Ketika Anna menginterogasi pria gendut itu, Ophius tiba-tiba bicara dengan hanya Lucia dan Aaron yang bisa mendengarnya. "Awalnya, kupikir adikmu hanya orang yang manis dan perhatian, tapi melihatnya tepat saat ini, dia menjadi lebih sepertimu."
Awalnya, Ophius berpikir apakah Anna dan Aaron benar-benar memiliki hubungan darah; tapi melihat Anna sekarang, menikam kaki pria gendut itu seolah itu bukan apa-apa, tidak ada gunanya bertanya-tanya apakah Anna dan Aaron memiliki hubungan darah karena mereka benar-benar ada; cahaya di matanya saat dia menikam kaki pria itu hampir sama dengan Aaron. Satu-satunya perbedaan di antara mereka adalah Anna manis ketika dia tidak serius atau bertingkah nakal.
"Adikku tidak sepertiku." Aaron kesal dengan komentar Ophius tentang saudara kembarnya yang berharga. "Anna satu-satunya orang di keluarga Coleman yang persis seperti domba yang lembut, dan harus tetap seperti itu."
Lucia dan Ophius mendengar itu, dan mereka hanya bisa menatap Aaron seolah dia mengatakan omong kosong seperti itu tentang adiknya.
Aaron mempunyai definisi sendiri tentang 'domba lembut' yang mengacu pada saudara kembarnya. Pada saat ini, ia tidak melihat kekejaman pada adiknya. Aaron berpikir adiknya bersikap lembut dengan pria gendut itu. 'Beraninya dia mengatakan itu pada adikku.'
Alasan mengapa Aaron berpikir seperti itu adalah karena cara ibu dan kakeknya menginterogasi seseorang adalah dengan menyiksa mereka terlebih dahulu sebelum bertanya. Cara adiknya menginterogasi jauh berbeda; dia bicara pada pria gendut itu dengan cara yang lembut. 'Bagaimana dia bisa mendapatkan ide adikku mirip denganku?'
"Lihat," kata Aaron, menyuruh mereka melihat ke arah adiknya. "Dia bahkan menepuk kepala pria gendut itu dan mengatakan padanya bahwa dia adalah anak yang baik. Bagaimana kau bisa mengatakan dia sepertiku? Betapa kasarnya kau Ophius."
Ketika Ophius mendengar itu, ia tidak tahu apakah dirinya harus menangis atau tertawa. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Lucia menghentikannya; ia menatap Lucia dan melihatnya menggelengkan kepalanya.
"Jangan repot-repot berdebat dengannya, Ophius. Tidak ada gunanya. Aaron terlalu menyayangi adiknya. Setiap tindakan yang Anna lakukan selalu lembut di mata Aaron." Lucia sudah mengetahui fakta ini saat pertama kali Aaron menghentikannya untuk mengenal Anna. Tidak ada gunanya jika Ophius mencoba membuat Aaron mengerti tentang Anna.
Mendengar itu Ophius menyerah, dan kemudian melihat seseorang yang datang ke arah mereka. Dia terlihat sangat bahagia. Ekspresinya dan semuanya berubah sangat cepat hingga sepertinya dia tidak melakukan apa pun pada pria gendut itu.
"Lihatlah kau tersenyum seperti itu seolah-olah kau tidak melakukan apa pun pada pria itu," komentar Ophius.
Anna menyeringai padanya, lalu mengalihkan perhatiannya ke kakaknya, dan berkata, "Kakak, apa aku melakukan sesuatu yang buruk pada pria itu?" Anna bertanya dengan polos.
Aaron dengan lembut menatap adiknya dan membelai rambutnya. "Tidak. Kau tidak melakukan hal seperti itu, adik. Ophius hanya bicara omong kosong, kau bisa mengabaikannya." Aaron berkata sambil memelototi Ophius.
Ophius tercengang dengan cara Anna menuduhnya seolah-olah dirinya adalah orang jahat di sini. 'Apa yang salah dengan keduanya!'
"Jadi, apa yang pria itu katakan padamu?" tanya Aaron.
"Dia hanya anggota rendahan jadi tidak memiliki informasi khusus. Tapi dia mengatakan nama bosnya, untuk saat ini, informasi itu sudah cukup." Setelah mengatakan itu, Anna memasang wajah yang mengatakan bahwa ia ingin kakaknya memujinya karena melakukan pekerjaan dengan baik.
