20.
5 tahun kemudian....
Gio membuka kamar rawat Chika, dia sehabis pulang dari kantor langsung ijin kepada mama nya untuk menjenguk Chika.
"Lo lama banget tidur nya chik, nggak kangen gue apa? Bangun kek," omel Gio sambil menaruh bunga yang baru di samping brankar Chika."Eh Gio, dari kantor yah?" tanya Naya saat masuk ke dalam kamar sudah melihat ada Gio duduk di samping brankar Chika.
"Iya tante. Tante dari mana?" tanya Gio.
"Tante habis dari luar tadi ambil titipan baju yang di bawa om Denan," jawab Naya.
"Om Denan kenapa nggak mampir?"
"Om Denan harus ke kantor dulu, nanti sore baru kemari lagi."
Gio hanya mengangguk paham sebagai jawaban, jika kalian bertanya mana Rendi? Jawaban nya sudah pasti adalah Rendi sibuk kuliah. Dia mengambil jurusan teknik mesin.
"Tante keluar sebentar ya Gio, mau beli makanan di kantin. Tolong jagain Chika yah," suruh Naya.
"Oh iya, siap tante!" jawab Gio.
"Kamu mau titip juga?" tanya Naya.
"Nggak usah tante. Aku udah makan tadi di rumah," tolak Gio.
Naya hanya tersenyum kemudian keluar menuju kantin rumah sakit untuk mencari makan.
Gio menatap Chika dengan sendu. Sudah lima tahun berlalu, dan belum ada perkembangan dari Chika. Obat pun hanya Chika minum dari selang yang masuk lewat hidung nya. Gio takut kanker yang Chika alami akan semakin parah dan pada akhirnya akan merenggut nyawa Chika.
"Tangan Chika gerak!!" teriak Gio saat menyadari tangan Chika bergerak.
Gio langsung memencet tombol di samping brankar Chika untuk memanggil dokter, tidak lama kemudian dokter dan suster datang untuk memeriksa.
"Maaf pak, kami harus menyuruh anda untuk menunggu di luar selagi kami menangani pasien!" ucap salah satu suster dan membawa Gio untuk keluar dari ruangan.
Gio tidak tau ini awal yang baik atau buruk tapi dia berharap Chika baik-baik saja. Gio langsung segera menelfon Naya, untuk memberitahu kondisi Chika.
"Gio! Chika kenapa?!" tanya Naya khawatir.
"Tadi tangan Chika bergerak tante. Gio refleks manggil dokter karena takut nya Chika kenapa-kenapa!" jawab Gio.
"Tante duduk dulu yah, jangan panik. Chika kuat kok," ucap Gio menenangkan Naya.
Satu jam terlewat, dokter akhirnya keluar dari ruangan. Wajah nya sendu dan seperti merasa bersalah. Dan benar saja.
"Maaf bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kondisi Chika terlalu lemah untuk selamat, kami mohon maaf sekali lagi. Takdir berkata lain, saya harap ibu dan keluarga tetap tabah."
Ucapan dokter tersebut mampu membuat kaki Naya dan Gio seketika lemas, mereka sama-sama terduduk dengan air mata yang mulai menetes. Jantung mereka seakan sangat lambat berdetak.
Gio langsung buru-buru menelfon om Denan dan Rendi, Naya langsung berlari masuk ke dalam ruangan. Melihat wajah putri nya yang benar-benar sudah pucat. Ini akhir dari segalanya, hampir 7 tahun Chika berjuang melawan semua nya. Dan hari ini perjuangan Chika selesai.
📚📚📚
Cellin sudah siap dengan dress berwarna silver selutut, lengkap dengan riasan wajah yang membuat nya sangat anggun. Hari ini adalah awal terbaik untuk hubungan nya dengan Chiko. Hari ini adalah hari dimana dia dan Chiko akan bertunangan dan setelah itu tinggal menunggu hari pernikahan mereka berdua.
Baru saja Cellin akan keluar dari kamar nya, tiba-tiba pintu sudah lebih dulu terbuka lebar menampilkan Chiko dengan wajah yang merah dan nafas yang memburu.
"Chiko! Kok kamu kelihatan panik? Ada apa?" tanya Cellin.
"Ayo ke rumah sakit!" ajak Chiko menarik tangan Cellin.
"Loh, acara nya bentar lagi mulai ko. Kenapa ke rumah sakit?" tanya Cellin heran.
"Acara nya batal. Chika meninggal!" ucap Chiko sukses membuat Cellin mematung di tempat nya.
"Kamu nggak lagi bercanda kan?"
"Nggak lin, ayo kita ke rumah sakit!!"
Chiko akhirnya menarik tangan Cellin, mereka sama-sama menuju rumah sakit yang di info kan oleh Gio. Jujur Chiko juga awal nya tidak percaya sama sekali, dia pikir Gio akan membohongi nya ternyata tidak sama sekali.
Begitu sampai di rumah sakit yang Gio maksud, Chiko dan Cellin langsung berlari mencari kamar Chika. Cellin langsung masuk, begitu mereka sampai di depan kamar Chika.
Sudah ada Rendi yang menangis di dalam yang di tenangkan oleh Gio, dan Naya bunda Chika yang di tenangkan oleh Denan.
"CHIKAA!!!!!" teriak Cellin.
"Chika! Bangun Chika! Lo jangan bohongin gue chik, lo jahat banget sama gue!! Lo jahat karena diam-diam pergi ninggalin gue."
Cellin menangis sambil memeluk Chika. "7 tahun lo sembunyi dari gue, dan ini yang lo kasih ke gue. Chika bangun!! Gue belum sempat ada di samping lo untuk terakhir kali nya, kenapa chik?! Kenapa lo sembunyi hal sebesar ini dari gue??! Gue berasa nggak guna jadi sahabat lo."
"Lin udah, lepasin Chika. Dia udah tenang," ucap Chiko sambil berusaha menenangkan Cellin.
"Nggak ko! Chika belum pergi, dia masih ada. Dia lagi akting, dia nggak mungkin ninggalin sahabat nya ini. Dia sayang sama gue, dia nggak mungkin pergi!!!" bantah Cellin.
"Permisi semua nya, mayat harus segera di mandikan dan akan segera di antar ke rumah duka." ucap suster yang datang.
Chiko akhir nya dengan terpaksa meraih tangan Cellin dan melepaskan pelukan nya ke Chika.
Hari ini, apa yang sudah Chika perjuangkan berakhir. Semua rasa sakit yang Chika alami, terhenti sampai disini. Banyak yang merasa kehilangan, banyak yang akan berubah. Tapi itulah kenyataan yang sedang terjadi, tidak satu pun yang bisa mengembalikan semua nya. Hanya rasa ikhlas yang harus di pakai saat ini, karena menangisi sesuatu yang tidak bisa kembali adalah sia-sia.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI (END)
Novela Juvenil"Lo pengin tau jawaban gue?" tanya Chiko yang di balas anggukan dari Chika. "Perasaan gue ke lo itu ibarat nilai dari Cos 90°. 0 atau bisa di ibaratkan menjadi kosong!" ujar Chiko. Chika tersenyum mendengar jawaban dari Chiko. "Makasih, setidaknya...