"Woi! Bisa diem gak lo?" Jordan dengan suara tingginya membentak seseorang disebereng ponsel sana.
Cowok tanggung itu mengeratkan genggaman di ponselnya. Membuat ujung kuku nya memutih. Diseberang sana tak lagi terdengar suara, mendadak hening.
Jordan mengacak rambutnya frustasi. Dia memejamkan matanya ketika selanjutnya suara isakan mulai terdengar.
"Lin, " Panggilnya. "Gue gak maksud...-
Ucapan Jordan lebih dulu terpotong bertepatan dengan Antares yang tiba-tiba datang merampas ponselnya.
Sekujur tubuh Jordan menegang seketika, Dia tadi tidak bermaksud membentak Hawline.
Wajar Jordan kesal, karena pacar dari sepupunya itu berbicara tanpa henti. Tidak memberikannya kesempatan untuk berbicara.
Gadis itu terus saja menanyakan kabar kekasihnya. Hingga Jordan bingung mana yang harus dia jawab terlebih dahulu. Hal itu membuat kepalanya pusing sendiri.
Kenapa tidak Antares saja yang menjawab panggilan kekasihnya itu, karena cowok itu sedang membalut luka bekas tembakan. Tidak bukan tembakan, lebih tepatnya hanya luka serempetan peluru itu.
Beruntung peluru itu tidak menembus tubuh Antares dan hanya mengenai sedikit dari bahunya.
Malam itu sembari memegangi lukannya Antares berlari sekencang yang dia mampu. Lalu bersembunyi dibalik semak belukar yang sialnya adalah sarang semut merah.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kalimat itu pantas untuk mendeskripsikan keadaan Antares saat itu.
Setelah hampir satu jam bertahan dengan gigitan semut merah yang sebagian masuk kedalam mantel yang dia gunakan Antares beranjak keluar tentu saja ketika sudah melihat peluang jika dia tidak akan tertangkap.
Pukulan keras mendarat di punggung Jordan yang berasal dari tangan sepupunya sendiri. Paham betul Jordan kesalahannya.
Antares berjalan menuju balkon kamar yang dia tempati di mansion Olive itu. Cowok yang mengapit sebatang rokok di jarinya itu terlihat masih setia dengan keterdiamannya.
Tanpa merasa jengah dengan isakan gadisnya ia menunggu hingga kekasihnya itu lebih sedikit tenang. Percuma saja dia berbicara jika diseberang sana Hawline masih menangis tersedu.
"Lien," Antares berdeham, lalu memanggil nama Hawline, disaat bersamaan pula suara tangis Hawline lenyap.
Sebegitu besar pengaruh Antares bagi Hawline.
"5 menit dari sekarang."
Antares hanya mampu memutar mata malas ketika tidak ada satu patah katapun yang didengarnya. Lama sekali keduanya saling terdiam.
Bisa Antares pastikan diujung sana Hawline masih menangis hanya saja gadis itu memilih tidak bersuara sedikitpun.
"3 menit." Ingat Antares.
"1 Menit. Gue tutup."
Barulah Hawline merespon dengan memanggil nama cowok itu.
.....
"Gue baik-baik aja."
....
Antares mengepalkan tangannya, bisa-bisa nya Galvador tidak bisa menjaga rahasianya. Dan siapa yang memberi tahu mereka. Bukankah Antares sudah mewanti-wanti Jordan untuk tidak memberi tahu siapapun.
Saat ini malah Hawline mengetahuinya sendiri karena mendengar pembicaraan antara anak Galvador.
Bukan apa-apa hanya saja Antares yang terlalu menyayangi Ayahnya tidak mau pria itu uring-uringan jika Hawline sampai mengadu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Antares Gasta Hardhana, cowok berwatak keras, bengis, tengil, dan tempramental. Tidak takut dengan apapun dan siapapun. Apa yang dikehandakinya harus terlaksana. Narkoba dan antek anteknya sudah menjadi makanan sehari har...