Melihat wajah adiknya itu, Aaron menahan diri dengan memeluk adiknya dengan erat. 'Dia terlalu manis. Ini berbahaya. Banyak pria akan mengejarnya jika dia terus menunjukkan ekspresi itu.'
Bagi Aaron, satu orang mengejar adiknya sudah cukup membuatnya pusing. Tapi untuk menambah lebih banyak pria yang mengejar adiknya akan membuatnya sakit kepala setiap hari. 'Aku akan mencegah hal itu terjadi.'
"Kau melakukan pekerjaan yang luar biasa, adikku tersayang." Aaron untuk sementara menyingkirkan kekhawatirannya dan berfokus pada adiknya yang senang dengan pujiannya.
Saat Anna dan Aaron menikmati momen mereka sendiri, Lucia dan Ophius memperhatikan mereka. Ophius memiliki ekspresi di wajahnya yang dia tidak percaya apa yang dia lihat sekarang.
"Kau tahu apa yang kusadari?" Ophius berkata dengan nada suara rendah yang hanya bisa didengar Lucia.
"Aku tidak tahu, Ophius. Tolong beritahu aku." Berdasarkan bagaimana Lucia membalasnya, jelas Lucia tidak tertarik dengan apa yang akan dikatakan Ophius.
"Keluarga Coleman penuh dengan orang gila." Ini pertama kalinya Ophius melihat seseorang menginginkan pujian karena menikam kaki seseorang, dan benar-benar dipuji karenanya.
Lucia menghela nafas, "Ophius, keluarga Coleman adalah keluarga khusus, jadi biasakan saja, oke?" Lucia mengerti bahwa ini pertama kalinya Ophius melakukan hal seperti ini dengan seorang Coleman, tapi menjawab setiap kejutan dan pertanyaannya agak melelahkan baginya.
"Hei, kalian berdua, ayo pergi," Aaron memanggil Lucia dan Ophius, memberi isyarat pada mereka bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk meninggalkan tempat ini.
Tidak mengucapkan sepatah kata pun, mereka semua meninggalkan tempat itu, meninggalkan pria gendut berdarah sendirian di ruangan kosong. Wajah pria gendut itu memutih saat kakinya mengeluarkan darah; dia menggertakkan giginya karena marah. Mereka meninggalkannya di sini bahkan tanpa melihat ke belakang. 'Anak-anak nakal itu pasti akan membayar apa yang telah mereka lakukan padaku.'
Saat dia berjuang untuk melepaskan tangannya dari tali, sekelompok orang tiba-tiba memasuki ruangan tempat dirinya berada. Dia melihat ke arah mereka, dan senyum muncul di wajahnya. "Untung kalian ada di sini sekarang! Ayo, jangan hanya berdiri di sana, bantu aku keluar dari situasi ini."
Orang-orang yang masuk tidak bergeming dari tempat mereka, dan ini membuat pria gendut itu mengerutkan keningnya. Dia hendak mengatakan sesuatu pada mereka, tapi seseorang yang baru memasuki tempat itu. "Jangan berharap mereka mengikuti perintahmu, orang rendahan."
Si gendut mengenali suara itu, dan keringat dingin tiba-tiba jatuh di wajahnya. Pria yang baru saja masuk adalah tangan kanan Rolfe Lance, Jax. "J-Jax! K-kau di sini."
Ia terkejut melihat Jax secara pribadi muncul di tempat seperti ini. Biasanya, dia akan mengirim orang lain sebagai gantinya, tapi melihatnya di sini secara pribadi, pria gendut itu merasakan firasat buruk datang. "A-apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" Ia bertanya.
"Apa yang kulakukan di sini? Kau menanyakan itu?" Jax mencibir, "Kau seharusnya tahu betul kenapa aku ada di sini. Kau benar-benar memalukan" Salah satu hal yang sangat dibenci Jax adalah orang-orang yang mempermalukan organisasi yang dibuat bosnya.
"A-aku mabuk dan bajingan itu menangka—"
Kata-kata pria gendut itu terputus saat Jax sendiri memotong tenggorokannya. "Kami tidak membutuhkan orang sepertimu yang mudah ditangkap oleh beberapa remaja." kata Jax dengan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBORN: Revenge (2)
Teen Fiction[Novel Terjemahan - On going] Alternative : Reborn : Revenge Author(s) : C_J_ Taganna Genre(s) : Fantasy, Romance Chapter : 200 - Sinopsis : Dia baru berusia 6 tahun ketika ayahnya tiba-tiba menghilang secara misterius tanpa jejak. Pada usia 16 tah...