Bagian 23

2K 248 18
                                    


Plak!

"Ayah!" Teriak yedam.

Bug!

Doyoung tersungkur dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Ayah jangan pukul mas doyoung,hiks"

"Diam kamu,ayah perlu kasih sedikit pelajaran buat anak brengsek ini" Bobby dengan rahang yang mengeras.

Belum sampai beberapa jam namun doyoung lagi-lagi nmenerima pukulan keras,bahkan luka yang di berikan oleh yoshi belum mengering sekarang sepertinya akan bertambah.

Pria berambut merah itu hanya berdiam diri sejak kedatangan bobby yang tiba-tiba langsung menghajarnya.

"Jelaskan kenapa bisa kau merencanakan semuanya?" Bomi, Omma dari yedam yang sedari tadi diam membuka suaranya.

"Hanya untuk memilikinya tanpa ada yang bisa memisahkan kami" Doyoung menatap kakek yedam.

Jisoo yang terduduk diam kemudian tersenyum penuh arti.

"Kau bahkan menghilang!" Yoshi dengan wajah tenangnya.

Doyoung benar-benar di hadapkan dengan orang-orang yang seakan siap untuk membunuhnya saat itu juga.

Sedangkan yedam hanya bisa menangis sambil menggenggam tangan Doyoung. Anak mungil itu terus berusaha melindungi sang dominan dari pukulan ayahnya.

"Saya hanya mengikuti kesepakatan dari kakek kalian!"

Bobby langsung menatap ke arah ayahnya. Tiopi kakek dari yedam itu hanya terdiam tak bergeming.

"Kesepakatan?" Tanya Bobby.

Tiopi tidak menjawab melainkan berjalan mendekat ke arah Doyoung,menyeret tubuh Doyoung lalu menendangnya.

"Opa!" Jerit yedam.

"Aku menyuruhmu untuk melakukan sesuai kesepakatan,bukan untuk menghamili cucuku,sialan!" Bentak tiopi.

Doyoung masih diam,ia tidak akan menjelaskannya lagi pada tuan bangka di depannya itu. Cukup yedam yang tau kebenarannya.

"Aku menyuruhmu ke Amerika dan membangun usaha disana hanya karna untuk melihat keseriusanmu pada cucuku! Awalnya aku sudah percaya tapi kau malah berbuat hal brengsek seperti ini!"

"Saya hanya ingin memilikinya seutuhnya,omongan saya itu mutlak sekali iya maka itu akan sampai akhir!" Doyoung bangkit lalu berdiri dengan mata yang memerah.

"Kau tau seberapa frustasinya saya dengan rencanamu itu, saya hampir gila di sana karna menghawatirkannya!"

"Lalu mengapa kau menyetujuinya?" Bobby dengan tangan yang memijat pelipisnya. Ia masih tidak bisa mencerna semuanya.

Kepulangan mereka karna Yoshi yang memberitahu, itu membuat Bobby langsung naik pitam dan memutuskan untuk segera pulang. Begitupun dengan tiopi dan bomi selaku kakek dan nenek yedam.

"Saya hanya takut yedam benar-benar di jodohkan dengan wanita lain di tambah kakek sialan itu mengancam saya dengan orang-orang yang saya sayang!" Jelas Doyoung.

Rasanya Doyoung benar-benar ingin memukul wajah kakek dari yedam itu dengan kuat. Bisa-bisanya ia ikut marah padahal semua ini adalah karna rencananya.

Suasana yang tadinya panas sekarang mulai tenang,semua orang terdiam karna terkejut mendengar penjelasan Doyoung.

"Damie ndak nyangka kalau opa bisa setega itu" Yedam dengan kedua tangannya yang terkepal kuat.

"Opa sudah menjelaskan maksud dari semua itu damie" Tiopi mengelus rambut yedam namun langsung di tepis si mungil dengan cepat.

Yedam dengan mata memerahnya karna menahan marah. Tidak ada binar ceria dari tatapannya yang selama ini ia tunjukan. Di sana hanya penuh kesedihan dan kekecewaan.

"Opa, selama ini damie ndak pernah minta apa-apa kan ke opa?"

Tiopi mengangguk.

"Boleh damie minta satu aja,ndak lebih cuma satu dan itu bakal jadi terakhir kalinya damie minta sama opa"

"Damie mau apa,bilang sama opa"

Yedam memegang kepalanya sebentar. Pusing yang sedari tadi ia tahan kembali ia rasakan, kali ini benar-benar sakit dengan pandangan yang mulai kabur.

"Damie mau sama om Doyoung"

Bruk!

Yedam jatuh dengan darah yang mengalir di sekitar betisnya.

"Yedam/damie!" Teriak semua orang.

Doyoung dengan rasa sakit di bagian tubuhnya segera mengangkat yedam dengan cepat lalu buru-buru membawanya kerumah sakit.

"Buka pintunya!" Bentaknya pada asahi lalu dengan cepat membuka pintu.

Dalam perjalanan Doyoung benar-benar seperti orang kesetanan dengan darah kering yang masih tersisa pada hidungnya dan luka babak belur di wajahnya.

"Damie bangun sayang, jangan bikin mas takut" Doyoung menggenggam erat tangan mungil milik yedam lalu di kecupnya beberapa kali.

Mobil yang membawa yedam di bawa oleh yoshi dengan jeongwoo di sampingnya yang menangis sesegukan. Sementara tiopi dan bomi,keduanya satu mobil dengan Bobby dan jisoo yang mengikuti di belakang.

"Papsky seharusnya tidak usah keterlaluan seperti ini" Jisoo membuka suara.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk cucuku!" Tiopi dengan suara yang sedikit meninggi.

"Kau lupa dia adalah anakku, aku sebagai ibunya tidak pernah melarang atau mengaturnya dengan siapa dia berhubungan atau siapa yang berhubungan dengannya!"

"Dia berbeda jisoo!"

"Aku tau, dan hanya Doyoung yang bisa membuatnya lunak"

Tiopi diam, ia hanya bisa memijat pelipisnya. Sadar akan ulahnya yang membuat semua nya kacau.

"Maafkan aku, mungkin kau benar,aku sedikit keterlaluan dengannya"

Sementara bobby, laki-laki bergigi kelinci itu hanya diam, kejadian tadi sempat membuatnya menangkap jika Doyoung memang benar-benar mencintai anak mungilnya.

"Kau lihat apa yang dia lakukan untuk cucumu tadi? Bahkan dia bereaksi lebih cepat dari kita semua" Ucap bobby.

Semuanya mengangguk setuju. Di lihat dari manapun Doyoung memang benar-benar mencintai yedam, tapi kenapa mereka semua meragukannya.

Kembali dengan keadaan si mungil yang saat ini sudah sampai di ruang gawat darurat dengan tubuh yang terbaring di ranjang pasien. Dokter sedang memeriksa keadaannya.

Doyoung, jeongwoo dan yoshi hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan cemas luar biasa, ditambah dengan jeongwoo yang sedari tadi masih menangis sesegukan.

"Damie,hiks"

Tbc.

Mau bikin menderita dulu tapi kasian si Doyoung kena pukul terus.

Dodam betah bgt ngelowkey sampe kering kerontang kaga ada moment,hiks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dodam betah bgt ngelowkey sampe kering kerontang kaga ada moment,hiks.

MUNGIL : DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang