Tempat kumuh dengan sofa tua dan satu lembar tikar yang terbeber rapi, menjadi bukti jika Gudang tua yang bertempat dipojok SMA Bima Sakti itu memiliki penghuni.
Puntung rokok yang masih mengepulkan asap, botol minuman keras dan beberapa gelas yang tidak tertata, sisa-sisa obat terlarang yang tercecer dimana mana. Dapat dipastikan jika kegiatan maksiat itu kembali terjadi semalam.
Dengan kondisi keliyengan yang menyerang kepala, sosok cowok jangkung berkulit putih yang sedari tadi tetidur di sofa pojok ruangan itu memaksa tubuhnya untuk terbangun. Melihat sekeling dan mendapati teman-temannya yang masih terkapar dimana mana.
"Bangun!" Teriaknya cukup keras setelah melihat kearah jam tanpa kaca yang dipasang disudut ruangan. Pukul tiga, dan mereka harus segera meninggalkan tempat ini jika tidak ingin ketahuan dan berakhir surat pengeluaran dari sekolah.
Para penghuni ruangan itu satu persatu terbangun.
"Kita cabut sekarang!" Perintah Antares, selaku Ketua Geng Galvador.
Geng yang terdiri dari lima pemuda berandal yang semua anggotanya memiliki sifat tak jauh beda dengan Sang Ketua. Siapapun yang berani mencari masalah dengan salah satu dari mereka, semua akan maju dan jangan harap akan selamat begutu saja dari kemurkaan mereka berlima.
Antares segera keluar dari gudang tempat markas mereka. yang kemudian diikuti oleh keempat anak buahnya. Setelah mengunci tempat tersebut, cowok dengan jaket hitam yang membungkus rapi tubuhnya itu melempar anak kunci kepada Jordan, cowok hitam manis yang sedang bersender disebelahnya.
"Di luar Aman An." Mendapat laporan dari Kenzo yang hanya menampakkan kepala dari gorong gorong dibawah mereka berdiri. Dengan segera Antares loncat kebawah menyusul Kenzo, yang sudah memimpin jalan.
Satu persatu anak Galvador keluar dari gorong gorong yang menghubungkan bagian belakang sekolah dengan gang sempit samping sekolah. Karena arah tujuan gang tersebut menuju pemakaman, membuat gang ini sepi. orang-orang disana enggan untuk melewati jalan ini ketika malam ataupun dini hari.
"Gue denger, kemarin Hawline dianter pulang Onix" Antares memekakan telinga ketika nama gadisnya disebut sebut jalan dengan cowok lain.
Cowok berambut cepak yang melihat Bos-nya meminta penjelasan lebih itu segera menjelaskan apa yang ia dengar dari Rigo, adik sepupunya yang sekaligus tetangga satu komplek Hawuline.
"Gue emang nggak liat sendiri tapi, gue dapat info ini dari orang terpercaya." Tandas Miko diakhir kalimatnya.
Kemarahan membuat tangan Antares mengepal sempurna menimbulkan ujung kukunya memutih. Pikirannya melayang tertuju kepada sosok cewek cantik yang pastinya telah mengabaikan ancamannya.
'Rupanya lo mau main-main sama gue Hauwline' Batin Antares dengan senyum evilnya. 'Lo liat apa yang bisa gue lakuin setelah ini.'
"Perlu kita beri pelajaran Ke onix, An?" Tanya Jordan yang sedari tadi menguping pembicaraan Miko dan sang ketua.
"Gak Sekarang." Titah Antares. Kemudian segera menunggangi motor klx, keluaran terbaru dari brend kawasaki itu ketika Liam dan Kenzo telah selesai melipat terpal yang digunakan untuk menutupi kendaraan mereka sebelumnya.
"Kenapa tu anak?" Tanya Liam yang melihat Antares meninggalkan mereka. Tidak seperti biasa ketuanya itu pergi terlebih dahulu. Biasanya Antares akan selalu menunggu dan baru setelah keluar gang mereka akan berpencar.
"Gw tebak, karena Hawline?" Timpal Kenzo tepat sasaran. Yang langsung diberi anggukan oleh Miko.
"Gue rasa, lo cocok jadi cenayang Ken." Yang Miko katakan benar adanya, Jangan pernah Menyanggah apa yang Kenzo katakan. Karena itu adalah suatu kegiatan yang bisa membuat waktumu terbuang begitu saja. Apapun yang ditebak cowok jangkung yang memiliki hoby mengorek telinga itu selalu tepat sasaran.
***
Sakit, mungkin kata ini tepat untuk apa yang cewek ini rasakan ketika tangannya dicekal dengan begitu erat. Warna merah yang timbul disekeliling cekalan itu kontras dengan kulit Hawline yang putih bersih.
Hawline tidak tau mengapa cowok itu mulai berlaku kasar lagi kepadanya. Jika difikir ia sedang tidak berbuat kesalahan apapun hari ini.
"An.. lepas!" Teriak Hawline meronta ingin dilepaskan tapi, sepertinya Antares sedang dalam mode tuli. Cowok itu tak menggubris ucapan Hawline sama sekali.
Berbagai pasang mata melihat apa yang dilakukan Antares kepada Hawline, tapi tidak ada yang merasa heran dengan perlakuan Antares itu. Bahkan hal yang lebih parah dari ini sudah sering mereka lihat. Bukannya mereka tambah membenci Antares tapi justru semakin hari fans cowok brandal itu malah semakin bertambah. Mungkin jika mereka tahu sisi kelam dari seorang Antares Gasta, sudah dapat dipastikan mereka akan menghujat Antares daripada mengidolakannya.
"Gue gak pernah main main sama ucapan gue Alien." Antares melepaskan cekalannya ketika mereka berada didepan perpustakaaan yang cukup sepi, hal iti membuat tubuh Hawline beradu dengan dinding perpustakaan yang berada dibelakang cewek itu.
"Aw.." Ringis Hawline seraya memegangi sikunya yang terbentur.
"Lo milik gue! Dan nggak ada yang bisa milikin lo selain gue!" Ujar Antares tepat didaun telinga Hauwline, tidak keras tapi penuh dengan penekanan.
"Jauhi Onix! Atau lo mau dia mati ditangan gue" Lanjut Antares, kemudian mengecup leher Hauwline sekilas dan mengelus siku Haeline yang tadi terbentur. sebelum akhirnya cowok itu memilih meninggalkan Hawline dengan ketermanguan.
"Saran gue, jau-jauh dari Antares deh lin" Entah datang dari mana, dan sejak kapan Wilda berada dibelakang Hawline. Wilda, cewek berpipi cuby dengan poni yang menutupi seluruh bagian alis cewek itu.
"Gue nggak bisa Wil"
"Kenapa? Karna cinta?"
Hawline mengangguk sebelum melanjutkan menjawab. "Gak cuman itu"
"Gue nggak tau jalan fikiran lo, udah disakitin, dikasarin berkali kali masih aja lo bertahan." Geram Wilda. Melihat sahabatnya yang tidak pernah sadar. Padahal jika Hawline mau, cewek itu bisa saja mendapatkan yang lebih baik dari Antares. Tapi apa yang bisa Wilda lakukan jika Hawline sudah memilih bersama Antares.
"Seperti arti nama kami, Antares itu bintang dan Altara adalah malam. Paket lengkap."
Keyfralldy.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Antares Gasta Hardhana, cowok berwatak keras, bengis, tengil, dan tempramental. Tidak takut dengan apapun dan siapapun. Apa yang dikehandakinya harus terlaksana. Narkoba dan antek anteknya sudah menjadi makanan sehari har...