Ia mengerjapkan mata sesaat. Awalnya gelap kemudian perlahan lahan benda disekitarnya mulai terlihat. Hanya samar dan kabur.
Matanya tertutup kembali, menelan ludah dengan susah payah dan merintih kesakitan. Membuka bibir nya yang terasa kering.
"Antares," Itu suara yang memanggilnya. Sangat familiar namun juga terasa asing.
Antares membuka mata perlahan, sangat terang, dan menyilaukan.
Tangannya berat saat digerakkan, dilihatnya ternyata tangannya digenggam erat oleh seorang wanita.
"I..bu.." Kata nya mengenali sosok itu.
Olive terkejut, ia membekap bibirnya dengan tangan tak percaya. Kata-kata yang sangat ingin dia dengar sejak dulu kini keluar juga dari bibir putranya.
"Iya, Ibu disini, An." Olive segera menetralkan dirinya dari keterkejutan sesaat itu.
"Kau butuh sesuatu?" Tawar Olive, Antares menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya. "Kau mau minum?" Tanpa menunggu jawaban putranya, Olive dengan cepat mengambil gelas air yang disediakan di meja kecil samping ranjang.
Perlahan wanita itu menyendokan air sedikit demi sedikit untuk Antares minum.
Setelah selesai minum, Antares memejam kembali. Olive sedikit khawatir saat sesekali putranya itu meringis.
"Apa ada yang sakit? Ibu akan memanggilkan dokter sebentar." Olive bergerak cepat keluar dari ruang ICU.
Diluar ruangan Marko yang melihat raut panik Olive segera menghampiri.
"Ada apa?"
"Panggilkan dokter, Antares sudah sadar."
Tanpa disuruh, Jordan segera berlari untuk memanggil dokter.
"Tenanglah, Nyonya, dia akan baik-baik saja." Tutur Dexster. Olive mengeluarkan nafasnya lesu.
"Aku hampir kehilangannya beberapa waktu lalu. Wajar jika aku khawatir."
Flashback
"Senin, 18 April 2028, pukul 15.15 ICT. saudara Antares Gasta Hardana dinyatakan meninggal dunia."
Semua orang merasa tercengang dengan pernyataan dokter lelaki itu.
Semua telah berakhir. Raut kesedihan terpancar di binar mata setiap orang.
Marko, pria itu terdiam kaku ditempat. Ia mundur beberapa langkah lalu duduk di kursi panjang dan menyandarkan punggungnya, kepalanya tertunduk.
Andreas dan Dexter tengah menenangkan Olive yang mengamuk pada dokter.
"Apa yang kuperintahkan padamu tadi hah?" Tanya Olive. "SELAMATKAN PUTRAKU!" Jeritnya.
"Dan apa ini? Kau membiarkannya Mati? Kau mau ikut ku bunuh?"
"Ibu, tenanglah!" Kata Andreas.
"Lepas kan aku Re!" Tangan Andreas dihempaskan kasar.
Olive kembali menunjuk dokter itu.
"Berapa uang yang kau butuhkan? Aku akan memberikan semua yang kau butuhkan asal hidup kan putraku kembali." Olive memukuli ringan dada dokter itu yang hanya diam.
"Katakan, berapa mau mu?"
"Katakan!"
"Katakan. Dasar bajingan!" Air mata Olive semakin deras mengalir kepipinya. Wanita yang biasanya selalu berpakaian elegan itu kini terlihat sangat berantakan dan kacau.
Andreas memegangi bahu ibunya dibantu Dexter.
"Nyonya," panggil dokter itu. "Tak semua hal bisa kau beli dengan uang. Sebanyak apapun uang mu tidak akan bisa membeli nyawa putramu." Kata dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Antares Gasta Hardhana, cowok berwatak keras, bengis, tengil, dan tempramental. Tidak takut dengan apapun dan siapapun. Apa yang dikehandakinya harus terlaksana. Narkoba dan antek anteknya sudah menjadi makanan sehari har...