Brengsek!
Sudah beberapa kali Gara mengumpat hari ini karena teringat pembicaraannya dengan Karin kemarin. Ia tak bisa bertindak gegabah karena nama baik Anya dipertaruhkan. Jelas Gara tidak rela dan tidak pernah ingin jika Karin menyebarkan perselingkuhannya yang malah membuat Anya terlihat buruk di mata orang-orang.
Brengsek!
"Udah gue bilang, tahan diri, Gar. Kalo begini kejadiannya, kalian juga yang susah," ujar Nicholas yang sama sekali tidak membantu. Gara masih saja menghela napas berat seraya mengumpat kasar.
"Perpisahan kalian sudah di depan mata karena berkas sudah masuk. Tapi semuanya malah kayak gini karena Karin mengetahui hubungan lo sama sekretaris lo. Bisa aja kita tetap melanjutkan perpisahan itu, tapi Karin malah ngancem bakal nyebarin perselingkuhan kalian, 'kan? Dia bisa gunain itu buat nyerang balik lo."
Gara tahu, semua memang karena kesalahannya. Ia mengacak rambutnya karena merasa frustrasi memikirkan nasib wanitanya.
"Kalo Karin bener-bener nyebarin perselingkuhan lo, bukan hanya nama baik lo yang bakal rusak, Gar. Tapi sekretaris lo juga. Dia yang akan lebih menanggung cacian karena telah menjadi selingkuhan."
Karin brengsek.
Gara kebingungan harus seperti apa sekarang. Mengabaikan ancaman Karin dan tetap ingin berpisah dari wanita itu, maka Anya yang menjadi taruhannya. Sedangkan Gara tidak pernah mau menuruti keinginan Karin.
Tidak masalah jika dirinya yang hancur, asal jangan Anya. Gara tidak sanggup membayangkan jika hal itu terjadi. Hal yang sedari awal ditakutkan Anya jika hubungan mereka terbongkar.
Mengabaikan Nicholas yang masih berada di ruangannya, Gara memilih keluar untuk menemui Anya. Ia langsung mendekap wanita itu ke dalam pelukan hangatnya. Gara butuh Anya agar bisa membuat dirinya tetap waras.
"Mas..."
Sama seperti Gara, Anya pun tampak kacau. Ia mengelus rambut lelakinya yang berantakan karena tadi Gara beberapa kali mengacak rambutnya.
"Maafin Mas, Sayang. Maaf."
Bukan salah Gara semata. Karena dengan menerima Gara, berarti Anya juga harus siap menerima semua risikonya, 'kan?
"Aku gak apa-apa, Mas."
Gara menggeleng karena tahu Anya tidak baik-baik saja. Ia menangkup wajah wanitanya itu, kemudian memberikan sebuah kecupan di bibir Anya. Hanya jenis ciuman lembut tanpa hasrat sama sekali.
"Gara!"
Ciuman mereka terlepas begitu terdengar suara kesiap Nicholas. Kening Gara mengernyit karena harusnya Nicholas tidak kaget lagi melihatnya berciuman dengan Anya. Sebab, sahabatnya itu tahu bagaimana hubungan mereka.
Gara baru sadar jika ada yang salah ketika melihat Nicholas tampak tak biasa. Dengan gerakan lamban ia menoleh ke belakang dan terbelalak begitu melihat orang tuanya ada di sana.
"Apa-apaan ini, Gara?"
Mampus!
Masalah dengan Karin belum selesai, dan kini ditambah masalah baru sebab orang tuanya sudah tahu. Gara memang ada niatan untuk memperkenalkan Anya sebagai kekasihnya pada orang tuanya. Tapi bukan sekarang, bukan di saat perpisahannya dengan Karin belum tuntas.
"Sejak kapan kamu ada hubungan sama dia, Gara?" tanya mamanya seraya menunjuk Anya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gara bisa jelasin semuanya. Gara sama Anya saling cinta, Ma, Pa," sahut Gara seraya menggenggam pergelangan tangan Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm NOT a Mistress
RomansaFollow dulu sebelum membaca. Dan bacalah selagi on going, karena kalau sudah tamat akan dihapus bebeberapa bagian. **** Anya sangat tidak menyukai semua hal yang berkaitan dengan pelakor, perselingkuhan dan sejenisnya. Sahabat baiknya sudah mengalam...