Chapter 12 : Keadaan Jeno

60 5 0
                                    

"om gak habis pikir sama kelakuan kedua orang tua kalian, mulai sekarang kalian berempat tanggung jawab om chandra dan oliver" chandra sudah berdecak pinggang sambil mondar mandir dihadapan si kembar dan kedua kakaknya yang sedang duduk bersama yang lain.

"maaf om"

"kenapa kamu minta maaf lian ?"

"maaf mama sama papa udah bikin kalian kecewa"

"ngomong apa sih kamu ? udah kamu gak usah belain mereka lagi" ucap wendy dengan nada cukup tinggi yang membuat lian yang tadinya merasa bersalah menjadi takut

"Tapi tan.."

"cukup lian, lebih baik sekarang kamu bawa adik adik kamu naik dan istirahat, malam ini kalian disini, tenangkan diri kalian baru pulang" seperti sebuah perintah yang tidak bisa dibantah, lian hanya bisa mengangguk dan di ikuti dengan langkah kedua adik nya.

"kamu juga javi, jangan dipikirin, biarin ini jadi urusan om sama tante, kamu jaga aja ketiga adik adik kamu, mereka butuh kamu sekarang" javi hanya bisa mengangguk patuh dan melangkah mengikuti lian dari belakang, tujuannya sekarang adalah mandi dan memeriksa kondisi kedua adiknya itu, mereka belum lama baru keluar dari rumah sakit, jangan sampe karena kejadian ini, kondisi mereka jadi lebih buruk lagi.

tok..tok..tok...

"de,kalian udh tidur ?" javi masuk kekamar si kembar yang malam ini sedang tidur bersama di kamar Haikal, sedangkan pemilik kamarnya memilih untuk tidur bersama dengan terry, menurutnya, pasti si kembar butuh waktu berdua.

gak ada jawaban dari dalam, untung aja dari dulu si kembar itu memang selalu di kasih tau untuk tidak mengunci kamar mereka, takut kalau tiba tiba terjadi hal yang tidak di inginkan, mengingat kesehatan mereka yang kurang baik.

Javi membuka pintu kamar dan mencari sosok kedua adik kembarnya itu, terlihat lian sedang duduk disebelah jeno dan jaemin yang terlelap, lian bangun dari posisinya dan mengajak javi untuk menuju balkon agar tidak mengganggu si kembar.

"gimana keadaan mereka" ucap javi sambil duduk di sebelah lian.

"walaupun terlihat baik baik aja, entah kenapa gw ngerasa mereka gak baik baik aja kak. apalagi jeno, anak itu terlalu perasa"

"gw lebih khawatir sama kesehatannya, anak itu .." javi terdiam, bingung harus memulai dari mana

"kenapa ? lu belum cerita hasilnya ama gw kak, semua terlalu tiba tiba dan gw pun jadi lupa soal hasil test mereka" javi terdiam tidak menjawab, dia bingung dari mana harus menjelaskan semuanya "mereka baik baik aja kan ?"

"Aritmia Akut" lian langsung menoleh setelah mendengar apa yang disampaikan oleh kakaknya itu

"se..se..rius itu kah ?"

"jangan khawatir, dollan udah nyiapin pengobatan terbaik buat jeno, dia anak yang kuat, tapi jujur gw ragu setelah apa yang kita alamin beberapa waktu ini"

"sampai kapan jav ? sampai kapan sih kita bakal kayak gini terus ? gw gak bakal iklas dan kuat kalau harus kehilangan salah satu dari mereka, gw bakal lakuin apa aja demi mereka"

"lian stop, mereka akan baik baik aja, adik kembar kita anak yang kuat, mereka gak lemah, mereka gak akan kemana mana, gak akan gw biarin mereka pergi, kalau mama dan papa gak bisa jaga mereka, kita yang akan menjaga mereka sekarang, dan selamanya" Lian hanya mengangguk, gak ada lagi kata kata yang bisa ia utarakan sekarang, sungguh, hatinya hancur, lebih hancur dari apa yang disampaikan kedua orang tuanya tadi. Sepertinya sekarang mereka sudah benar benar kehilangan

Terdiam, sudah 2 jam lian dan javi hanya saling diam dan memandangi langit sambil melihat bintang, tanpa ada sepatah katapun yang keluar. Bahkan untuk tidur pun mereka enggan, mereka hanya tidak mau menuju hari esok. Tapi mereka harus kuat seperti sikembar.

"keputusan gw udah bulat" ucap javi disela sela lamunan mereka. "kita akan sembunyikan si kembar sampai penyakit jeno membaik, jangan biarkan mama sama papa menemui mereka, udah cukup mereka tersakiti kemarin, kita harus jadi rumah baru untuk mereka, dan gw yakin om chandra dan om oliver setuju akan hal itu, besok pagi gw akan ngobrol sama mereka"

"gw percaya sama lu kak, gw yakin lu bisa jadi pegangan buat kita lebih dari papa" ucap lian sambil menepuk pundak javi dan masuk kedalam kamar, dia lelah hari ini, sekarang saatnya untuk beristirahat sejenak sebelum memulai hal baru besok

---

"pagi om, tante" 

"Pagi nana, kamu udah bangun? Masih pagi loh" sapa irene sambil menaruh sarapan anak anak dimeja, ditemani oliver yang lagi baca koran sambil minum kopi paginya

"Iya tan, mau ambil minum buat jeno"

"Loh kenapa ? Jeno sakit lagi ? Keterlaluan emang itu dimas"

"Enggak om, cuma dia lagi males turun aja" terpaksa nana harus berbohong, dia gak mau om dan tante mereka khawatir kalau tau kondisi jeno, cukup kejadian semalem aja yang menghebohkan, jangan sampai ini juga menimbulkan kehohan lainnya

"Kamu gak lagi bohong kan anak nakal ?" Tiba tiba lian turun dari atas bersama dengan dollan, nana hanya bisa diam dan bingung, gimana caranya dia membohongi dokter pribadi mereka coba, lagian nana juga sedikit merasa aneh, kenapa jeno makin sering kambuh belakangan ini.

"Hmmmm.."

Melihat gelagat adiknya tersebut, lian langsung balik arah sambil menarik lengan dollan dan menuju ke kamar tempat adiknya satunya lagi itu tertidur, tak kalah panik, nana yang sudah selesai menuangkan airpun berusaha setenang mungkin agar om dan tantenya tidak sama paniknya dengan kakak mereka itu

"gapapa om, tan, biasa tuh kak lian suka lebay, jeno gpp kok" ucap nana sambil bergegas menuju kekamarnya dan memberikan air tersebut kepada jeno. Sesampainya di kamar, ia melihat jeno senang bersandar di header tempat tidur sambil di periksa sama kak dollan, dan tidak ia sangka sudah ada kak javi juga disana

"jeno sebenernya kenapa sih kak ? hasil kmren memang tidak bagus ? kenapa dia jadi sering kambuh sperti ini ? aku merasa ada yang tidak beres disini" insting nana tidak pernah meleset sekalipun, pernah ia merasa tidak enak pada saat lian pulang lewat dari jam seharusnya dari kampus, padahal ini sudah sering terjadi, tapi entah kenapa, di hari itu rasa nya beda, benar saja, ternyata mobil lian tidak sengaja menabrak pembatas jalan yang mengharuskannya untuk bermalam selama 4 hari di rumah sakit, lebih tempatnya kamar spesial kedua adiknya itu.

"ada yang belum kakak sampaikan kepada kalian" javi mengisyaratkan nana untuk duduk di sampingnya sekarang sebelum ia akan menjelaskan semuanya

"hasil nana semuanya bagus, tidak ada masalah, hanya saja seperti biasa harus tetap dijaga pola makan dan juga tidak banyak aktivitas."

"tapi berbeda dengan jeno" kini semuanya senang menatap javi dengan muka khawatir, mereka sangat menunggu apa yang ingin disampaikan oleh javi

"tenanglah, jeno tidak terkena kanker ataupun semua penyakit mematikan yang sedang didalam otak kalian itu, javi kamu jangan bikin mereka berfikir yang tidak tidak deh, nada mu itu sangat menggangu" dollan tidak habis pikir dengan rekan sekaligus saudaranya itu, bisa gila dia lama lama, sudah tau diruangan itu tidak hanya ada adiknya, tpi ada anak anak yang lain juga yang menunggu dengan risau hasil nya.. memang suka sekali dia itu bikin khawatir orang 

"hahaha.. muka kalian sangat lucu" kini javi bukannya menjawab malah tertawa seolah olah semuanya adalah april moop walaupun ini masih bulan februari, tapi yang ia dapat bukannya suasana yang mencair tapi tatapan sinis dari semuanya termasuk jeno, dia tidak tau saja siapa yang mereka hadapi

"hufftt.. baiklahhh.. dari hasil kemarin kita menemukan ada aritmia akut" 

"JAVI !!"

 ***

Hallo semuanya,

Senang akhirnya bisa kembali lagi menulis cerita ini, semoga kalian masih antusias dan juga suka dengan ceritanya yah. Terima kasih juga untuk kalian yang sudah like dan juga comment, kalau tanpa antusias kalian, cerita ini mungkin tidak dilanjutkan.

About Time | NOMINWhere stories live. Discover now