajam. "Lo berhenti bucin sampai olimpiade selesai! Kalau Cellin nggak suka, lo berdua gue bakal laporin ke bu Lita. Kita bawa nama sekolah ko! Bukan nama pribadi, tolong yah profesional nya. Kita lanjutin besok, gue keluar duluan!"

Chika berjalan keluar ruangan dengan wajah yang sangat kesal, padahal selama seleksi Chiko bukan orang yang teledor. Kalian ingat waktu latihan soal seleksi dan hanya Chiko yang mendapatkan seratus? Itu lah mengapa Chika percaya Chiko orang yang teliti tapi semenjak semakin dekat dengan Cellin, Chika sudah tidak melihat sesuatu yang kuat di dalam diri Chiko untuk siap berperang di olimpiade.












Tbc.

TRIGONOMETRI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang