9. Ungkapan Cinta Gara

7.6K 766 57
                                    

Sudah lama rasanya Anya tidak jalan-jalan ataupun memanjakan diri ke salon. Ia terlalu larut dalam ketakutannya sebulan terakhir ini. Takut jika dirinya hamil anak Gara karena perbuatan tak sengaja mereka malam itu. Tapi sekarang Anya bisa merasa sedikit lebih tenang karena ketakutannya tidaklah terjadi.

"Laki lo beneran gak marah karena lo nemenin gue hari ini?" tanya Anya pada Fira. Hari ini memang libur dikarenakan tanggal merah. Sehingga mereka bisa jalan-jalan seperti biasanya.

"Nggak kok. Setiap hari 'kan gue udah sama Mas Kafka. Sekarang giliran gue quality time sama lo. Lagian, gue kasian sama lo yang sampai sekarang masih jomlo aja."

"Sialan ya lo! Mentang-mentang udah punya suami baru," cibir Anya yang membuat Fira terkekeh.

"Hahaha. Makanya lo buruan nikah juga. Sama bos lo itu juga gak apa-apa. Karena gue lihat, kayaknya dia emang serius sama lo. Orangnya cakep, terus gagah juga. Dan staminanya juga udah terbukti oke, 'kan?"

"Fir, please deh. Lo kenapa jadi kayak tim suksesnya dia sih? Sebenarnya lo itu sahabat gue atau bukan?" tanya Anya sambil memutar bola matanya jengah.

"Ya jelas sahabat lo lah. Dan sebagai sahabat, gue pengen yang terbaik buat lo," balas Fira seraya menepuk bahu Anya. "Makan dulu yuk. Gue laper nih."

"Boleh. Gue juga udah laper gara-gara dengerin omongan ngawur lo dari tadi."

Keduanya melangkah memasuki sebuah restoran yang terdapat di mal itu. Mereka lantas menyampaikan pesanan pada pelayan yang menghampiri begitu Anya dan Fira telah menempati kursi yang tersedia dan masih kosong.

"Karin capek, Pa. Karin capek gak dianggap sama Gara. Udah satu bulan, tapi Gara masih kayak gitu aja."

"Sabar, Sayang. Kamu ingat 'kan tujuan kita? Kita harus berhasil menguasai seluruh harta kekayaan mereka. Kamu gak boleh nyerah gitu aja. Kamu harus semangat dan lebih berusaha lagi buat menaklukan Gara."

Anya menoleh sedikit ke belakang ketika tanpa sengaja mendengar percakapan itu. Matanya membulat karena menyadari kalau ucapan Gara memang benar. Istri dari lelaki itu memang hanya ingin memanfaatkan Gara untuk menguasai hartanya saja.

"Nya!"

"Eh-ya? Kenapa?"

"Lo yang kenapa?" tanya Fira kebingungan. Anya pun sedikit memajukan wajahnya dan meminta Fira mendekat.

"Di belakang, ada istri bos gue, Fir."

"Tapi, Pa-"

"Papa bakal bantuin kamu. Kamu gak perlu khawatir. Kalau perlu, kita datangi orang pintar biar bisa bikin Gara tergila-gila sama kamu."

Anya membelalakkan matanya karena tak percaya. Zaman sekarang masih ada rupanya yang berniat main dukun? Kasian sekali Gara karena memiliki istri dan mertua licik seperti itu.

***

Anya menatap Gara dengan pandangan yang sulit diartikan. Apa yang dirinya dengar kemarin benar-benar membuat Anya merasa iba pada bosnya itu. Anya tidak bisa membayangkan bagaimana jika Gara benar-benar diguna-guna oleh istri dari lelaki itu sendiri.

Terkesiap, tubuh Anya menegang sesaat ketika merasakan pelukan hangat melingkupi dirinya dari belakang. Matanya pun membulat begitu sadar kalau Gara yang sedang melakukannya. "Kenapa melamun, hm? Ada yang mau kamu bilang sama saya?" tanya Gara lembut seraya menyentuh pipi Anya. Ia sadar kalau sejak tadi Anya menatapnya. Dan gara-gara tatapan sekretarisnya itu pulalah Gara memutuskan untuk memeluknya.

"Pak," ronta Anya berusaha melepaskan diri. Namun, Gara malah semakin mengeratkan pelukannya seraya berbisik di telinga Anya. "Iya, Sayang?"

Anya meremang karena bisikan itu. Tubuhnya mendadak melemas seperti jelly. Apalagi ia bisa merasakan kalau lelaki itu sedang mengecup lembut kulit lehernya. Apa-apaan ini?

I'm NOT a MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang