11

926 44 11
                                    

Dooor...
Suara itu menandakan bahwa peluru telah dilepas. Keadaan di ruang keluarga mansion mewah itu semakin menegang.

Bukan, peluru itu tidak keluar dari pistol yang dipegang oleh Antares. Melainkan peluru itu berasal dari salah satu pistol anak buah Olive.

Olive memekik kencang diikuti Jordan yang segera menangkap tubuh sepupunya yang akan limbung. Namun, terlambat. Gerakan nya kalah cepat, Antares sudah lebih dulu terjatuh kebelakang hingga kepalanya membentur undakan tangga.

Olive selamat dan yang terkena tembakan adalah Antares. Cowok itu terbatuk dengan darah segar yang ikut keluar.

Tepat persis di dada kirinya Antares tertembak. Cowok itu masih bisa tertawa miring padahal darah dari tubuhnya banyak yang keluar.

Marko panik, ia memekik keras memerintahkan Dexter untuk menyiapkan mobil untuk membawa Antares ke Rumah Sakit.

Dengan sekali gerakan Jordan sudah mengangkat tubuh Antares kedalam gendongannya. Raut khawatir dan cemas menjadi satu di wajahnya, rahangnya mengetat.

"Marko, bantu Antares Marko. Selamatkan putraku." Rancau Olive terlihat sangat frustasi.

"Olive tenang! Antares akan baik-baik saja."

Olive masih tidak tenang, ia kemudian melihat ke arah anak buahnya yang tadi menembak putra sulungnya.

"Siapa yang memberimu perintah untuk menembaknya Ha?"

"Dia anakku, awas saja jika terjadi sesuatu kepadanya. Kau akan menanggung akibatnya!" Ancam Olive garang. Siapapun yang melihat wanita itu akan merasa ketakutan.

Marko melihat Andreas. Wajah cowok itu pias, dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Tenangkan Ibumu. Aku akan menemani Antares." Kata Marko lalu keluar menyusul Jordan yang lebih dahulu sudah berangkat ke rumah sakit.

"Ibu, kau harus tenang. Kakak lebih membutuhkanmu."

"Bagaimana ibu bisa tenang ha? Kakakmu tertembak dibagian yang.... Ah sudahlah." Olive tidak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya melalang buana pada keadaan Antares sekarang. Apakah anaknya itu kesakitan?

"Nyonya..." Panggil Dexter yang baru saja masuk. Olive langsung menoleh.

"Dimana mereka membawa Anakku?" Tanya tajam Olive. Dexter gelagapan.

"Aku akan mengantarmu kesana." Olive berjalan keluar setelah mengambil tas miliknya.

"Urus dia, jangan biarkan lepas sampai aku tahu keadaan putraku." Titah Olive dingin dan pergi bersama Andreas dan Dexter.

Ditempat lain, jauh dari kepanikan itu Hawline memekik terkejut saat tak sengaja jemari lentiknya ikut teriris. Gadis itu dengan gesit membilas luka nya pada wastafel tempat cuci piring.

"Ceroboh sekali." Gumamnya. Ia berdiri termenung dengan keadaan keran air masih menyala. Perasaannya tiba-tiba saja tidak enak. Dan ia juga menjadi teringat Antares.

Sebuah suara yang cukup nyaring berhasil membangunkan Hawline dari lamunannya. Dia berjalan keluar dapur, melewati ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar miliknya.

"Kenapa Ma?" Wanita muda dengan balutan dres merah menyala itu berbalik menghadap Hawline.

"Foto kamu sama Antares jatuh, mungkin karena angin." Jelas Mama Hawline menunjuk kearah jendela yang masih bergerak terbuka dan tertutup tertiup angin.

Hawline menghela nafasnya perlahan. "Kamu baik-baik aja kan sama mantu Mama?"

"Memang kenapa Ma?"

"Kalo di sinetron, biasanya foto jatuh jadi pertanda buruk."

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang