7. Waktu yang Tidak Tepat

6.6K 725 35
                                    

Sekilas info; Extra part sudah diperbarui pada ebook di google play store. Silakan hapus dan download ulang dari google play book buat yang udah beli. Yang mau beli, silakan kunjungi google play store dan cari Ara_raara

***

"Apa-apaan ini, Gara? Kenapa kamu malah mau menceraikan Karin?"

Gara sudah menduga kalau hal ini akan terjadi. Sang mama menatap marah ke arahnya. Sementara papanya tampak membaca surat yang dirinya alamatkan untuk Karin. Sedangkan Karin, wanita licik itu menangis sesenggukan dalam pelukan mamanya. Yang pastinya Gara tahu, hanya air mata buayalah yang Karin keluarkan.

"Kamu mau membuat Mama sama Papa malu? Iya, Gara?"

Belum sempat Gara menjawab pertanyaan yang pertama, mamanya malah memberinya pertanyaan lanjutan.

"Dengerin penjelasan Gara dulu, Ma."

Sekarang ini, Gara sedang berada di rumah orang tuanya setelah tadi mamanya menghubungi dan mendesaknya untuk datang.

"Jelaskan, Gara."

Gara mengangguk begitu mendengar nada suara tegas milik papanya. Ia menghela napas kemudian menatap mama dan papanya bergantian. "Gara memang mau mengajukan pembatalan pernikahan kami, Ma. Karena Gara merasa, kalau Gara gak bisa ngelanjutin pernikahan ini bersama Karin."

"Tapi kenapa, Gara? Sebelumnya kamu sudah setuju untuk menikah dengan Karin. Mengapa sekarang kamu berubah pikiran? Kamu sengaja mau membuat keluarga kita malu?" tanya Aida tak habis pikir.

"Gara sama sekali nggak pernah ada niatan begitu, Ma. Gara ngelakuin ini, karena Gara benar-benar nggak bisa ngelanjutin pernikahan sama Karin."

"Gak ada niatan membuat keluarga kita malu? Kamu akan ngelakuin itu kalau benar-benar berpisah dari Karin, Gara! Pernikahan kalian masih sangat baru. Apa kata orang nanti kalau tau kalian udah mau pisah?"

Gara menghela napasnya. "Gara gak peduli dengan perkataan orang, Ma. Gara cuma gak bisa bersama Karin. Apalagi Gara tau, kalau Karin hanya ingin memanfaatkan Gara."

Terkesiap kaget, Karin sama sekali tidak menduga kalau Gara bisa berkata seperti itu. Ia menatap sang suami yang juga tengah menatapnya dengan pandangan tajam. Karin kebingungan dan bertanya-tanya, dari mana Gara bisa mengetahui tujuannya menikah dengan lelaki itu?

"Apa maksud kamu?"

"Gara melihat dengan mata kepala Gara sendiri, Ma. Saat Karin berbicara dengan papanya mengenai niat mereka untuk menguasai harta kekayaan kita. Karin setuju menikah dengan Gara, karena memang ada yang Karin incar," ujar Gara jujur seraya menatap Karin. Karena ucapannya itulah, orang tuanya serempak menatap Karin.

"Itu sama sekali gak benar, Ma. Gara cuma mengarang cerita aja. Mama sama Papa pastinya tau Karin kayak gimana 'kan? Karin juga berasal dari keluarga kaya. Jadi gak mungkin Karin ada niatan kayak gitu," ujar Karin dengan sangat meyakinkan.

"Gara bersumpah, Ma, Pa. Kalau Gara beneran mendengar pembicaraan Karin dengan Papanya. Mereka ingin menguasai harta kekayaan kita," bantah Gara. Jangan sampai orang tuanya termakan kebohongan Karin lagi.

"Cukup, Gara! Apa yang dibilang sama Karin itu benar. Karin berasal dari keluarga yang tidak kekurangan apa pun. Sehingga mustahil Karin punya niat begitu. Pokoknya Mama sama Papa gak mau tau, kamu gak boleh menceraikan Karin," ujar Aida yang membuat Karin tersenyum senang. Sementara Gara membelalak tak percaya.

"Tapi, Ma-"

"Mama kamu benar, Gara."

Gara menghela napas berat karena rupanya orang tuanya lebih memihak Karin. Meskipun begitu, ia tidak putus asa. Gara akan tetap dengan pendiriannya untuk menceraikan Karin.

I'm NOT a MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang