Bagian 4

4K 589 65
                                    

Disini lah yedam, menatap pria berambut merah terang yang sedang menyesap americanonya.

Yedam menatap doyoung penuh selidik,"Ayo jujur, om pasti ngikutin damie kan!" Tuduhnya

Oke, ini udah ke dua puluh kalinya yedam bertanya seperti ini, ah bukan bertanya melainkan seperti menuduhnya.

Doyoung yang lagi-lagi menghela nafas kasar dan memutar bola mata malas.

"Denger saya baik-baik anak kecil,apa keuntungan yang saya dapet buat ikutin kamu sampai sini?" Tanya doyoung yang membuat yedam bungkam.

Yedam mengetuk-ngetukan jarinya pada pipi gembulnya,"Om suka sama damie kan?"tanyanya yang membuat doyoung lagi-lagi menghela nafas kasar.

Sabar,ingatkan doyoung untuk tetap menjaga kewarasannya.

"Terserah kamu deh,lama-lama darah saya naik kalau terus-terusan ngobrol sama kamu" Kata doyoung serasa bangun dari duduknya.

"Berarti om udah tua dong, kasian kena darah tinggi" Ucap yedam dengan tatapan polosnya.

Tetap sabar doyoung, ingat didepanmu itu adalah makhluk menggemaskan yang sayangnya sangat menyebalkan.

Doyoung tersenyum kesal lalu segera beranjak pergi keluar dari cafe.

Yedam masih diam memikirkan penyakit doyoung, kasian si om pikirnya dengan tatapan sedih.

"Ah iya! Damie harus pulang, jewuu juga udah pulang duluan lagi hm" Katanya lalu berjalan menuju loker untuk mengambil tas lalu bersiap pulang.

Hari ini cukup melelahkan untuk yedam tapi agaknya hari ini juga sedikit menyenangkan.

"Ayo pulang, let's Go damie!"

Yedam pulang menaiki bus dan saat ini ia sedang menunggunya di halte yang lumayan cukup ramai karna sekarang masih jam 5 sore.

Bus datang lalu segera yedam menaiki bus,tapi karna terlalu banyak orang yang juga ingin naik akhirnya yedam terdorong kebelakang dan saat ia sudah menaiki bus ternyata sudah penuh.

Si mungil menghela nafas dengan bibirnya yang mengerucut sebal.

"Terus damie pulang naik apa dong, itu kan bus terakhir" Katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Si mungil mengecek ponselnya yang ternyata mati karna kehabisan baterai.

"Hoi kecil!" Panggil pria berambut merah dengan motor besarnya yang sekarang berhenti didepan yedam.

Yedam tidak menyahut melainkan langsung naik ke dudukan motor besar doyoung lalu memeluk pinggang sang dominan yang langsung membuat doyoung terkejut setengah mati.

"Eh,apaan nih, saya bahkan gak nawarin kamu naik loh" Kata doyoung.

Tidak ada sahutan melainkan hanya isakan kecil yang terdengar, yang membuat doyoung menoleh kebelakang.

Simungil menangis tersedu-sedu dipunggung besar milik doyoung.

"Lah ko nangis,saya gak ngapa-ngapain kamu loh" Kata doyoung

"Anter damie pulang om" Ucap yedam dengan suara seraknya.

Doyoung masih kebingungan tapi ia segera menjalankan motornya untuk mengantarkan si mungil.

Ditengah perjalanan yedam ternyata tertidur padahal doyoung ingin menanyakan dimana alamat rumah yedam, dan sekarang mau tidak mau ia membawanya ke apartemennya.

"Kau terlihat kecil tapi sangat berat" Keluh doyoung seraya menidurkan yedam diranjangnya.

Melepaskan sepatu yedam lalu mengelap tangan dan wajah agar yedam nyaman dengan tidurnya.

Lalu doyoung juga membersihkan dirinya dan memilih untuk tidur disofa ruang tamu.

"Kenapa tiba-tiba dia nangis tadi,padahalkan gue gak galakin dia, apa muka gue terlihat menyeramkan?" Tanyanya

Kemudian seekor anjing kecil berbulu coklat menggonggong seakan menjawab pertanyaan doyoung.

"Muka lo memang terlihat menyeramkan doyoung!" Begitulah kata si anjing yang langsung mendapat delikan sebal oleh doyoung.

"Dasar anjing jelek" Kesalnya

Tbc

Lanjut?

MUNGIL : DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang