Chapter 8 : Mereka Lebih Baik

49 6 1
                                    


"duduk jeno, nana, kakak mau ngomong" hari belum berganti tapi untung saja waktu sudah menunjukan pukul 00.12 sekarang jadi ulang tahunnya sudah lewat, jadi dia bisa balik mengomel.

"besok aja ahh kak, jujur juno ngantuk banget" jeno sekarang cuma bisa menyandarkan dirinya di sofa ruang tamu dan begitu juga nana yang sudah kelelahan, semua tenaga mereka serasa terkuras habis untuk degdegan takut ketauan kak lian, sedih krena kak lian marah dan kelewat senang karena akhirnya acara hari ini kelewatan menyenangkan. Sedangkan dari ujung kamar, terdapat dua orang yang keluar dari kamarnya dengan setengah sadar.

"loh, kalian baru pulang, kok ampe pagi gini ? kalian dari mana ? klabing yah ?" mereka di hantui oleh pertanyaan yang membuat malas untuk mereka jawab

"apaan sih ma, pa, siapa yang klabing ? "

"terus kenapa kalian baru pulang, ini si kembar ampe teler gini, coba jujur sama mama sama papa kalian dari mana ? kenapa baru pulang ?"

jeno dan nana terlalu malas menanggapi kedua orang tuanya, dan memilih untuk bangun dan menuju kekamar mereka

"jeno , nana jawab papa, kalian dari mana ?"

"kenapa peduli, biasanya juga enggak?" ucap jeno sinis dan langsung berjalan menyusul nana yang ada didepannya. Marah, itu emosi jeno sekarang, entah sejak kapan, dia sudah tidak merasa sedih lagi, tapi semuanya berubah menjadi amarah, tapi setidaknya nana lega gak harus merasakan sakit hatinya jeno, karena akhirnya perasaan mereka sama, marah, nana sudah lama menanamkan itu, apalagi saat dia selalu merasakan emosi jeno, bukan ikutan sedih, rasa marahnya semakin tinggi, dan pada titik ini dia sadar. dia dan orang tuanya sudah telalu jauh, kita gak bisa menggapai mereka dan mereka juga gak bisa menggapai kita sekarang.

"JENOOO !!" jeno terlalu lemas untuk menoleh kembali kebelakang dan meladeni papanya yang sedang emosi itu

"kamu gak jawab papa jeno ?? baik, besok uang jajan kamu papa potong, lihat saja" tapi tetap jeno tidak bergeming dan tetap menaiki tangga bersama nana

"potong aja pa, terserah papa" jawab nana sama sinisnya

"udah pa, udah jangan diomelin lagi anaknya" elus yoona ke punggung dimas agar emosinya mereda, lian sudah terlalu capek di permainkan dengan perasaan hari itu, dia memilih diam karena dia tau diamnya adalah yang terbaik buat si kembar, setidaknya dia jadi tau apa yang dirasakan si kembar. 

"lian mau masuk kamar dulu, mau mandi terus kompres jeno sama nana, mereka demam" lian berjalan santai menuju lantai atas.

"kenapa kamu baru bilang sekarang ?"

"emang kalian peduli ? ucap lian sambil menaiki tangga tanpa menoleh

"Lian !!" teriak dimas lagi, entah sejak kapan, ke empat anaknya sekarang cuma bisa membuat dia emosi setiap bertemu, apa selama ini dia terlalu memanjakan anak anaknya itu ? semakin lama anak anaknya semakin keterlaluan

tentu saja mereka gak dengerin omongan lian, terutama yoona, dia tetap masuk dan memegang dahi anak kembarnya yang baru saja selesai mandi dan tertidur itu.

"maa.."

"ya sayang"

"mau sama kak lian, dia kemana ?"

"lagi mandi nak, sama mama dulu yah"

"gak usah ma, jeno cuma butuh kak lian sama nana, itu udah cukup, mama istrahat aja"

"jenooo, nakk" yoona mengelus jeno namun di tolak. ditambah dengan nana yang terbangun di tempat tidurnya, dia terbangun setelah merasakan perasaannya yang terhubung dengan jeno, dia cuma berjalan kekasur jeno tanpa memperdulikan mamanya dan tidur sambil memeluk jeno.

About Time | NOMINWhere stories live. Discover now