Chapter 9 : Rumah Baru

42 5 2
                                    

"KELUAR KALIAN DARI RUMAH SAYA, KALIAN BEREMPAT, JANGAN HARTA APAPUN DARI RUMAH INI, TERSERAH KALIAN TINGGAL DIMANA SAYA GAK PEDULI, KEMASI BARANG KALIAN DAN PERGI SEKARANG JUGA"

***

Hanya butuh waktu 1 jam sampai akhirnya ke empat anaknya itu turun dari kamar mereka sambil membawa beberapa koper, javi yang turun paling pertama mengambil sebuah kunci mobil SUV keluaran eropa yang selama ini dipakai oleh lian. 

"mau ngapain kamu ?" tanya dimas sambil berdiri dengan tangannya di pinggang, mukanya masih merah, dia masih merasa tidak suka, apalagi ternyata anak anaknya benar benar ingin keluar rumah

"papa bukannya mengusir kami ?" 

"terus kamu sedang apa disana, sana pergi dan jangan harap kalian bisa kembali"

"aku cuma mau ambil kunci mobil yang javi beli pake uang javi sendiri, apa gak boleh ?"

".."

ketiga saudaranya yang lain ikut turun kebawah membawa barang mereka juga, tampak jeno dan nana yang terlihat cukup pucat, mereka masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. kini yonna hanya bisa menatap anak anaknya dengan air mata yang sudah siap keluar kapan saja.

"kalian beneran mau pergi ?" kini yoona berdiri disebelah dimas, sebenernya dia ingin berkata jangan pergi, tapi kenapa sulit sekali

"iya ma, soalnya dosa, kalau gak nurutin omongan orang tua"

"kalau gitu kenapa gak kalian nurut keluar dari entertainment itu?"

"gak bisa pa, aku terlajur jatuh hati sama bidang ini, tolong mengerti"

"jadi kalian lebih milih keluar dari rumah daripada berhenti dari sana ?"

"maaf ma, pa"

"..."

"pa, ma, jeno boleh meluk kalian sebelum pergi?"

Dimas dan yoona hanya diam, mereka emg marah, tapi mendengar bungsunya berkata seperti itu, tentu saja perih dan ada rasa ingin menahan mereka untuk tetap dirumah. Nasi sudah jadi bubur, semua sudah runtuh, keluarga yang dulunya harmonis, sekarang hanya tinggal kenangan, entah kenangan manis atau kenangan buruk untuk mereka. Biarkan hati mereka yang menentukan

"yaudah kalau gak boleh, aku cuma mau bilang, bagiku yang barusan kalian lakukan bukan karena rasa benci, tapi karena kalian terlalu sayang sama kita. Aku, nana, kak javi dan kak lian akan selalu sayang sama kalian dan kami tidak akan membenci kalian sampai kapanpun, terima kasih atas semua nya pa, ma, kami pergi" jeno berjalan meninggalkan yang lain lebih dulu sambil membawa kopernya.

"nana pergi pa, ma" 

"lian pergi ma, pa"

"javi pergi ma, pa"

mereka kini bersiap melangkah keluar, entah apa yang membulatkan keinginan mereka, apakah benar karena mereka sudah muak dengan semuanya, atau karena perintah kedua orang tuanya.

"sekali lagi kalian melangkah, jangan harap kalian bisa kembali ke rumah ini, dan semua fasilitas kalian benar benar akan hilang" ucap dimas lantang, tapi mereka berempat berusaha tidak mendengar itu dan memilih pergi

***

Sekarang mereka sudah duduk di mobil dengan tenang, sangat tenang sampai tidak ada satupun yang mengeluarkan suara.mereka hanya terdiam dan juga tidak menanyakan kemana mereka akan pergi, apakah mereka akan tinggal di hotel atw di mana. Mereka hanya terhanyut dengan pikirannya masing masing. Termasuk si bungsu dia hanya menatap keluar jendela sambil menyederkan kepalanya di bangku mobil.

About Time | NOMINWhere stories live. Discover now