"JAVI !!"
"apa maksud omongan kamu barusan? aritmia akut ?" salahkan nana yang tidak tutup pintu setelah masuk membawa air tadi, kalau tidak, mereka pasti tau kapan para om dan tantenya itu datang.
"ma, pa tenang, jeno baik baik aja kok, aritmia akut jeno tidak akan merebut nyawanya"
"dollan, papa gak pernah ajarin kamu bohong, dan jangan kamu kira papa gak tau apa akibat dari penyakit itu yah"
"papa gak percaya ama dollan ? dollan ini dokter jantung terbaik di jakarta, aku gak akan membiarkan akibat yang papa tau itu akan menimpa jeno, apapun akan aku lakukan"
"oke, kalau gtu javi dan dollan, tolong jelaskan kondisi jeno"
"aritmia akut yang dialami jeno disebut juga dengan aroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT), ini biasa terjadi ketika detak jantung sangat cepat, dan PSVT bisa terjadi selesai dengan tiba-tiba, gejalanya sendiri adalah napas pendek, mudah lelah dan juga sensasi sakit didada dan biasanya akan di akhiri dengan pingsan"
"Kemungkinan terburuk yang bisa dialami oleh pasien dengan kondisi ini adalah gagal jantung, apabila ini sudah terjadi, maka operasi adalah jalan satu satunya"
"tapi bisa sembuh kan lan ?" kini para ibu sudah mulai bersuara, bagaimana tidak, jeno adalah anak baik yang mereka kenal sejak didalam perut ibunya, rasanya seperti mendengar anaknya sendiri sakit, dan mereka masih tidak habis pikir, dengan keadaan ini, mereka berempat harus melewati hal berat ini,
sayangnya dollan hanya bisa menggeleng "penyakit ini tidak bisa di sembuhkan tapi bisa dikendalikan, hindari kelelahan, stress dan juga suara tinggi terutama bentakan, sensasinya bagi mereka akan sangat terasa, bukan cuma sakit hati tapi juga bisa menurunkan kondisi mereka juga."
"rasanya aku ingin menampar dimas sekarang juga, bisa bisanya dia melakukan itu semalam, kalau dia tau kondisi anaknya"
"cukup om, aku gak mau denger itu sekarang, aku sangat lelah, bisakah kalian keluar ? aku ingin beristirahat" bagi jeno ini semua terlalu tiba tiba, cukup dengan kejadian semalam, kini dia tau juga tentang penyakitnya, rasanya ia ingin marah dengan keadaan ini, yang sekarang dia butuhkan hanyalah waktu, untuk menerima semuanya dan kembali menjadi jeno sedia kala
setelah mendengar permintaan jeno, kini semuanya berada diluar ruangan terkecuali nana yang bersikeras menemani kembarannya, untung saja jeno tidka marah dan membiarkannya, hanya nana yang ia miliki dan ia butuhkan sekarang, tentu saja sekarang jeno sedang menangis di dalam tidurnya, nana tau itu dan hanya bisa mengelus rambut kakak beda beberapa menitnya itu.
***
"Rendra, semalem apa yang terjadi dengan jeno ? bukannya dia sekamar dengan kalian ?
Flashback on
"jen.. keep breath yaa.. everything is gonna be okey ?" rendra terbangun dari tidurnya karena mendengar ada suara seperti orang mengerang dalam tidurnya, ketika terbangun ia melihat nana berusaha menenangkan jeno disampingnya
"jeno kenapa na ?"
"entahlah, dari tadi dia seperti kesakitan di dadanya dan tidak mau membuka mata ataupun berbicara, dan tadi napasnya juga sempat sesak, seperti habis lari 10x lapangan, untungnya sekarang sudah lebih baik, aku habis kasih dia alat bantu pernapasan"
"jen.. are you okey?" hanya anggukan yang rendra terima, jeno masih enggan bersuara, rasanya sesak sekali, dan dadanya terasa seperti berdebar sangat cepat, sungguh mengganggu.
setelah 1 jam di kondisi yang sama sambil terus diberikan alat bantu pernafasan dan obat rutinnya oleh nana, kini kondisi jeno jauh lebih baik dan mulai tertidur dengan tenang, tapi jam 5 pagi, jeno kembali terbangun sambil terbatuk, maka dari itu nana segera keluar kamar untuk mengambilkan minum untuk jeno
Flashback off
mereka semua kini terdiam, masing masing dari mereka masih berusaha mencerna semuanya, kenapa tidak ada hari tenang untuk mereka semua sekarang ini, banyak sekali skenario yang ada di otak masing masing dari mereka itu
"om, tan"
"semalem javi dan lian sempat berdiskusi, sepertinya melihat kondisi ini, kami ingin sementara menyembunyikan si kembar dari mama dan papa, rasanya kita egois kalau membiarkan jeno dan nana merasakan ini terus menerus"
"maksud kamu? jeno dan nana mau kalian pindahkan ke luar negeri ?"
"bukan cuma mereka, aku dan javi juga akan pindah om, kita gak bisa membiarkan mereka berdua, bukannya kami tidak percaya dengan mereka, tapi kita terutama aku tidak mau jauh dari dua anak nakal itu"
"aku tidak setuju" kini dollan bersuara,
"bagaimana bisa kalian mau pergi tanpa bawa aku dokter pribadinya jeno sejak diagnosa itu muncul ? jangan macam macam kalian"
"aku juga"
"aku juga kak" tentu saja kali ini kelakuan sahabat dari sikembar daren dan haekal, tentu saja balasan yang mereka dapat adalah tatapan aneh dari semuanya, bagaimana tidak, mereka kan tidak punya alasan kuat seperti kak dollan
"aku punya alasan, pertama, aku tidak mau sekolah tanpa jeno dan nana, kedua.. hmmmm keduaaa.. aku ... akuuu.. aku tidak mau jauh dari kak dollan" ucap darren sambil memejamkan mata karena malu, baru kali ini dia mengucapkan kata kata aneh tersebut didepan banyak orang, terutama di depan keluarganya, bagaimana tidak daren dan dollan padahal tiap hari kerjaannya hanya berantem. Dan ketika ia membuka mata, yang ia dapat bukan ledekan tpi senyuman dari kedua orang tuanya.
"aku juga sama, aku tidak mau jauh dari mereka bertiga, enak aja, aku akan ikut apapun kondisinya, kalau tidak ada aku siapa yang akan membuat jeno tertawa ? nanti dia bersedih setiap hari kehilangan mataharinya" ucap haekal tidak mau kalah
"sudah sudah, kami akan memikirkannya dulu, lebih baik sekarang kalian sarapan, bukankah kalian harus sekolah, kuliah dan bekerja?" oliver berdiri dari posisinya, sekarang sudah pukul 6 pagi, dan anak anak itu harus kembali melakukan aktivitas mereka sekarang juga
"tapi jeno dan nana?"
"sudah sudah haekal, mereka biarin saja dirumah, mendingan sekarang kalian bersiap" mama wendy langsung menarik tangan haekal dan membawanya ke meja makan, sebelum mereka kembali mencari alasan untuk tidak sekolah hari ini
YOU ARE READING
About Time | NOMIN
FanfictionSelamat datang di kehidupan si kembar yang penuh dengan tawa, canda,kasih sayang namun juga selalu menyimpan luka di hati. "Buat apa semua kemewahan dan fasilitas ini, yang kami butuh bukan uang, kami butuh waktu mama dan papa, bisakah kalian kasih...