10

953 42 10
                                    

"Gue liat lo gak ada pergerakan apapun."

"Jangan bilang lo gak ada rencana lagi?"

"Oh... Atau lo udah gak mau balas dendam lagi karena mau dapat harta Oliv? Iya?"

"Harta bagi dua. Gue juga mau kaya."

Jika saja Antares mempunyai kekuatan sihir seperti  Lan Wangji untuk membuat orang bisu dalam lima menit sudah pasti dia akan melemparkan mantra itu pada Jordan.

Anak lelaki itu sedari tadi sangatlah cerewet. Antares menjadi tidak fokus untuk berfikir.

Rupanya Antaren harus menulis China sebagai negara yang akan dia kunjungi. Apalagi kalau bukan menemui WangJi untuk belajar ilmu sihir.

Kenal Wangji kan? Gak kenal ua sudah. Skip.

Jordan terlihat terkekeh, kekehan mencela. "Antares, orang yang melakukan apa-apa dengan terencana kali ini bertindak tanpa rencana?"

Pyar... Gucci marmer berlapis emas seharga ginjal manusia jika dijual itu terlempar begitu saja mengenai dinding tepat disamping Jordan berdiri. Tau sendiri lah siapa orang nya.

"Woy calm down baby." Tenang Jordan mulai ketar-ketir karena tatapan Antares yang dilayangkan kepadanya.

Sementara si pelaku hanya tersenyum. Puas melihat wajah ketakutan di mata sepupunya.

"Please be quiet!" Kata Antares dengan suara rendahnya.

Cowok itu berjalan menuju laci di samping tempat tidur. Mengeluarkan senjata tajamnya dan memasukannya kembali kedalam tas yang dia bawa ke sini.

"Mau lo apain?"

"Buang. Udah gak butuh." Jawab Antares singkat. Sementara Jordan mengerutkan dahinya. Ia sangat bingung.

"Beneran damai nih?"

Antares melihat Jordan lekat lalu berjalan ke arah cowok itu setelah melempar tasnya ke kolong tempat tidur.

"Lo lihat?" Antares menunjuk gerombolan laki-laki berbadan bongsor dengan pakaian serba hitam melalui jendela kamarnya.

"Pasukan Oliv sebanyak itu dan kita cuma ber dua. Gue gak mau mati konyol di tangan mereka." Lanjut Antares menjelaskan.

"Oh..." Jordan manggut-manggut. "Berarti lo nyerah dong? Yah payah lo."

Antares segera menggebuk kepala Jordan tidak manusiawi.

"Lo emang gubluk!" Dengus Antares kesal.

"Inget ya di tingkat pertama peringkat gue lebih di atas lo." Protes Jordan tidak terima.

"Sekali aja bangga." Saat itu Antares tidak ikut ujian  dua mata pelajaran hanya karena Hawline yang tidak ingin menuruti permintaannya.

Dua hari ia bolos ujian dan lebih parahnya ia mengikut sertakan Hawline juga. Ia menyandra gadis itu di apartementnya. Hanya untuk berduaan.

Bucin sekali Antares ini jika sedang mode jinak.

"Jadi rencana lo apa?"

Antares tersenyum miring. "Kita main cantik." Ujarnya.

"Maksud lo?"

"Tikam dalam pelukan kita."

"Walaupun gue sebenernya gak paham. Tapi yaudah lah ya, gue iyain aja." Mendengar jawaban Jordan, Antares menggerutu sendiri.

Berbicara dengan Jordan itu hanya hal sia-sia. Tapi, jika tidak berbicara dengannya itu akan menjadi beban tersendiri untuknya.

"Jadi sekarang gimana?" Tanya Jordan.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang