Terengah-engah, pria gendut itu memelototi 4 orang di depannya. "Kalian bajingan kecil pasti punya nyali untuk melakukan ini padaku!" Ini pertama kalinya dalam hidupnya beberapa remaja muda seperti Anna dan yang lainnya memperlakukannya seperti ini.
Jika salah satu atasan tempat ia bekerja mendengar bahwa beberapa remaja menempatkannya dalam situasi seperti ini, pria gendut itu akan diusir atau lebih buruknya lagi, ia akan dibunuh karena penghinaan seperti yang dilakukan Anna dan yang lainnya padanya.
"Bla bla bla! Kenapa beberapa orang terus mengatakan kalimat itu? Kami sudah melakukan apa yang kami lakukan. Kami tahu bahwa kami punya nyali untuk melakukan ini padamu terlepas dari posisimu di tempat ini. Tak perlu bagimu untuk mengingatkan kami tentang tindakan berani kami." Lucia berkata dengan nada suara kesal; setiap kali dirinya mendapat misi untuk menangkap seseorang, orang-orang itu akan selalu mengatakan bahwa dirinya punya nyali untuk melawan mereka. Lucia telah mendengarnya berkali-kali sehingga dirinya sudah muak mendengarnya.
'Mengapa mereka tidak bisa mengatakan sesuatu yang baru untuk sebuah perubahan?' Lucia dalam hati mengeluh.
Pria gendut itu mengerutkan kening pada cara Lucia mengucapkan kata-kata itu. Mereka tahu apa posisinya di tempat ini, namun mereka benar-benar berani menyerangnya dan mempermalukannya seperti ini? Pria gendut itu berpikir bahwa anak-anak muda ini sudah gila, mereka benar-benar berpikir mereka bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup.
"Kau bajingan kecil, jika kau tahu sebanyak itu, lalu kenapa kau melakukan ini? Apa kau menginginkan kematian?!" Pria gendut itu mencoba menakuti Anna dan yang lainnya, tapi usahanya sia-sia. Ia sekali lagi mengerutkan kening bingung. 'Mengapa mereka tidak takut?' Ia bertanya dalam hati.
Ia tidak mengerti mengapa bajingan kecil di depannya ini tidak takut dengan apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka menyakitinya lebih jauh. Seolah-olah mereka yakin bahwa tidak ada yang akan terjadi pada mereka jika dirinya mengatakan ini pada atasannya atau tidak.
'Apa mereka memiliki pendukung yang kuat?' Ketika pikiran itu melintas di benaknya, pria gendut itu tertawa dalam hati. Ia menghapus pikiran itu; ia tidak percaya bajingan kecil ini memiliki seseorang yang kuat mendukung mereka.
"Menginginkan kematian? Tidak, tidak. Kau salah paham, tuan gendut." Anna dengan manis berkata sambil berjalan di sekelilingnya. Suara manis itu terdengar di telinga pria gendut itu, tapi dia tidak merasakan kehangatan dalam suaranya, dia malah merasa suara manisnya terlalu dingin dan menakutkan. "Yang kami harapkan adalah informasi di dalam pikiranmu itu." Anna menusuk kepala pria gendut itu saat ia mengatakan ini.
"I -informasi? Menurutmu, informasi apa yang kumiliki?" Keringat mulai bercucuran di wajah pria gendut itu saat menatap wajah Anna. Dia terlihat begitu murni dan polos, tapi saat ia menatap lurus ke matanya, tidak ada tanda-tanda murni dan polos; satu-satunya hal yang bisa ia lihat adalah iblis tidur yang perlahan bangun.
"Hmmm... Coba kupikir..." Gerakan Anna lambat, tapi gerakannya membuat takut pria gendut itu. "Bagaimana dengan informasi bos besarmu... kau tahu, orang yang menjalankan organisasi tempatmu bekerja."
Pria gendut itu sedikit terkejut; ia terkejut dengan fakta bahwa niat bajingan kecil ini untuk menangkapnya seperti ini adalah karena mereka menginginkan informasi yang ia ketahui tentang bos besarnya. 'Mereka pasti gila.'
Melihat pria di depannya tidak mengucapkan sepatah kata pun, Anna tiba-tiba menjadi tidak sabar. Ia bersikap baik; pria ini harusnya bersyukur bahwa dirinya yang menginterogasinya. Jika bukan ia yang melakukan pekerjaan itu, maka kakaknya atau Ophius akan melakukan pekerjaan itu, dan itu tidak akan menjadi pemandangan yang bagus untuk ditonton jika mereka yang melakukan interogasi.
"Hei..." Suara dingin Anna terdengar, "Jangan biarkan aku tergantung di sini. Aku tidak ingin diammu, aku ingin jawaban keluar dari mulutmu itu."
"Aku, aku, aku tidak tahu apa-apa!" Pria gendut itu berkata; tapi ia mengatakan yang sebenarnya, ia tidak tahu apa-apa tentang bos besarnya selain namanya. Ia hanyalah anggota rendahan dari organisasi yang bertugas mengawasi tempat ini. Misinya untuk tinggal di tempat ini dan melaporkan kembali begitu ia melihat orang yang ditakuti di dunia bawah, Mary Adams.
Sedikit kesabaran yang tersisa dari Anna sekarang hilang ketika ia mendengar jawaban itu. Mengambil belati yang ada di belakang punggungnya, Anna menusuk kaki kanan pria gendut itu. Pria gendut itu menjerit kesakitan.
"Kau tahu, aku benar-benar percaya bahwa kau tidak tahu informasi apa pun karena kau adalah anggota rendahan..." kata Anna dan pria gendut itu menatapnya seolah-olah dirinya adalah orang gila. Ia percaya bahwa dia tidak tahu apa-apa, tapi kenapa ia harus menikamnya di kaki? "...tapi aku juga percaya bahwa kau tahu satu hal, nama bos besarmu."
Anna menikam kaki pria itu bukan hanya karena ia kehabisan kesabaran; alasan lainnya adalah ia merasa pria gendut itu berbohong padanya bahwa dia tidak tahu apa-apa. Dia jelas tahu tentang nama bos besarnya, namun dia tidak memberitahunya. Memberitahunya nama bosnya juga termasuk sebagai informasi.
Sambil terengah-engah, pria gendut itu menjawab, "B-bahkan k-kau tahu n-nama bosku, k-kau tidak akan pernah bisa menemukan apa pun." Dalam perspektif pria itu, apakah punk kecil ini tahu nama bos besarnya, mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menemukan apa pun, apalagi menemukan lokasi bos besarnya.
(Punk – Seorang pemuda yang tak berpengalaman.)
"Apakah kami menemukan sesuatu atau tidak, itu bukan urusanmu, tuan gendut. Sekarang, maukah kau memberitahuku nama bosmu?" Pada saat ini, Anna merasa pria gendut di depannya ini hanya membuang-buang waktu berharganya. 'Kenapa dia tidak memberitahuku nama pria itu? Apa yang begitu sulit tentang itu?!' Anna berteriak dalam hati.
Pria gendut itu hendak menolak untuk memberitahu Anna nama bosnya, tapi ketika ia melihat Anna mengangkat belati di tangannya dan sedang melihat ke kakinya yang lain, ketakutan sekali lagi muncul di dalam dirinya. Tanpa menunggu Anna menikam kaki satunya, pria gendut itu langsung membuka mulutnya, "R-Rolfe Lance, itu namanya!"
Anna mengangkat tangannya dan pria itu menutup matanya dengan erat. Ia mengharapkan sesuatu yang menyakitkan, tapi sebuah tangan menepuk kepalanya dengan lembut. Ia perlahan menatap Anna dan melihat dia tersenyum manis padanya, "Anak baik." Dia berkata.
Setelah mengatakan itu, Anna berjalan menjauh dari pria gendut itu dan ketika dia mencapai kakaknya, dia memeluknya erat-erat.
Pria gendut itu menatap Anna yang sedang asyik mengobrol dengan kakaknya; entah kenapa, ia merasa Anna memperlakukannya seperti anjing.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBORN: Revenge (2)
Teen Fiction[Novel Terjemahan - On going] Alternative : Reborn : Revenge Author(s) : C_J_ Taganna Genre(s) : Fantasy, Romance Chapter : 200 - Sinopsis : Dia baru berusia 6 tahun ketika ayahnya tiba-tiba menghilang secara misterius tanpa jejak. Pada usia 16 tah...