Sweetheart? Kekasih? Rasanya Anya masih tidak percaya kalau akhirnya dirinya nekat menjalin hubungan dengan Gara yang sudah beristri. Anya tak percaya kalau sekarang ini mereka sudah resmi berpacaran dan ia merupakan kekasih dari bosnya sendiri. Oh Tuhan, mengapa menjadi kekasih Gara dapat memunculkan perasaan tak biasa di hati Anya?
Senyum-senyum sendiri bagaikan orang gila. Belum pernah Anya seperti ini. Ia pernah berpacaran sebelumnya, tapi rasanya tidak begini. Gara benar-benar membuatnya merasakan apa yang sebelumnya tak pernah dirinya rasakan.
Anya belum sempat menceritakan perihal hubungannya dengan Gara pada Fira. Ia juga belum menceritakan kalau mereka sudah bercinta lagi untuk yang kedua kalinya setelah satu bulan yang lalu. Entah seperti apa reaksi Fira jika tahu hal ini. Anya yakin kalau sahabatnya itu akan meledeknya.
"Anya."
Anya masih asyik melamun ketika namanya dipanggil. Hingga orang itu, yang merupakan Gara mengelus pipinya teramat lembut. "Sayang..."
"Eh, iya, Pak," sahut Anya salah tingkah. Mau ditaruh di mana wajahnya karena ketahuan melamun oleh bos yang sekaligus kekasihnya?
"Udah waktunya pulang, Sayang. Saya anterin ya."
"Gak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri kok."
"Saya anterin aja. Jangan ditolak please...," mohon Gara seraya menggenggam tangannya. Anya pun akhirnya mengangguk yang membuat Gara tersenyum. "Makasih, Sayang."
Mereka melangkah bersama menuju basement tempat Gara memarkirkan mobilnya. Beruntung basement khusus mobil itu memang sepi karena hanya diperuntukkan untuk jajaran tinggi perusahaan ataupun rekan bisnis semata. Sedangkan pegawai lain, memiliki area parkir yang terpisah. Sehingga harusnya Anya tak perlu takut untuk pulang dan pergi bersama Gara.
Gara membukakan pintu mobilnya untuk Anya masuk, barulah kemudian ia menyusul. Setelah itu, ia mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kantor.
"Kamu melamun tadi, mikirin apa?" tanya Gara ingin tahu.
"Bukan apa-apa kok, Pak."
"Masa? Bukannya lagi mikirin saya ya?" goda Gara seraya mengedipkan sebelah matanya pada Anya.
"Apaan! Gak ada begitu!"
"Masa sih, Sayang? Atau jangan-jangan ... kamu mikirin saat kita ... ehem." Gara berdehem salah tingkah ketika teringat percintaan panas mereka. Pipi Anya pun merona karena mendengar godaan Gara.
"Jangan mesum, Pak! Fokus nyetir aja," tegur Anya seraya mencubit lengan Gara yang membuat lelaki itu terkekeh.
"Iya-iya, Sayang."
Di sela-sela perbincangan mereka, tiba-tiba masuk notifikasi di ponsel Gara. Gara meraih ponselnya guna membaca pesan yang masuk. Kemudian ia menghela napas.
"Kenapa, Pak?"
"Mama nyuruh ke rumah."
Anya menegang. Ia teringat kembali dengan rencana Karin. "Terus Bapak bakal pulang?"
"Sepertinya iya. Tapi paling sebentar aja." Gara menoleh pada Anya. Keningnya sempat mengernyit ketika mendapati wanitanya itu terdiam. Lalu Gara menepikan mobilnya agar bisa bicara dengan Anya.
"Kenapa, Sayang? Saya cuma mau pulang ke rumah Mama sebentar kok. Bukan ke rumah saya bersama Karin," ucap Gara menjelaskan seraya menyentuh pipi Anya.
"Tapi istri Bapak pasti ada di sana 'kan?"
"Sepertinya iya. Kenapa, hm? Walaupun ada dia, saya gak bakalan ngapa-ngapain kok. Karena saya cuma mau kamu, Sayang. Saya gak akan bisa dirayu sama Karin," ujar Gara menjelaskan. "Lagipula, saya ingin membongkar kebusukan Karin. Saya akan menjebak dia untuk mengakui semuanya. Biar kami bisa segera bercerai. Dan setelah itu, kita bisa sama-sama. Kamu mau 'kan kalo kita sama-sama? Kalo kita nikah, Sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm NOT a Mistress
RomanceFollow dulu sebelum membaca. Dan bacalah selagi on going, karena kalau sudah tamat akan dihapus bebeberapa bagian. **** Anya sangat tidak menyukai semua hal yang berkaitan dengan pelakor, perselingkuhan dan sejenisnya. Sahabat baiknya sudah mengalam...