4.

3K 117 15
                                    

"Lo bakal bebas buat beberapa hari kedepan!" Seruannya berhasil membuat gadis cantik didepannya mendongak.

"Kamu mau kemana?" tanya Hawline, saat Antares ingin pergi setelah mengantarnya pulang.

"Gue pergi bentar."

"Kemana?"

"Nemuin seseorang"

"Siapa?" tanya hawline penasaran, didalam hatinya ia bahagia karena untuk kurun waktu kedepan ia akan terbebas dari Antares tapi, disudut hatinya yang lain Hawline merasa berat untuk membiarkan pergi.

"Lo nggak perlu tau," nada bicaranya konstan dingin dan menusuk.

"Aku ikut?"

Antares menoleh sekilas, lalu menatap tajam mata Hawline dalam.

"Nggak! Lo  tetep disini, sama Ayah."

"Firasatku buruk," Hawline menyampaikan kekhawatirannya, berharap bisa menahan cowok itu agar  tidak pergi.

"Lo nggak perlu khawatir, gue pergi sama Paman Marko dan Jordan"

Hawline menganggukan kepala, ia segera melepas kalung bersimbol Salib dari lehernya.

"Aku mau kamu pakai ini," pintanya pada Antares. Walaupun dia sendiri tahu bagaimana keamanan yang akan diberikan Paman Antares untuk melindungi keponakannya.

"Gue butuh ini?" liriknya pada kalung ditangan Hawline.

"Kamu cuma perlu pakai, apa susahnya."

Tidak ingin berdebat dan membuang waktunya, Antares mengisyaratkan agar cewek itu memakaikannya kalung itu dilehernya.

"Apapun yang terjadi lo akan tetap jadi milik gue, camkan itu Lien!" Bisik Antares dengan posisi mereka yang begitu dekat.

Hawline menarik tubuhnya menjauh, tapi ditahan oleh Antares. Didudukannya hawline diatas motornya bagian depan dengan posisi berhadapan.

Antares menepis jarak antara wajahnya dengan wajah Hawline. Bibirnya maju beberapa senti dengan kepala yang sedikit ia miringkan.

Hawline memejamkan matanya rapat, hembusan hangat yang berasal dari nafas Antatres menyapu wajahnya. Dan tak bisa dihindari kedua bibir itu telah tertaut menuntut antara satu dengan yang lainnya.

"Jadi good girl  selama gue gak ada." ujar Antares diakhir ciumannya.

"Sisa Galvador yang akan ngawasin lo, inget itu!" terdengar seperti peringatan yang bernada mengancam ditelinga Hawline ketika cewek itu menuruni motor Antares.

-Antares-

Matahari semakin mengasingkan diri diujung barat, rembulan diatas langit yang mulai menghitam mulai menggantikan posisi sang surya.

Malam ini keberangkatannya menuju kota kelam itu terlihat nyata. Antares menggigil membayangkan pertemuan dengan wanita itu nantinya.

"Lo nggak lupa apa yang kita rencanakan kan?" lontaran pertanyaan Jordan berhasil membuyarkan kilah kabut-kabut hitam dalam benaknya.

"Gue nggak akan lupa, sekalipun jalan terjal yang akan gue lalui. Itu bukan hambatan untuk dendam bisa ditegakkan."

"Bagaimana sama Bokap?" Jordan menghampiri Antares, memberikan sebatang rokok beserta pemantik kepada cowok itu.

Antares menyulut rokok itu dengan pemantik kemudian menyesapnya. kepulan asap membumbung tinggi memutari sekeliling kedua pemuda itu.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang