MENURUTNYA, hari ini bukan hari yang penting untuknya, tapi hanya untuk Raja Aamor. Jamuan makan malam yang disebutkan di taman kemarin sore sungguh disiapkan dengan persiapan yang matang. Tentu saja Ashley tidak lupa bagaimana ayahnya sangat antusias dan turun tangan dalam memilih makanan yang akan disediakan di jamuan nanti.
Saat ini, ia sedang berada di kamar. Isi kepalanya kalut dibandingkan dirinya tampak dari luar. Berkali-kali Ashley mengatakan pada dirinya bahwa malam ini akan sama seperti malam-malam selanjutnya. Tidak perlu emosianal, tenang, dan selesaikan. Tapi gagal. Gagasan menikah muda mendadak muncul di tengah usahanya menenangkan diri dan malah membuatnya bergidik ngeri sendiri.
Sejak pesta kemenangan hampir dua minggu lebih yang lalu, wajah-wajah asing mulai terlihat familiar. Seperti Raja Logan dan Ratu Eliza baru saja tiba kemarin malam setelah perjalanan panjang dari Kerajaan Islefield. Selain itu, Pangeran Aiden juga satu bangunan dengannya, di Rumah Kerajaan. Bedanya kalau Pangeran Aiden bermalam di kamar tamu di lantai bawah. Sedangkan Ashley sama sekali tidak melihat si bungsu, Pangeran Adrian. Mungkin memilih tinggal di Islefield.
Perjamuan malam ini akan dihadiri lima orang kerajaan. Dari sisinya, Ashley hanya akan datang bersama Raja Aamor. Tanpa Sang Ratu.
Ratu Arina dinyatakan meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Saat itu usia Ashley masih lima tahun. Meski begitu, ada banyak kenangan yang bisa Ashley ingat dengan mendiang sang ratu. Beberapa yang tidak diingatnya tersimpan di batu memori. Batu sihir yang bisa menyimpan memori seseorang. Ashley kecil sangat terpukul. Selama masa berkabung ia enggan keluar kamar, bahkan tidak nafsu makan. Paling banyak hanya dua sendok lalu setelahnya merasa mual. Ashley kehilangan. Sosok ratu yang hebat, seorang ibu terbaik dalam hidupnya.
Tidak terasa, sudah tiga belas tahun waktu berlalu. Tahu-tahu saja Ashley dijodohkan dengan seorang pangeran tampan dari sisi lain Benua Biru.
Mata hazel itu menatap gaun putih dengan campuran aksen ungu pastel. Rambut hitamnya dikepang miring. Untaian mutiara melingkar di kepalanya sebagai hiasan. Ashley berdiri menatap pantulan dirinya sendiri di kaca setelah mengganti alas kakinya menjadi sepatu hak tinggi berwarna putih. Wajahnya menatap datar.
Ia mematung. Sekali lagi masih kalut dalam emosi.
"Tuan Putri, Yang Mulia Raja telah menunggu Anda."
Dari arah pintu, Onyx dengan jas hitam yang selalu dipakainya ketika hari-hari penting sudah siap mengantarkan Tuan Putri Ashley hingga di ruang perjamuan. Pelayan-pelayan yang membantunya tadi lantas menarik tubuh mundur dan pergi dari ruangan sang putri, membiarkan gadis cantik itu dikawal oleh Onyx. Namun detik itu, Tuan Putri Ashley masih bergeming di tempatnya.
"Tuan Putri," panggil Onyx kembali.
"A-Ah, maaf." Ashley berdiri. Mengangkat sedikit gaunnya agar tidak terinjak. Ia berjalan ke arah pintu. Sesampainya di sana, ia melirik Onyx yang tampak terlihat lebih rapi daripada biasanya.
"Mari, Tuan Putri."
Onyx memberi jalan. Namun bukannya bergerak, justru Ashley tetap tidak mengalihkan pandangan dari pengawalnya. Ashley menghela napas panjang. "Kalau boleh jujur, akan lebih baik ceritanya kalau aku dijodohkan denganmu daripada Putra Mahkota," katanya sambil bersedekap.
"Hah?" pekik Onyx kaget. Matanya membulat sempurna. "Astaga.... Apa yang Anda katakan, Tuan Putri?!"
"Bercanda, Onyx. Kau sungguhan mau menikahiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘
Fantasía[ COMPLETED ] | REVISI SETELAH TAMAT Kerajaan Riverdale akhirnya memenangkan perang dengan Kerajaan Islefield setelah lima tahun lamanya. Namun, kemenangan itu bukanlah akhir. Tetapi awal dari segala kejadian yang terjadi di Kerajaan Riverdale...