Chapter 01: Prelude of History

168 19 2
                                    

"DENGAN ini kita menjadi sekutu lagi, Yang Mulia?"

"Tentu saja."

Kedua raja besar itu pun saling berjabat tangan.

Tidak ada yang menduga jika Raja Aamor dari Kerajaan Riverdale memilih untuk berdamai meski ada beberapa syarat yang harus disepakati. Ketimbang melanjutkan perang dan memenangkannya, Raja Aamor bersedia mengulurkan tangan agar kedua kerajaan kembali bersekutu. Raja Logan dari Kerajaan Islefield pun merasa sedikit lega. Bukan karena mereka lemah, hanya saja Kerajaan Riverdale sedikit lebih kuat dari yang mereka pikirkan. Sekali saja mereka melawan setelah pangkalan militer Green Zone berhasil dikuasai Raja Aamor sepenuhnya, mungkin yang terjadi adalah seluruh keluarga kerajaannya dan para prajurit akan menjadi tahanan di tanah milik Riverdale.

Atas pertimbangan matang dan diskusi panjang dengan para penasihat tinggi kerajaan, Raja Logan dengan amat sadar menerima kesepakatan Perjanjian Damai. Ia tidak peduli bagaimana manusia di Benua Biru memandangnya sebagai seorang raja yang menerima kekalahan dengan telak atau semacamnya. Namun membayangkan hidup semua rakyatnya yang semakin menderita membuatnya harus mengambil langkah tegas.

Kalau boleh dibilang, Raja Logan sendiri sebenarnya merasa sakit hati. Siapa yang tidak? Menandatangani perjanjian tersebut saja sudah mengikis harga dirinya. Akan tetapi, akan lebih menyayat hati lagi, tatkala putra sulungnya berkata bahwa ia tidak perlu ragu-ragu.

Di ruangan megah tempat diskusi berlangsung, sosok raja nan agung akhirnya menjabat tangan Raja Logan. Keduanya saling balas menatap. Satu di antaranya tidak kuat menahan diri untuk tidak melontarkan semburat senyum yang sangat kentara senang.

"Anda memilih pilihan yang tepat, Yang Mulia," ujar Raja Aamor tenang. Ia melepaskan jabatan tangannya, lantas kedua matanya tertuju pada seorang Putra Mahkota yang duduk lebih tenang seolah-olah kekalahan kerajaannya bukanlah sesuatu yang patut ia sesali. "Jadi...." Mulai Raja Aamor. Nampak menjeda perkataan.

"Aiden Austin, Yang Mulia."

"Ah, benar. Pangeran Aiden." Raja Aamor mengangguk. "Bolehkah saya mengajukan pertanyaan untuk Anda?"

"Silakan, Yang Mulia."

Raja Aamor terlihat menghela napas pendek. "Sesaat sebelum Perjanjian Damai tersebut saya kirimkan, tidak pernah sedikitpun saya berpikir jika Anda akan setuju dengan hal itu. Apakah Anda memiliki alasan khusus untuk mengiyakan seluruh isi perjanjian tersebut, Pangeran?" tanyanya dari tempatnya

Sementara Pangeran Aiden, calon pewaris takhta Kerajaan Islefield yang siap menggantikan posisi Raja Logan, malah tampak senang setelah ia mengulas senyum tipisnya. Sang pangeran menatap lekat Raja Aamor. "Saya melihat dari berbagai sudut pandang, Yang Mulia. Jika saya tidak setuju, bukankah perang akan terus berlanjut? Atau jangan-jangan Anda memang berniat untuk terus berperang?"

"Pangeran, jaga kata-katamu," sela Raja Logan terkejut.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia," ucap Raja Aamor. "Pangeran masih muda. Saya dapat memaklumi sifatnya," sambungnya lagi. Lalu, Raja Aamor kembali mengajukan pertanyaan. "Hanya saja, saya sedikit penasaran bagaimana perasaan Pangeran dengan poin terakhir dari Perjanjian Damai. Saya pikir akan ada sedikit pertentangan yang terjadi, namun ternyata Pangeran menerimanya dengan begitu saja tanpa perlawanan. Bukankah itu artinya ada sesuatu?"

"Padahal Anda sendiri yang menuliskannya, Yang Mulia. Mengapa Anda bertanya seolah tidak mengetahuinya?"

"Hanya untuk memastikan."

"Yang akan lebih menderita daripada saya adalah rakyat. Bukan hanya dipaksa menerima kekalahan, mereka juga akan kehilangan penopang, semangat, dan juga tujuan. Mungkin kerajaan kami sudah berada diambang kekalahan, dan tak seorang pun yang tahu kondisi terburuk apa yang bisa terjadi jika kami salah mengambil langkah lagi. Tidak ada kedamaian yang tercapai tanpa ada pengorbanan. Mungkin banyak yang tidak terima kalau saya menyetujui syarat Perjanjian Damai tersebut, namun satu hal yang harus Anda ketahui, Yang Mulia. Saya sanggup melakukan pengorbanan apa saja, meski hanya untuk satu orang rakyat Islefield."

𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang