Bagian 17

2.1K 281 11
                                    

Langkah kaki besar berbalut Fantopel hitam mengkilap yang saat ini sedang berjalan dengan langkah cepat. Membuat kaki mungil di belakangnya kesusahan untuk menyeimbangkannya.

Mulutnya tidak berhenti untuk berdecih sebal sambil menatap punggung kekar orang di depannya. Namun dengan begitu ia masih tetap mengikuti langkah besar milik sang dominan.

"Mas Doyoung!" Pekiknya.

Doyoung menoleh menatap Yedam yang saat ini sedang melipat kedua tangan di dadanya,mata rubah yang menatap sebal kearahnya dengan bibir yang mencebik.

"Ndak bisa jalan pelan dikit,damie ketinggalan loh!" Omelnya.

Demi Tuhan saat ini si mungil terlihat menggemaskan sekali di mata Doyoung.

"Saya tidak menyuruh kamu untuk mengikuti saya" Doyoung dengan tatapan datarnya lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Yedam mendengus sebal lalu kembali mengikuti Doyoung.

"Damie laper"

"Damie mau eskrim"

"Damie mau ayam"

Celotehan milik Yedam yang lagi-lagi terdengar sangat menggemaskan di telinga Doyoung,namun ia tetap memasang wajah datarnya.

Doyoung menghentikan langkahnya kembali lalu menatap Yedam.
"Pulang,makan" Katanya.

Yedam memiringkan kepalanya menatap Doyoung dengan mata polosnya.

"Maksudnya?" Tanyanya.

"Pulang,jangan ikuti saya"

"Lalu cepat makan" Lanjut Doyoung dengan kembali berjalan.

Yedam menggelengkan kepalanya ribut,ia tidak akan pulang walaupun Doyoung terus mengusirnya,ia akan tetap mengikuti Doyoung bila perlu sampai ke toilet sekalipun.

Doyoung yang merasa tidak tega dengan si mungil akhirnya ia  memilih mengajaknya untuk makan di salah satu cafetaria dekat dengan katornya.

Pria mungil di depannya ini makan dengan sangat lahap bahkan sudut bibirnya mengenai saus dan remahan.

"Pelan-pelan" Doyoung sambil mengusap sudut bibir Yedam.

"Enyak" Kata Yedam dengan mulut yang penuh.

Doyoung tersenyum tipis melihat si mungil kesayangannya itu,selalu menggemaskan pikirnya.

"Mas Doyoung damie boleh tambah es krim lagi ndak?" Yedam dengan mata yang berbinar.

Tidak ada yang tahan untuk menolak ucapan si mungil keluarga Raws satu ini,namun Doyoung harus bersikap tegas karna Yedam sangat mudah terkena flu jika terlalu banyak memakam es krim.

Doyoung menggeleng dengan mata tajam yang menakutkan membuat Yedam menundukan kepalanya menurut.

"Kesini dengan siapa?"

"Menaiki bus"

"Siapa yang ijinin kamu buat naik bus?" Suara Doyoung agak meninggi karna mendengar si mungil kesayangannya itu kembali menaiki bus.

"Damie mau cepet ketemu Mas Doyoung karna kalau pake mobil pasti bakal kena macet" Yedam mengerucutkan bibirnya lucu.

Doyoung menghela nafasnya bersamaan dengan tangannya yang mengendurkan dasinya.

Rasa bersalahnya semakin menumpuk di tambah lagi sekarang ia melihat tatapan sendu milik si mungil.

"Jangan lagi,biar saya yang nemuin kamu" Lirihnya.

Yedam mendongak lalu terdiam menatap mata sendu milik Doyoung,mengapa di dalam sana terlihat sesuatu yang membuatnya gelisah.

Tangan mungilnya mengelus tangan besar milik Doyoung,mengelus nya dengan sayang membuat Doyoung yang selama ini merasakan kegelisahan meredup seketika di gantikan rasa nyaman dan hangatnya tangan milik yedam.

"Damie tau mungkin damie di mata Mas terlihat seperti anak kecil,tapi kalau emang mas mau berbagi dengan damie,damie siap ko,damie bisa menjadi pendengar yang baik"

"Bagi masalah mas Doyoung dengan damie. Kita bisa cari solusi bareng-bareng,jangan di pendam sendiri,damie ikut sakit liat tatapan mata mas Doyoung saat ini" Lirih Yedam sambil terus mengusap lembut tangan Doyoung.

Kalau bisa berbagi,Doyoung sudah pasti akan membaginya pada Yedam,namun masalahnya disini adalah keluarga Yedam sendiri.

Awalnya Doyoung tidak takut dengan ancaman kakek Yedam,namun seolah ia tersadar jika keluarga Ariansyah sama kejamnya dengan Raws,ia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri,ini menyangkut orang-orang yang ia sayangi.

Keluarga Doyoung sendiri termasuk dalam golongan keluarga elite yang mempunyai perusahaan di beberapa negara Asia. Namun tetap saja karna mereka adalah keluarga besar terlebih Keluarga Ariansyah adalah keluarga yang paling berpengaruh, ditambah dengan Raws yang juga tidak kalah besar. Mungkin jika di satukan bahkan Doyoung hanya terlihat seperti serpihan debu di mata mereka.

Waktu kesepakatan memanglah hanya lima tahun namun kenyataannya baru seminggu saja ia sudah kacau,menjauh dari si mungil adalah hal terberat dalam hidupnya.

Doyoung memang baru genap beberapa bulan mengenal Yedam,tapi percayalah hatinya saat ini sudah terjatuh sepenuhnya pada pria mungil yang selalu merengek didepannya ini.

"Untuk sekarang,saya cuma mau jalan-jalan sama kamu" Ucap Doyoung menatap Yedam dengan tatapan lembutnya.

Biarlah hari ini Doyoung menjadi egois,hanya hari ini seterusnya mungkin ia akan memilih benar-benar menjauh.

Yedam bersorak senang dengan mengangkat kedua tangannya,lalu memeluk Doyoung erat.

"Damie mau hunting jajan di alun-alun!" Pekiknya senang.

Doyoung hanya mengangguk lalu tangannya mengusap rambut yedam dengan senyum tipis di bibirnya.

Sampainya di alun-alun yang terlihat sangat ramai,Yedam segera berlari kearah beberapa penjual jajanan dengan tangan yang masih menggenggam tangan milik Doyoung.

"Pelan-pelan nanti jatuh" Doyoung mengingatkan.

Yedam yang seakan menulikan ucapan Doyoung. Si mungil itu malah semakin aktif berlarian mengunjungi beberapa pedagang,tak lupa dengan senyum lebarnya yang tak pernah luntur sedari tadi.

Doyoung yang melihat hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis.

Setelah selesai dengan acara jajan,kini mereka memutuskan untuk bermain di pinggir pantai dengan menatap senja yang mulai tenggelam.

Doyoung mengaitkan jarinya ke milik yedam lalu mendekatkan wajahnya dengan si mungil,tepat hidung keduanya menempel. Yedam tersenyum lebar begitupun dengan Doyoung,Keduanya menggesekan hidung mereka dengan gemas.

"Mas sayang kamu damie"

"Damie juga sayang mas Doyoung"

Bisakah malam ini di perpanjang,Doyoung tidak mau ada hari esok,ia hanya ingin malam yang panjang bersama dengan di mungil kesayangannya.

"Mas jangan tinggalin damie ya.Disini sesak kalau ndak ada Mas Doyoung" Yedam membawa tangan Doyoung ke dadanya.

Doyoung tidak menjawab,ia hanya terdiam dengan hidungnya yang masih menempel pada yedam.

Lalu kedua tangan kekar milik Doyoung mengatup pada kedua pipi gembul milik si mungil. Memiringkan kepalanya agar mudah udah menjangkau bibir merah delima yang selalu membuatnya candu itu.

Awalnya hanya ada ciuman lembut dengan beberapa lumatan yang membuat keduanya mabuk kepayang. Namun darah Doyoung yang seolah berdesir hangat membuat lumatan itu menjadi isapan dengan nafsu yang menggebu. Lidah keduanya saling melilit beradu,menghisap dengan nafsu.

"Boleh mas lakuin itu?" Doyoung menatap Yedam dengan nafsu yang memuncak di matanya.

"Melakukan apa?" Tanya si mungil yang menghirup pasokan udara usai pagutan mesranya.

Doyoung mendekatkan bibirnya tepat di telinga milik yedam.

"Unboxing kamu."

Tubuh Yedam langsung menegang,bibirnya terkatup rapat dengan tiba-tiba udara yang menjadi panas.


Tbc.

MUNGIL : DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang