Chapter 40: The Heiress

26 6 0
                                    

BERDASARKAN kesepakatan antara Yang Mulia Raja Aamor, pilar kerajaan, hingga Dewan Penasihat Besar, mereka semua setuju untuk menjadikan Olivia Houghton sebagai pewaris takhta pengganti Kerajaan Riverdale. Prosesi dan upacara pengangkatan diselenggarakan secara tertutup. Tanpa mengundang kerajaan sekutu lain seperti yang sudah-sudah, debutante Putri Olivia hanya akan dihadiri oleh segenap keluarga Kerajaan Riverdale.

Yah, ditambah dengan satu keluarga Kerajaan Islefield yang masih menetap beberapa hari ke depan sampai perkara 'perjanjian damai' selesai didiskusikan.

Namun bagi seorang Mirai Thadeus, tak ada sedikit yang lebih istimewa.

Aula kerajaan sudah dihias dengan cantik selama beberapa malam sebelumnya, dipasangi paduan-paduan bunga berwarna ungu muda-pink-putih. Satu buah meja super panjang yang disusuni makanan ringan dan beberapa baris wine dan jus jeruk agar bisa dinikmati anak bangsawan yang masih dibawah umur.

Dan tentu saja, orang itu bukan Mirai.

Terpaksa, untuk kedua kalinya, ia mengenakan setelan jas bangsawan formal hitam setelah menimpa baju dalaman bewarna putih dan nyaris tidak berbeda dengan yang dikenakan oleh ayahnya. Entahlah sejak kapan pelayan menyiapkan pakaian barunya itu, tapi yang pasti, sekembalinya ia kemarin dari lapangan berpedang untuk menenangkan dirinya, satu buah kotak besar telah berada di meja kamarnya. Karena itu Mirai mengatakannya: terpaksa.

Mirai meneguk segelas anggur merah dari meja. Yah, usianya sudah legal, jadi tak masalah. Tepat di sebelah, berdiri putri tunggal Tuan Ivory yang masih berusia 14 tahun, termuda kedua dari keseluruhan anak bangsawan yang ada.

“Tumben minum wine. Bukannya Kak Rei lebih suka teh hijau khas kerajaan kita?” tanya si Joanne Ivory.

Ia melirik gadis bertubuh mungil itu. "Karena saat ini mereka menyajikan wine, bukan teh hijau," jawab Mirai enteng. Lagian, ia tidak berkata salah.

"Apakah rasanya enak?" tanya Joanne penasaran. Ia bahkan sampai meletakkan jus jeruknya kembali di atas meja. Antusias menunggu jawaban Mirai.

"Biasa saja." Namun segelas wine itu, Mirai habiskan dalam sekali teguk. "Kau masih kecil, jadi tidak boleh. Tunggu tiga tahun lagi, habis itu kita pesta wine dari pagi sampai pagi lagi."

"Yak, Mirai!" tepuk Viona Vincent, anak kedua Tuan Vincent. "Jangan mengajari Joanne yang aneh-aneh dong! Kalau ketahuan Tuan Vincent, memangnya kau bisa mengelak?"

Dahi Mirai mengerut. "Lho, memangnya aku mengajari apa?!" belanya. "Aku bilang tunggu tiga tahun lagi kalau mau pesta wine."

"Kau itu, ya. Bagaimana bisa sangat cerdas namun bisa jadi sangat bodoh di waktu yang bersamaan," ucap Viona menggeleng-gelengkan kepala. Lalu, ia langsung menarik lengan Joanne agar masuk dalam pelukannya. "Joanne, jauh-jauh dari Mirai, ya. Dia itu mau menjerumuskanmu dalam lingkungan yang salah."

Astaga.... Sabar. Batin Mirai.

Bersama dengan anak para bangsawan lain, jujur saja bahwa hubungannya lebih baik. Seperti ... ya, tidak ada masalah. Sesekali mereka mengobrol jika bertemu, saling membantu satu sama lain, bahkan berkumpul ketika ada pekan kosong di mana mereka bingung ingin melakukan apa. Mirai dan delapan--mungkin tujuh karena tidak termasuk Putri Olivia--sudah seperti keluarga saja.

Sebab mereka normal. Dan dalam artian kamus seorang Mirai Thadeus, normal berarti lebih baik daripada Olivia. Gadis itu memiliki banyak topeng. Bahkan kalau boleh Mirai katakan, seluruh anak bangsawan sudah tertipu atas 'kebaikan hati' Putri Olivia yang konon katanya tidak tertandingi.

𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang