24. Campur Tangan Gara

2.7K 501 28
                                    

Selamat hari kemerdekaan 🇮🇩.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mau suka atau pun nggak pada tokoh yang ada di dalamnya, itu kebebasan pembaca.

Terima kasih buat masukannya. Kalo ada typo silakan kasih tau ya.

*

**

Anya masih menangis karena mengingat dirinya yang hampir diperkosa. Andai saja tidak ada Gara, ia pasti sudah benar-benar berakhir dengan lelaki itu. Niatnya jujur mengatakan soal ketidakperawanannya karena tidak ingin ada salah paham jika nanti hubungan mereka mulai serius. Tetapi ternyata kejujurannya malah membawa petaka.

Akibat ceritanya yang ingin diperkosa oleh Hendri, mamanya pun menghubungi lelaki itu dengan maksud meminta penjelasan. Dan benar, Hendri membocorkan soal ketidakperawanannya. Tapi beruntung mamanya tidak langsung percaya. Dan menganggap itu hanyalah alasannya untuk menolak Hendri semata.

"Kamu kalo ngerasa terpaksa ngelakuinnya, ya jangan diterima kalo ada teman Mama mau ngenalin kamu sama anaknya, Sayang," ujar mamanya tadi. Anya merasa beruntung karena memiliki orang tua yang sangat pengertian.

Kejadian tadi membuat Anya sadar, kalau ia masih tak bisa menerima laki-laki lain kecuali Gara. Ia ketakutan begitu ingin disentuh oleh Hendri. Sementara bersama Gara, tak pernah dirinya merasakan yang seperti itu. Mereka bahkan kerap melalui percintaan yang begitu panas. Tapi sekarang, sepertinya Gara sudah melakukannya bersama Karin. Mustahil mereka belum melakukannya.

Tetap saja Anya merasa sakit hati jika membayangkan Gara bersama Karin. Padahal ia sudah berulang kali menamamkan rasa ikhlas di dirinya. Tapi memang rasa cintanya teramat besar untuk Gara. Hingga rasanya sulit menghapus jejak kenangan laki-laki itu di hidupnya.

"Lo harus move on, Nya. Lo harus belajar ngelupain dia karena takdir kalian bukan untuk bersama," lirih Anya pada dirinya sendiri.

***

Pagi-pagi sekali Anya sudah mendapat telepon dari salah satu perusahaan tempatnya melamar pekerjaan. Ia pun bersiap-siap untuk memenuhi panggilan wawancara. Anya sangat berharap jika kali ini ia diterima bekerja.

Sebelum berangkat, terlebih dahulu Anya berpamitan pada orang tuanya. Tentu saja papa dan mamanya selalu mendoakan yang terbaik. Setelah itu pun, Anya langsung pergi menggunakan taksi online yang sudah dirinya pesan agar tidak terlambat dan membuat kesempatannya hilang.

Beberapa waktu kemudian, Anya sudah tiba di depan gedung perusahaan yang bergelut di bidang asuransi. Gedung perkantoran itu tak kalah besar dari perusahaan keluarga Gara. Anya pun menghela napas kemudian menghembuskannya sebelum akhirnya memutuskan masuk.

Kedatangan Anya disambut baik. Ia pun menunggu sesi wawancara bersama calon pelamar lain yang jumlahnya ada empat orang. Besar harapan Anya kalau dirinya bisa diterima di sana.

Satu persatu calon pelamar sudah melakukan sesi wawancara. Dilihat dari wajah mereka semua, Anya bisa menebak kalau tidak ada yang terima di antara keempatnya. Mendadak ia merasa pesimis. Tetapi ia tak boleh menyerah sebelum berperang. Anya harus semangat dan yakin kalau dirinya bisa.

Begitu tiba gilirannya, dengan percaya diri Anya melangkah masuk ke ruangan tempat dilakukannya interview. Ia dipersilakan duduk dan mulai ditanyai oleh seorang perempuan.

Anya menjawab semua pertanyan dengan sangat baik. Pengalamannya dalam bekerja pun bisa dikatakan sudah mumpuni. Hingga ia tak menyangka ketika akhirnya dirinya dinyatakan diterima bekerja di sana.

"Saya beneran diterima, Bu?" tanyanya sedikit tak percaya.

"Iya. Selamat ya. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja."

I'm NOT a MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang